Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu, Hatimu Seluas Samudra

22 Desember 2017   11:41 Diperbarui: 22 Desember 2017   13:55 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://hellosehat.com

Ibu adalah sosok yang penuh inspirasi. Kasih sayangnya, perhatiannya, ketabahannya, kesabarannya, pengorbanannya dan banyak hal lagi yang membuat kita terkagum dengan apa yang bisa dan telah dilakukan oleh seorang ibu. Salah satu inspirasi terhebat seorang ibu adalah hatinya yang seluas samudra. Ada banyak kisah tentang seorang ibu yang sanggup memberikan kasih sayang kepada anak-anak, suami dan orang lain yang (sebenarnya) telah membuat hatinya tersakiti tetapi mereka memilih untuk mengampuni mereka. Berikut ini adalah empat kisah tentang seorang ibu yang ikhlas memaafkan pembunuh anaknya.

  • IBU ELISABETH DIANA

Dalam pernikahannya dengan Suroto, Elisabeth dikaruniai anak perempuan semata wayang yang diberi nama Ade Sara Angelina Suroto. Ade Sara dibunuh oleh sahabatnya sendiri yang bernama Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani pada 3 Maret 2014 lalu. Setelah terlebih dulu disiksa di mobil milik Hafitd, Ade Sara akhirnya meninggal kehabisan napas karena mulutnya disumpal tissue dan koran. Setelah tewas, kedua pembunuhnya membuang mayat Ade Sara di pinggir tol Bintara.

Setelah anak tunggalnya ini meninggal, ibu Elisabeth mengaku bahwa ia seringkali merasa kesepian, tetapi ia telah memilih untuk tidak memiliki dendam kepada kedua pembunuh anaknya tersebut. Sebab, menurutnya, tidak ada gunanya membalas dendam. Dengan penuh keikhasan Elisabeth memilih untuk bersikap positif dan mengampuni Hafitd dan Assyifa.

"Saya sebagai orangtua kalau tidak bisa menyikapi kasus ini, jadi akan negatif. Perasaan, hati, dan sikap jadi negatif. Buat apa? Jadi harus ikhlas dan pasrah."

Bahkan ketika ibunda Hafitd dan Sifa datang ke rumahnya untuk meminta maaf, Elisabeth sambil memeluk ibunda Sifa berkata, "Saya tulus mengampuni."

Elisabeth menginginkan kasus ini memberikan pelajaran kepada siapa pun, sebab kecemburuan tidak akan memberikan kebaikan. Tindakan brutal akibat tidak pikir panjang karena cemburu akhirnya merepotkan banyak orang lain, terutama keluarga.

  • IBU RENEE NAPIER

Hari itu ibu Renee Napier mendengar berita yang menghancurkan hatinya. Seorang pemuda bernama Eric Smallridge yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk di Pensacola Fla kehilangan kendali mobilnya dan menabrak mobil lain yang mengakibatkan  dua penumpang di mobil yang tertabrak tersebut tewas di tempat. Dua penumpang tersebut adalah: Megan Napier dan Lisa Dickson. Mendengar anak gadisnya kebanggaannya itu telah tewas, ia berteriak dan menangis keras. Kesedihan dan kehancuran hati yang begitu dalam tak dapat dibendung lagi.

Namun ajaibnya, saat dia di hadapkan dengan Eric Smallridge di pengadilan, Renee Napier menatap Eric Smallridge dan tiba-tiba di hatinya ia mendengar suara, "ampuni." Dengan berlinang air mata dan percaya bahwa Tuhanlah yang telah membisikkan kata itu maka Renee Napier dengan lirih kemudian berkata, "aku memaafkanmu"

Hal ini tentu saja mengejutkan ruang siding. Saat diwawancarai, Renee Napier hanya berkata, "Saya bisa marah, benci dan pahit hati, tetapi saya tidak ingin menjalani hidup saya seperti itu. Tidak mungkin saya bisa melanjutkan hidup dan hidup bahagia tanpa memaafkan Eric. Bahkan dengan sangat bijaksana ia berkata, bahwa Eric sudah mengerti kesalahannya dan dia percaya bahwa seseorang yg jahat pun bisa berubah untuk menjadi lebih baik.

Renne Napier kemudian mendirikan "The Meagan Napier Foundation" yg dia dedikasikan untuk mengingatkan bahayanya mabuk sambil berkendara dan dalam presentasinya di sekolah-sekolah beberapa kali dia juga mengikutsertakan Eric Smallridge sebagai pembicara untuk mengingatkan orang lain akan bahaya mabuk sambil berkendara. Kisah Napier ini telah menginspirasi seorang penyanyi Matthew West sehingga lahirlah singgle berjudul "Forgiveness"

  • IBU ADY GUZMAN

Seorang anak remaja bernama Jordyn Howe membawa senjata kakeknya ke sekolah. Dengan bangga ia memamerkan senjata itu kepada teman-temannya dan tiba-tiba senjata itu meletus dan mengenai seorang anak perempuan yang bernama Lourdes.  Ady Guzman adalah Ibu dari anak perempuan yang tertembak tersebut.

Ketika di pengadilan, Ady Guzman mengagetkan hakim dan masyarakat karena ia tidak hanya mengampuni Jordyn Howe tapi juga meminta kepada hakim agar Jordyn mendapat hukuman yang lebih ringan. Ady Guzman, berkata, bahwa anaknya, Lourdes menginginkan hal tersebut. Akhirnya Jordyn Howe mendapat keringanan hukuman, dan hanya menjalani hukumannya selama setahun di pusat penahanan remaja.  Ady Guzman kemudian sering mengajak Jordyn ke sekolah-sekolah untuk memperingatkan para remaja akan bahaya menggunakan senjata api.

  • IBU MARY JOHNSON

Ibu Mary Johnson kehilangan anak laki-lakinya yang berusia 20 tahun pada bulan Februari 1993 setelah seorang remaja bernama Oshea Israel terlibat dalam sebuah perkelahian bersama anaknya dalam sebuah pesta, dan menembaknya. Anak ibu Mary yang bernama Laramiun Byrd ini ditembak di kepala oleh Oshea yang waktu itu masih berumur 16 tahun.

Ibu Mary mengatakan, bahwa dia semula ingin menuntut keadilan dan melihat Oshea dipenjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, tetapi kemudian ia berkata, "Anak saya sudah pergi. Saya marah dan membenci anak ini, membenci ibunya,  itu seperti tsunami. Saya shock. Tak percaya. Benci. Marah. Aku ingin dia dikurung seperti binatang." Oshea Israel yang juga terlibat dengan narkoba dan geng kemudian diadili sebagai orang dewasa dan dijatuhi hukuman 25  setengah tahun. Ia menjalani hukuman selama17 tahun sebelum dibebaskan.

Ketika Mary kemudian mengunjungi Oshea dalam penjara ia berkata, "Aku mulai merasakan langkah yang tepat," ungkapnya. "Mampu menggerakkan langkahku, dan aku baru saja mampu menggerakkan tubuhku. Ketika aku merasakan itu hilang, aku langsung tahu, bahwa semua kemarahan dan kebencian dan permusuhan di hatiku kepadamu selama dua belas tahun telah berakhir. Sungguh aku telah memaafkanmu dengan sungguh."

Sekarang ia tinggal kembali di lingkungan di mana ia dibesarkan -- bertetangga dengan ibu dari pemuda yang ia bunuh. Bahkan Mary menganggap Oshea sebagai anaknya sendiri. 

Apa pendapat Oshea tentang pengampunan yang diberikan ibu Mary? "Saya mengagumi Ibu karena ibu berani menawarkan pengampunan, dan menjadi berani mengambil tindakan tersebut, itu memotivasi saya agar memastikan bahwa saya dalam jalan yang lurus," jawab Oshea.

Mary Johnson akhirnya memutuskan untuk mendirikan  sebuah kelompok pendukung  yang memberikan dukungan untuk ibu-ibu yang anak-anaknya menjadi korban kekerasan. Ia mengunjungi penjara-penjara dan gereja-gereja untuk berbicara tentang pengampunan dan rekonsiliasi. Nyonya Johnson sering bergabung dengan dia dan mereka menceritakan kisah mereka bersama-sama.

Dia berkata: "Tidak mau mengampuni itu  seperti kanker. Ini akan memakan Anda dari dalam ke luar." "Ini bukan tentang orang lain, saya mengampuni dia tidak mengurangi apa yang dia lakukan. Ya, dia membunuh anak saya - tetapi pengampunan adalah untuk saya. '

Bagi Oshea Israel pengampunan Mary Johnson membawa  suatu perubahan sekaligus tantangan dalam hidupnya. "Saya belum benar-benar memaafkan diriku sendiri lagi, saya  belajar untuk memaafkan diriku sendiri. Dan saya masih terus mencoba untuk memaafkan diri saya sendiri," katanya. Dia kemudian bekerja di pabrik daur ulang di siang hari dan pergi kuliah di malam hari. Dia dia bertekad untuk membalas kemurahan hati ibu Mary dengan memberi kontribusi kepada masyarakat.

Empat kisah di atas hanyalah contoh kecil dimana seorang ibu dengan keluasan hatinya bisa memadamkan kemarahan  dan kesedihan hatinya serta memilih untuk meninggalkan beban masa lalu yang menyakitkan dan menjalani hidupnya untuk sesuatu yang lebih positif bagi masa depan yang lebih baik. Tak terhitung banyaknya kita berbuat kesalahan kepadanya, membuat sedih dan menyakiti hatinya, tetapi selalu ada maaf yang diberikan kepada kita. Kasihnya tidak pernah habis untuk semua anak-anaknya.

Maka, tidak ada salahnya jika hari ini kita memberikan waktu sejenak untuk merenungkan semua kebaikan ibu yang sudah membesarkan kita dan menaikan syukur kita kepada Tuhan atas kehadirannya dalam hidup kita. Terimakasih ibu, kehadiranmu membuatku sangat berarti. (hatebe/22/12/2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun