Diantara kemarahan dan kebencian biasanya ada yang namanya sakit hati. Rasa sakit memang merupakan sebuah sinyal yang memberitahukan kepada  kita kalau ada sesuatu yang tidak beres yang harus diperhatikan. Misalnya: kita sakit perut, rasa sakit yang kita alami ini merupakan cara tubuh memberitahukan bahwa yang kita makan bermasalah dan kita harus segera mengatasinya supaya keadaannya tidak semakin buruk.
Demikian juga halnya dengan sakit secara emosional, merupakan cara bagi jiwa kita memberitahukan bahwa  kita sedang mengalami sesuatu yang bermasalah dan perlu pertolongan. Kalau kita biarkan perasaan sakit hati itu berlarut-larut maka situasinya akan semakin buruk bagi diri kita sendiri.
Rasa sakit juga bisa menjadi seperti kompas yang memandu bagian mana yang sedang dalam kondisi tidak sehat atau bermasalah. Tubuh dan jiwa kita berteriak minta pertolongan karena merasa tersakiti. Biasanya kebanyakan orang bereaksi dengan cara bertahan mengeraskan hati terhadap rasa sakit itu. Reaksi bertahan ini dalam jangka panjang akan membuat kita merasa kalau rasa sakit itu bagian dari hidup kita. Atau dengan kata lain: sakit tetapi sudah tidak menghiraukan rasa sakitnya lagi. Â Ini menjadi lebih merusak jiwa dan tubuh kita.
Bagaimana kita bisa mengalami kesembuhan dari sakit hati yang melukai jiwa sehingga kita tidak perlu diperbudak kemarahan dan kebencian?
Lihatlah peristiwa menyakitkan tersebut dari sudut pandang anugerah/rahmat Tuhan
Kita harus percaya, bahwa di balik hal-hal buruk masih ada anugerah Tuhan yang baik bagi kita. Masih ada kesempatan-kesempatan yang baik yang Dia sediakan bagi kita. Ingatlah peristiwa-peristiwa menyakitkan di masa lampau yang sudah berhasil kita lalui. Bukankah ada hikmah yang bisa kita temukan kemudian? Percayalah kita bisa kembali mengalami keberhasilan tersebut.
Jujurlah dengan apa yang sedang kita rasakan
Untuk mengalami kesembuhan dan kebebasan dari sakit hati kita harus memberikan perhatian secara jujur dengan perasaan kita. Cari tempat untuk menyendiri yang memberikan ketenangan bagi jiwa kita. Â Minumlah secangkir teh hangat atau apa pun yang bisa bikin kita lebih tenang. Dalam ketenangan mari kita tutup mata, rasakan dan nikmati rasa sakit yang ada. Ya, itu memang benar-benar ada, tidak perlu disangkali, rasanya memang sakit, tapi jangan biarkan hal itu terus menyakiti kita.
Ambil langkah berani untuk memaafkan
Tidak ada cara lebih baik membuang sakit hati dan menyembuhkan luka di hati kita selain memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Memaafkan bukan berarti setuju dengan perbuatannya atau mengabaikan peristiwanya. Memaafkan berarti mengambil keputusan untuk melepaskan perasaan sakit hati kita dan menerima peristiwa tersebut sebagai kenyataan hidup yang harus dilalui dengan bijaksana. Dengan memaafkan berarti kita tidak mau lagi diperbudak oleh peristiwa menyakitkan tersebut, sebaliknya kita yang menentukan sejauh mana peristiwa itu boleh mempengaruhi hidup kita. Dalam batas tertentu kita mungkin tidak sanggup untuk memaafkan -- walaupun sebenarnya mau -- disinilah peranan iman kita kepada Tuhan sangat dibutuhkan. Berdoalah minta kekuatan dan kasih-Nya menolong kita untuk bisa memaafkan.
Berbagi cerita dengan orang lain
Sharing atau berbagi cerita menjadi salah satu cara yang efektif untuk melepaskan rasa sakit yang ada. Sahabat yang memiliki kedewasaan karakter, konselor atau pembimbing rohani adalah orang-orang yang tepat untuk mendengar luapan sakit hati kita dan itu sangat melegakan. Apalagi kata-kata penguatan dan dukungan doa mereka akan sangat menolong bagi proses kesembuhan kita dari sakit hati.
Jadikan hari-hari kita penuh makna
Orang yang sedang sakit hati biasanya menjadi kehilangan semangat untuk menjalani hari-harinya atau sebaliknya sangat agresif dalam segala sesuatu. Kedua mekanisme ini sangat buruk bagi kesehatan jiwa. Sebaiknya kita mulai mencari kesibukan yang bisa membuat kita lebih rileks seperti jalan pagi, bersepeda, melukis, menyanyi, menyiram tanaman atau melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain seperti ikut kegiatan sosial dan keagamaan.
Mitos mengatakan, bahwa waktu bisa menyembuhkan luka-luka kita. Itu tidak betul, luka harus disembuhkan bukan dilupakan atau diabaikan. Kesembuhan dimulai dengan keputusan kita untuk sembuh, dan waktu kita butuhkan untuk proses pemulihan hati kita. Memang tidak mudah untuk melakukannya, tetapi ketika kita bertindak dalam langkah-langkah yang menyalurkan rahmat Tuhan ini, maka perasaan-perasaan negatif yang ada di jiwa kita secara bertahap akan segera menghilang digantikan perasaan positif. Di sinilah proses pemulihan itu terjadi dan jiwa kita akan mengalami damai sejahtera.
Salam Sukses dan Bahagia!
Heru Tri Budi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H