Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Natal: Pencari Kebenaran, Penguasa dan Tokoh Agama

13 Desember 2017   11:50 Diperbarui: 13 Desember 2017   12:00 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kisah Natal, Injil menceritakan tentang orang Majus yang datang kepada  raja Herodes Agung untuk bertanya, "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Pertanyaan ini membuat kegemparan baik di dalam istana maupun Yerusalem. Kemudian raja Herodes memanggil para tokoh agama (semua imam kepala dan ahli hukum agama) untuk minta pandangan keagamaan tentang hal tersebut. Dari catatan Injil tersebut kita bisa melihat tiga kelompok orang yang bertemu untuk membahas tentang kebenaran tetapi memiliki alasan dan tujuan yang berbeda. Orang Majus adalah sang pencari kebenaran, Herodes adalah sang penguasa yang gila kekuasaan dan para tokoh agama yang memakai pengetahuannya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sang Pencari Kebenaran

Orang Majus adalah orang yang berasal dari timur, bisa jadi merujuk pada suku tertentu di antara bangsa Median, orang-orang yang bijaksana, ahli perbintangan dan ilmu lain. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kapasitas pemahaman yang istimewa berdasarkan ilmu perbintangan, bahkan boleh dikatakan sangat bergantung pada penampakan bintang. Maka ketika lokasi persis yang ditunjuk oleh bintang itu tidak bisa diketahui, mereka menggunakan cara-cara yang alamiah dan logis untuk mengetahuinya, yaitu dengan bertanya kepada para pemimpin Yahudi.

Malam itu mereka sangat terkejut ketika melihat bintang yang sangat istimewa yang menurut pengetahuan mereka itu adalah tanda tentang kelahiran seorang raja Yahudi yang layak untuk dikunjungi dari jauh dan disembah. Mungkin mereka sebelumnya sudah mengetahui pengharapan yang  bersifat mesianis dari orang Yahudi atau sumber lainnya.

Terlepas darimana pengetahuan tentang pesan Ilahi yang bersifat mesianis ini mereka dapatkan, satu hal yang sangat menarik adalah ketika mereka melihat bintang itu mereka berkeyakinan telah melihat kebenaran yang Ilahi. Bintang itu menarik hatinya sangat kuat untuk menemukan kebenaran yang mereka yakini. Mereka tinggalkan kampung halamannya untuk mencari kebenaran yang telah menawan mereka. Pengorbanan waktu, harta benda dan perjalanan yang penuh resiko serta hasrat hati yang berkobar untuk mengalami realita kebenaran Ilahi membuat mereka terus melangkah dan terus mencari di tengah-tengah rimba kegelapan dunia.

Bagi Sang Pencari Kebenaran, agama itu bukan hanya sekedar ritual pemujaan yang kaku dan monoton, tetapi sebuah proses menemukan, mengalami dan membagikan kebenaran Ilahi menjadi sebuah realita manusiawi yang membumi. Maka tidak heran dalam perjalanan menemukan kebenaran tentang Mesias tersebut orang Majus ada di jalan manusiawi dan berinteraksi secara manusiawi dalam bahasa yang manusiawi juga tetapi didorong serta dituntun oleh penglihatan akan bintang yang surgawi.

Orang yang Gila Kekuasaan

Herodes mendapat predikat "Agung," karena berbagai kelebihan yang dia miliki. Memerintah di Yudea, Herodes Agung (Herodes I) sebenarnya adalah raja boneka dari Kekaisaran Romawi yang berasal dari keluarga Edom tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Yahudi. Musuhnya menyindir Herodes dengan kalimat ini,"Dia mencuri kekuasaan seperti serigala, memerintah seperti macan tetapi mati seperti anjing."

Herodes Agung memang kontroversial dan terkenal di jamannya. Lihai dalam berpolitik, Herodes pintar menjilat penguasa Romawi pada masa itu, yaitu kaisar Agustus. Agustus waktu itu dalam perebutan kekuasaan dengan sahabatnya sendiri yang bernama Antonius. Di awal Herodes mendukung Antonius tapi  di menit-menit terkahir dia berbalik mendukung Agustus. Agustus menyukai Herodes sehingga pada tahun 30 SM Agustus mempercayakan Herodes untuk menduduki tampuk kekuasaan di Israel. Selain itu Herodes juga mencuri hati banyak orang dengan segala proyek bangunannya, misalnya sebuah istana di Yerusalem, benteng Herodian di Yudea, perluasan Bait Allah Kedua, amfiteater dan benteng megah dengan rumah pemandian yang mewah.

Tetapi di balik kelihaiannya berpolitik dan kemampuannya yang hebat dalam membangun infrastruktur terdapat sifat yang kejam. Awal pemerintahannya diwarnai dengan pertumpahan darah dimana ia menumpas kaum pemberontak di Galilea secara kejam. Herodes tidak segan-segan untuk melenyapkan musuh politiknya, bahkan tega membunuh anggota keluarganya sendiri demi mempertahankan kekuasaannya. Orang-orang yang dia anggap berpotensi untuk menjadi saingan atau menurutnya bisa menjadi ancaman bagi kekuasaannya langsung dihabisinya tanpa ampun. Termasuk istri, mertua dan ketiga anaknya mati di tangannya sendiri.

Berbeda dengan orang Majus yang memenuhi panggilan kebenaran, Herodes ketika mendengar dari orang Majus tentang bintang yang menuntun pada kebenaran yang bersifat mesianis langsung bereaksi secara licik untuk mengatur strategi membunuh 'raja orang Yahudi". Baginya kekuasaan adalah segalanya dan dialah 'tuhan' yang mengendalikan kekuasaan dengan cara apapun untuk mengamankan kekuasaannya. 

Bagi Sang Penguasa Jahat, kebenaran adalah dirinya sendiri dan semua hal harus berpusat pada dirinya. Jika merasa ada yang mengancam kekuasaannya atau muncul orang lain yang dianggap sebagai saingan maka kekuasaannya akan menindas, memelintir dan membinasakan sesamanya tanpa hati nurani -- kerena memang penguasa seperti ini telah kehilangan hati nuraninya. Sekali lagi, kebenaran adalah dirinya sendiri dan dialah yang menentukan suatu kebenaran.

Para Penjual Agama

Para Tokoh Agama diwakili oleh imam kepala dan ahli Taurat.  Siapakah imam kepala itu? Jabatan imam diadakan untuk melayani persembahan korban, sebagai pengantara yang mewakili manusia datang ke hadapan Allah.  Setelah bangsa Israel ditawan dan terserak di berbagai bangsa dan kemudian pulang kembali ke negerinya maka semua imam dibagi menjadi 24 kelompok dan tiap kelompok mendapat giliran tugas di Bait Allah selama seminggu.  Pemimpin dari 24 kelompok imam inilah yang disebut imam kepala. Jabatan imam sepenuhnya hanya berkisar pada soal agama dan tidak ada sangkut pautnya dengan politik, tetapi dengan berjalannya waktu kemudian jabatan imam mempunyai kekuatan politik sehingga mereka terlibat dengan banyak kasus penyuapan, perebutan kekuasaan dan berusaha memiliki pengaruh secara politik.

Lalu siapa ahli Taurat itu? Orang-orang yang memiliki tugas utama untuk menyalin Kitab Suci, meneliti sejarah dan dogma di dalamnya, menafsirkan hukum sipil, hukum agama dan peraturan kehidupan moral serta meneliti atau  mengajarkan hukum Taurat kepada umat. Status mereka lebih tinggi dari para imam, sangat dihormati, punya pengaruh besar di masyarakat. Jadi, imam kepala dan ahli Taurat adalah golongan orang yang pada saat itu paling mengetahui tentang nubuatan Mesias.  Oleh sebab itu, Herodes memanggil mereka untuk memberikan penjelasan keagamaan tentang Mesias.

Mereka memang memberikan jawaban yang benar sesuai Kitab Suci tetapi mereka tidak menganggapnya sebagai kebenaran yang harus diyakini dan diterima. Mereka lebih senang menggunakan pengetahuan kitab suci untuk memuaskan nafsu kekuasaan dan kepentingan politiknya. Mereka adalah orang-orang yang tega menggunakan agama untuk mengamankan kekuasaannya dan mengejar ambisi politiknya.

Melalui refleksi Natal ini, mari kita kembali merenungkan kembali hasrat hati terdalam kita dalam beragama. Apakah kita seperti Orang Majus Sang Pencari Kebenaran sejati yang rela meninggalkan 'hidup lama' untuk menemukan kebenaran dan mengalami 'hidup baru'? Apakah kita seperti Herodes yang gila kekuasaan, yang menganggap kekuasaan segala-galanya dan tega membunuh kebenaran? Atau seperti Imam Kepala dan Ahli Taurat, para tokoh agama yang ahli dalam kitab suci dan hukum agama tetapi terlalu sibuk dengan upaya mempertahankan jabatan dan pengaruh bahkan rela menjual agama untuk ambisi politik? Manusia memang melihat apa yang kelihatan atau yang lahiriah tetapi Tuhan yang Maha Mengetahui melihat apa yang ada di hati kita. Kiranya hati kita diterangi oleh cahaya Natal Sejati untuk mengalami Kebenaran Sejati dalam hidup yang sejati. 

Akhirnya, Selamat hari Natal bagi umat Kristiani yang merayakannya. (hatebe/10/12/2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun