Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

14 Alasan Salah Wanita Memutuskan untuk Menikah

22 November 2017   08:59 Diperbarui: 24 November 2017   14:18 3057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HATEBE/RESTORASIKELUARGA/ Tiga bulan lalu Ita menikah dengan Jimmy. Pesta  pernikahan mereka sangat meriah dan mengesankan. Tetapi berbeda dengan  indahnya pesta pernikahannya , seminggu setelah pulang berbulan madu mereka sangat tertekan karena hampir setiap hari ada ketegangan diantara mereka - ada-ada saja yang menyebabkan salah paham dan pertengkaran. Hubungan mereka sepertinya tidak seideal yang mereka harapkan.  Dengan rasa frustasi Ita berkata: "Kalau tahu menikah itu seperti ini lebih baik aku melajang saja seterusnya."

Ita mengenal Jimmy di sebuah pesta pernikahan temannya. Bagaikan film percintaan, Ita jatuh cinta pada pandangan pertama.  Hari berikutnya mereka berkencan dan merasa cocok, sebulan kemudian Jimmy melamarnya. Tanpa menunda terlalu lama, dengan penuh kepastian Ita menerima lamaran itu. Dengan persiapan yang serba cepat tiga bulan kemudian mereka menikah.

Kasus seperti ini ternyata tidak hanya dialami oleh Ita, ada banyak wanita yang mengikuti pola yang serupa dan berakhir dengan kekecewaan dan luka di hati. Secara umum kita bisa menemukan adanya 14 alasan salah yang dibuat seorang wanita yang ingin menikah, yaitu:

1.   Menikah karena merasa hampir kedaluwarsa

Ada sebagian wanita yang memberi catatan dalam dirinya sendiri, bahwa ketika ia masuk usia tertentu,misalnya usia 30, 35 atau 40 tahun  ia sudah terlambat untuk menikah.  Tidak mungkin lagi ia bisa menikah. Maka sebelum usia tersebut ia akan memasang tanda 'sale' untuk dirinya dan 'siapapun' yang suka sama dia akan segera disambarnya. Beruntung kalau ia mendapatkan pria baik-baik, tetapi akan menjadi bencana kalau pria tersebut orang yang bermasalah.

2.   Karena merasa usia sudah cukup

Ada wanita yang berpikir, ketika umurnya sudah pantas untuk menikah ketika bertemu dengan seorang pria yang dianggapnya cocok, tanpa mempertimbangkan hubungan mereka dengan bijaksana segera membawa hubungan mereka kepada pernikahan. "Sebelum terlambat, lebih baik cepat-cepat menikah," ujarnya. Orang yang menikah karena dorongan ini biasanya meniadakan salah satu proses persiapan pernikahan yang sehat, yaitu: proses waktu untuk saling mengenal dan menguji hubungan mereka. 

3.   Menikah karena untuk menutupi rasa malu

Ada wanita yang terpaksa menikah karena sudah terlanjur hamil sebelum menikah. Agar tidak malu dengan keluarga besar atau dengan masyarakat, maka secepat mungkin mereka menikah. Menikah menjadi alat untuk melindungi harga diri.

Kehamilan karena korban perkosaan seringkali juga memakai pernikahan cepat sebagai cara untuk menjaga nama baik di tengah masyarakat. Keduanya, baik kehamilan karena kecelakaan maupun perkosaan biasanya dilakukan karena terpaksa, pasangan tidak siap menikah dan ada luka dalam hubungan mereka sehingga berpotensi besar untuk gagal di tengah jalan.

4.   Menikah karena untuk membahagiakan orang tua

Pernahkan Anda mendengar seorang ibu yang menjelang akhir hayatnya berkata kepada anak gadisnya seperti ini: "Sebelum mama mati, kamu harus sudah menikah" Perkataan seperti itu biasanya akan menjadi beban di hati anaknya sehingga ia akan berusaha secepat mungkin memenuhinya sehingga ia bisa melakukan pilihan yang salah.  Kata-kata senada dari orang tua misalnya: "Papa mama ingin cepat menggendong cucu"  atau "Mama malu kalau anak mama tidak laku" juga bisa menjadi dorongan salah dalam diri anaknya ketika mereka menikah.

5.   Menikah karena sudah merasa hidupnya mapan.

Umur sudah cukup, pekerjaan sudah mapan, hanya satu yang belum: menikah. Jadi apa alasannya untuk menunda-nunda lagi?  Karena beekeyakinan, bahwa menikah merupakan salah satu keberhasilan hidup akhirnya justru menjebak banyak orang pada pilihan yang salah dan tuntutan yang tidak realistis tentang pernikahannya.

6.   Menikah karena untuk memperbaiki nasib

Ada beberapa wanita yang menikah karena pertimbangan untuk memperbaiki nasib.  Mereka berkata: "Mumpung ada orang kaya yang mau, cepat saja menikah." Yang lainnya berkata: "Untuk memperbaiki nasib, apa salahnya menikah dengan duda tua." Ada juga yang demi karier,  "Kalau aku bisa menikah dengan anak bos, aku pasti akan mendapat promosi." Semua alasan yang didorong kepentingan materi akan membuat hubungan tidak murni dan penuh manipulasi. Pernikahan yang seharusnya didasarkan pada kejujuran dan kerelaan untuk menerima pribadinya bukan kekayaannya.

7.   Menikah karena ingin merubah seseorang

Ada orang yang menikah karena ingin menjadi "pahlawan" untuk mengubah hidup seseorang. Mereka berpikir, nanti kalau sesudah menikah pasangannya pasti akan  berubah menjadi lebih baik.  Alasan ini akan membuat banyak orang kecewa dan frustasi karena biasanya pasangannya tidak seperti apa yang diharapkannya.

8.   Menikah karena ingin segera keluar dari rumah

Karena beberapa alasan seseorang ingin segera keluar dari rumah dan meninggalkan orang tua serta saudara-saudaranya. "Daripada aku menderita terus di rumah ini lebih baik aku menikah dan segera menyingkir dari ayah/ibu/saudara yang selalu menyakitiku"  Meninggalkan orang tua tetapi masih menyimpan kepahitan dengan orang tua akan menjadi perjalanan yang terbebani dengan masa lalu. Akan berat untuk pernikahannya.

9.   Menikah karena ingin membuktikan diri

Ada orang yang menikah bukan karena benar-benar ingin menikah atau merasa siap menikah, tetapi karena ingin membuktikan, bahwa ia juga bisa menikah.  Pasangan yang dipilihnya menjadi tidak terlalu penting lagi lkarena yang terpenting adalah ia bisa menikah seperti orang lain.

10. Menikah di saat merasa sedang jatuh cinta

Jangan salah sangka, bahwa jatuh cinta itu tidak penting. Tetapi ketika Anda merasa sedang jatuh cinta biasanya daya nalar Anda menjadi kacau sehingga keputusan menikah yang Anda buat bisa menjadi terburu-buru dan salah.  Pernikahan bukanlah sekedar perasaan, tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang dipadu dalam sebuah komitmen bersama.

11. Menikah karena alasan sosial

Apa kata orang kalau sampai saat ini saya belum menikah? Agar lebih aman saya sebaiknya cepat menikah.Tanggung jawabku menuntut aku untuk segera menikah. Mungkin itu menjadi pertimbangan seseorang menikah tetapi bisa berakibat kurang baik ketika ia akhirnya memiliki tuntutan yang tidak realistis kepada pasangannya demi untuk menjaga statusnya secara sosial. Pasangannya bisa merasa hanya dijadikan obyek untuk menjaga nama baiknya di masyarakat.

12. Menikah di saat hati sedang luka

Ketika seorang wanita sedang patah hati atau merasa dicampakkan pacarnya, mungkin dalam lukanya ia akan bersumpah: "Memangnya hanya dia saja laki-laki di dunia ini, lihat saja saya akan menikah duluan dari dia" atau "Akan aku tunjukkan kepada mereka, bahwa aku tidak bisa dihina terus." Mungkin benar, bahwa ia akhirnya menikah lebih dulu, tetapi keputusan yang diambil saat seseorang terluka biasanya tidak didasarkan pada pertimbangan yang bijaksana. Kemungkinan  untuk salah memilih pasangan akan sangat besar dan setelah menikah tuntutannya terhadap pasangan juga cenderung tidak wajar.

13. Karena sudah lama pacaran

Kami sudah sangat lama pacaran, nggak enak dilihat orang jika tidak cepat menikah. Daripada terjadi apa-apa lebih baik kami segera menikah saja. Pernikahan seharusnya tidak didasarkan rasa tidak enak terhadap orang lain atau karena takut terjadi apa-apa. Waktu pacaran yang lama justru bisa dipakai sebagai proses untuk menguji dan mempersiapkan diri menuju pernikahan yang baik. Harus diingat: betah pacaran bukan berarti betah menikah. Masa pacaran biasanya banyak basa-basi, manipulasi dan fantasi, tetapi pernikahan adalah hubungan yang nyata apa adanya.

14. Karena tidak ada pilihan lain

Ada orang yang terpaksa menikah karena tidak ada pilihan lain. "Kami terpaksa menikah, karena orang tuanya menangkap kami sedang bercumbu, padahal sebenarnya saya hanya main-main sama dia" Atau bisa juga karena dijodohkan paksa. "Saya tidak bisa menolak keinginan orang tua yang menjodohkan saya denga dia." 

Apapun alasannya, ada anugerah Tuhan di dalam pernikahan dimana Tuhan sebagai perancang pernikahan berkehendak agar manusia bisa menikmati pernikahannya dan bertumbuh dalam kedewasaannya untuk memberi arti di tengah-tengah dunia ini.. Kalau kita bisa mempertahankan pernikahan itu karena anugerah-Nya. Kalau kita mengalami kegoncangan dalam pernikahan, jangan lupakan bahwa anugerah-Nya sanggup menolong kita.  Doa dan konsultasi akan memberikan kita jalan untuk mengurai masalah pernikahan kita. (hatebe/22/11/2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun