Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Dahsyat Kata-kata

4 April 2018   00:32 Diperbarui: 4 April 2018   01:59 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thomas Alfa Edison adalah genius yang sangat berpengaruh pada peradaban dunia. Sebagai seorang anak Thomas lahir dengan kemampuan biasa-biasa saja, tidak memiliki kecerdasan khusus seperti anak-anak lainnya, bahkan dianggap bodoh oleh gurunya sehingga para guru menyerah dalam usaha mendidik Thomas.

Suatu hari, guru memanggilnya dan memberikan sepucuk surat kepadanya dengan pesan "Jangan buka surat ini di perjalanan, berikan kepada ibumu." Thomas dengan gembira membawa pulang surat itu dan memberikan kepada ibunya. Ketika menerima surat itu; ibu Nancy Edison membacanya, lalu menangis. Sambil berurai air mata, dia membaca surat itu dengan suara keras di depan anaknya:

"Putra Anda seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil untuk menampungnya dan tidak memiliki guru yang cakap untuk mendidiknya. Agar anda mendidiknya sendiri."

Kemudian ibu Nancy berkata kepada Thomas, "Kamu anak yang jenius nak, sekolah belum cukup baik untuk mendidik anak yang hebat seperti kamu. Mulai saat ini ibu yang akan mendidik kamu"

Sejarah kemudian mencatat, di usia 12 tahun Thomas sudah memiliki laboratorium kimia kecil di ruang bawah tanah rumah ayahnya. Setahun kemudian dia berhasil membuat telegraf yang sekalipun bentuk dan modelnya sederhana tapi sudah bisa berfungsi. Ketika berusia 32 tahun, Thomas berhasil menciptakan bohlam lampu pijar, yang akhirnya mengubah wajah dunia menjadi terang benderang penuh cahaya.

Setelah Ibunya wafat dan waktu itu Thomas telah menjadi tokoh penemu ternama, ketika ia membereskan barang-barang lama keluarganya, ia menemukan kertas surat terlipat di laci sebuah meja. Thomas membuka dan membaca isinya sbb:

"Putra Anda anak yang bodoh. Kami tidak mengizinkan anak Anda bersekolah lagi."

Itulah isi surat yang sesungguhnya yang pernah dibawa dan diberikan Thomas kepada ibunya dahulu. Setelah membaca surat itu Thomas menangis berjam-jam. Kemudian Thomas menulis di buku diary nya sbb:

"Saya, Thomas Alfa Edison, adalah seorang anak yang bodoh, yang karena seorang ibu yang luar biasa, mampu menjadi seorang jenius pada abad kehidupannya."

Itulah hebatnya kata-kata yang diucapkan dengan tepat dan bijaksana. Kata-kata memang memiliki kekuatan dahsyat sehingga banyak kalangan memanfaatkan kekuatan kata untuk membangun percitraan tentang dirinya atau menghancurkan "musuh" dengan berita-berita hoaks. Di medsos setiap hari kita disuguhi dengan berbagai hoaks yang berisi berita bohong, fitnah dan penyebaran kebencian terhadap seseorang atau kelompok tertentu.

Ada sebuah amsal kebijaksanaan yang mengatakan, "Mati hidup ditentukan oleh lidah." Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Jiwa kita akan mati atau hidup, tergantung asupan apa yang dikonsumsi oleh jiwa kita. Kalau setiap hari kita mendengarkan kata-kata yang pesimis, kasar, umpatan dan ancaman maka akhirnya kita akan menjadi orang yang negatif dan bermental pecundang. 

Sebaliknya, kalau setiap hari kita mendengar kata-kata yang memotivasi, optimis dan penuh iman maka kita akan menjadi orang yang positif dan memiliki mental pemenang.

Dengan apa kita bisa menggambarkan kekuatan kata-kata itu?

Kata-kata itu seperti pedang

Di tangan orang yang benar bisa dipakai untuk sesuatu yang positif, misalnya untuk olah raga atau senjata dalam peperangan. Tetapi di tangan orang yang berhati busuk atau jahat pedang dipakai untuk berbuat kejahatan atau kriminal. Hati-hati, jika tidak bijaksana menggunakan kata-kata, maka kita akan bisa menyakiti hati orang lain yang mendengarnya dan membuat orang lain memusuhi atau membenci kita.

Kata-kata itu seperti anak panah

Di tangan seorang atlit panah, anak panah akan dipakai secara benar untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, tetapi di tangan orang yang tidak bertanggung jawab bisa dipakai untuk melukai orang atau melakukan kejahatan lainnya. Kata-kata yang sudah kita lepaskan ketika melukai hati orang sebenarnya tidak bisa kita tarik kembali.

Mungkin kita sudah 'menarik kata-kata' yang kita sadari salah dan meminta maaf, tetapi orang yang sudah terluka dengan kata-kata kita di hatinya tetap meninggalkan luka. Walaupun orang itu sudah memaafkan kita tetapi luka di hatinya butuh waktu untuk sungguh-sungguh pulih seperti sediakala.

Kata-kata itu seperti api

Ada juga yang menggambarkan kata-kata itu seperti api yang bisa membakar perkampungan padat atau hutan dalam waktu yang cepat, tetapi kalau dipakai secara benar akan bermanfaat untuk memasak, membuat api unggun atau obor.

Langkah bijaksana adalah memilih dan mengelola setiap kata yang kita ucapkan agar bisa memberi kehangatan bagi yang hatinya dingin, menerangi yang sedang dalam kegelapan dan menjadi 'pelita' yang menerangi jalan yang harus dilalui. Kata-kata kita bisa menjadi inspirasi, motivasi dan solusi yang akan mengubah hidup banyak orang.

Kata-kata itu seperti kemudi

Kapal atau mobil bisa dikendalikan arah lajunya karena kemudi kecil yang dimilikinya. Di tangan nahkoda atau sopir yang berpengalaman dan bertanggung jawab maka kapal atau mobil bisa melaju di jalur yang tepat, tetapi di tangan orang yang tidak mampu mengendalikannya kapal atau mobil tersebut akan melaju tanpa arah yang jelas dan akan menabrak apapun yang di dekatnya.

Kapal kehidupan kita akan melaju dengan arah yang benar sangat ditentukan dengan kebiasaan kita berbicara. Bahkan kesempurnaan hidup kita terlihat bagaimana kita berkata-kata.

Kata-kata itu seperti tali kekang kuda

Kuda yang kuat dan tangkas, apalagi yang masih liar, bisa dikendalikan oleh seorang penunggang kuda 'hanya' dengan memegang atau memainkan tali kekang kecil di tangannya. Hati manusia itu cenderung liar, jika tidak dikendalikan maka hidup kita akan diseret dengan berbagai masalah yang menyulitkan hidup kita sendiri.

Orang yang hatinya dipenuhi kejahatan, tipu muslihat dan kecemburuan dari mulutnya akan keluar kata-kata yang jahat, dusta dan ujaran kebencian. Meskipun ada berbagai upaya dari berbagai kalangan untuk mengkampanyekan gerakan anti hoaks, tetapi sepertinya tidak mempan menyentuh hati nurani penyebar hoaks untuk menghentikan ujaran kebencian/kebohongan.

Memang mencari orang bijaksana itu sangat sulit, oleh sebab itu jangan mencari kemana-mana, carilah ke dalam diri kita sendiri, di dalam batin kita sendiri. Mulailah dari diri sendiri dan biarlah kata-katamu menyebar memberikan inspirasi, motivasi dan semangat bagi banyak orang.

Mari stop hoaks dan berkatalah yang membangun hidup orang lain.

Salam Sukses dan bahagia!

#herutribudi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun