Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Menyembuhkan Hati yang Berduka Cita

18 November 2017   12:22 Diperbarui: 18 November 2017   13:57 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HATEBE/RESTORASIJIWA/ Setiap orang sebenarnya di bawah bayang-bayang kematian sebab sesungguhnya hidup ini sedang menuju kematian. Setiap saat dan dimanapun kematian selalu mengintip dan menunggu begitu dekat siap menerkam diri kita, orang-orang yang kita kasihi, suami-istri, ayah, ibu, anak, saudara, dan sahabat-sahabat. Jika kematian betul-betul datang menjadi sebuah realita maka datanglah dukacita mencengkeram jiwa kita.

Bu Joko menangis meraung-raung ketika mendengar kabar anak semata wayangnya mengalami kecelakaan di jalan raya dan meninggal di tempat. Berhari-hari ia terus meneteskan air mata dan tidak mau dihiburkan, bahkan berbulan-bulan setelah itu ia tetap berduka dan tidak peduli lagi dengan dirinya dan pekerjaannya. Kejadian seperti ini banyak terjadi di sekitar kita.

Dukacita adalah derita emosional yang menusuk dalam disebabkan oleh kematian orang yang dikasihi. Peristiwa kematian salah seorang yang dikasihi akan menyebabkan orang mengalami kesedihan, penderitaan dan kepedihan.

Peristiwa kematian adalah masa yang sulit. Bagi orang-orang tertentu mungkin saja  secara berangsur-angsur melalui proses waktu bisa segera pulih ke keadaan semula, tetapi orang-orang tertentu terus mengalami duka berkepanjangan.

Jika saat ini Anda sedang dicengkeram duka cita yang mendalam karena seseorang yang sangat Anda kasihi telah meninggalkan Anda, maka langkah-langkah berikut ini bisa membawa Anda pada kesembuhan:

1. Carilah  seseorang yang bisa menjadi kawan 'curhat' Anda.

Anda bisa datang kepada sahabat, konselor atau pembimbing rohani yang siap memberikan telinganya untuk mendengarkan segala perasaan duka cita Anda tanpa menghakimi atau meremehkan perasaan Anda.

Katarsis (pelampiasan unek-unek hati) merupakan kebutuhan yang sangat primer bagi Anda saat-saat  seperti itu. Yang Anda butuhkah saat itu bukan banyak penasihat tetapi seseorang yang mau mendengarkan kesedihan Anda.

Kalau ingin mengeluh, mengeluhlah. Kalau ingin menangis, menangislah.  Menangis dan berduka itu sehat dan lazim untuk orang yang kehilangan. Jangan menekan atau menolaknya. Mengetahui, kalau ada seseorang yang bersama dengan Anda dan ikut merasakan rasa sakit, kebingungan dan keputusasaan yang Anda rasakah akan sangat membantu Anda melewati duka cita itu dengan baik.

2. Bukalah diri untuk menerima simpati dan memberikan simpati kepada orang lain

Pada masa-masa duka yang mendalam dialami (Grieving period), biasanya orang yang berduka cita larut dengan perasaan sedih, sepi dan kosong. Benar-benar duka cita itu mencengkeram jiwanya. Hal ini tidak boleh berlarut-larut, Anda harus membuka diri Anda bagi orang lain untuk memberikan simpati kepada Anda. Jangan hanya 'bersembunyi' di dalam rumah. Jalanilah kembali kehidupan Anda secepatnya, kembali bekerja dan beraktifitas sehingga para sahabat Anda beroleh kesempatan memberikan simpati yang menguatkan jiwa Anda pasca kematian orang yang Anda kasihi.

Selain itu, aktifitas yang kembali normal akan membuat Anda bisa melihat, bahwa ada orang lain yang juga mengalami kesedihan dan kehilangan seperti Anda. Kerelaan Anda untuk memberikan simpati kepada mereka akan menyembuhkan duka cita mereka sekaligus duka cita Anda sendiri.

3. Jika Anda mengalami trauma kematian yang cukup dalam, carilah bantuan konselor yang tulus hati

Kematian adalah tragedi yang tidak pernah dapat dipersiapkan dengan sempurna sehingga dorongan untuk menghukum diri menjadi besar.  Muncul rasa bersalah, perasaan kehilangan, sepi  atau berbagai kebingungan untuk menjalani hidup selanjutnya. Seorang konselor professional atau pembimbing rohani yang tulus hati akan menolong Anda untuk memahami tragedi kematian dengan sudut pandang yang seimbang, proposional dan sehat. Doa-doa yang diberikan kepada Anda juga akan mengalirkan anugerah Tuhan yang memberikan ketenangan di jiwa Anda. (hatebe/18/11/2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun