Mohon tunggu...
Heru Riswan
Heru Riswan Mohon Tunggu... Hoteliers - just a simple with complicated dream

orang yang akan pergi bersama angin,,calon seorang sosiolog. mantan barista

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Genjer-Genjer" dan Saksi Sejarah Indonesia

25 April 2020   06:45 Diperbarui: 25 April 2020   06:54 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selintas mendengar lagu Genjer-Genjer kesan yang akan kita dapat dari lagu ini seakan menggambarkan suasana menyeramkan dan kengerian yang sangat mendalam, terlebih lagu Genjer-Genjer ini lekat kaitanya dengan peristiwa kemanusiaan terbesar di indonesia yaitu peristiwa G30S/PKI.  

Mungkin saat ini tak banyak yang tahu mengenai lagu yang sarat menjadi lagu mars Partai Komunis Indonesia, bahkan hanya untuk menyebutkan namanya saja orang-orang seakan sama sekali tidak mengetahunya. 

Lagu yang menggunakan bahasa Jawa Osing sebagai liriknya ini menjadi terlarang kala rezim Soeharto berkuasa, jangan coba-coba mendengarkan lagu ini keras-keras jika kita tidak mau di tuduh PKI dan hilang tanpa jejak. Seperti memiliki aura yang melekat dalam lagu ini tak heran jika kita mendengarkannya lebih dalam, kita akan semakin terbawa suasana kesedihan peristiwa genosida di Indonesia yang dilakukan rezim orde baru.

Sebetulnya bagaimana sejarah dan asal-usul lagu Genjer-Genjer ini hingga menjadi sebuah lagu yang menjadi identitas komunis di indonesia?

Jika generasi yang lahir di antara transisi orde baru ke era reformasi sedikit banyaknya akan merasakan bagaimana kengerian film propaganda saat itu, film Pengkhianatan G30S/PKI yang kerap di putar tanggal 1 Oktober setiap tahunnya mencuci otak kita dan menggambarkan bagaimana PKI melakukan kekerasan kepada sejumlah jendral yang bahkan misteri kasus PKI ini belum shohih kebenarannya.  

Dalam satu adegan digambarkan sebuah adegan di mana anggota Gerwani mengelilingi para jendral yang ditawan dengan tarian mesum sembari menyileti wajah para jendral diiringi lagu Genjer-Genjer. Sejak saat itulah Genjer-genjer lekat akan pergerakan kaum kiri indonesia dan dijadikan lagu terlarang selama 32 tahun dan pada tahun 1998 saat Soeharto mundur lagu ini kembali boleh di perdengarkan dengan konteks yang sarat akan makna penderitaan atas peristiwa ini.

Namun sampai saat ini Film Pengkhianatan G30S/PKI masih ramai dibicarakan dan diperdebatkan, apakah adegan Gerwani tersebut nyata atau tidak dan beberapa beranggapan bahwa film ini hanya propaganda Orde Baru.

Genjer-Genjer pada faktanya merupakan bukan lagu mars PKI yang selama ini kita ketahui dan bukan pula lagu yang di ciptakan khusus untuk mereka. Genjer-Genjer merupakan lagu rakyat yang populer di kalangan masyarakat Banyuwangi khususnya populer di kalangan suku Osing, suku asli Banyuwangi.

Diciptakan oleh seniman angklung banyuwangi bernama Muhammad Arief pada tahun 1942. Lagu ini menceritakan penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan jepang. Genjer (Limnocharis flava) sendiri merupakan tumbuhan gulma di persawahan yang biasanya di gunakan sebagai pakan itik juga dianggap sebagai hama tanaman. Karena kondisi susah dan penderitaan masa kolonial Jepang, banyak masyarakat indonesia kelaparan hingga menjadikan genjer sebagai hidangan sehari hari yang biasanya di hidangkan dengan sambal jeruk.

Setelah dinyanyikan oleh Bing Slamet dan Lilis Suryani, lagu Genjer-Genjer menjadi semakin terkenal dan populer di seluruh Indonesia di awal tahun 60-an. Saking terkenalnya kemudian PKI menjadikan lagu ini sebagai propaganda kampanye untuk partainya karena lagu ini mengandung arti penderitaan rakyat dan kesengsaraan petani selaras dengan Partai Komunis Indonesia (secara Khusus).  

Sejak saat itu Genjer-Genjer menjadi identitas kaum kiri Indonesia. Namun sejak tahun 1965 atau setelah pemberontakan G30S/PKI lagu Genjer-genjer menjadi lagu terlarang, dan siapapun yang menyanyikan, menyimpan lirik lagu dan memutar lagu ini akan dituduh berafiliasi dengan PKI dan kita tahu sendiri nasibnya, akan ditangkap dan hilang.

Seperti nasib penciptanya Muhammad Arief, setelah peristiwa G30S/PKI, Arief menghilang dan di penjarakan. Arief sempat bercerita kepada keluarganya bahwa dia di tahan di Kalibaru, kemudian malang dan terakhir di Lowokwaru sebelum akhirnya hilang tanpa kabar hingga saat ini. Bukan hanya sang pencipta lagu yang menderita, keluarganya pun menerima cap sebagai simpatisan PKI, rumah mereka dihancurkan oleh massa dan stigma PKI hingga berpuluh-puluh tahun.

Membunuh menjadi sangat mudah pada masa peristiwa G30S/PKI ini, banyak sekali korban yang nyatanya mereka tidak tahu menahu mengenai pemberontakan ini, yang bahkan hingga saat ini masih menjadi misteri dan terus diperdebatkan.

Lagu Genjer-Genjer hanya ingin menjadikan sebuah bukti sejarah mengenai penderitaan rakyat Indonesia akan kejamnya masa kolonial Jepang, menjadi sebuah lagu akan gambaran bagaimana perjuangan kemerdekaan harus ditebus dengan banyak penderitaan, lagu yang menggambarkan betapa kelaparan saat itu menjadi hal yang biasa.

Sejak tahun 1998 lagu Genjer-Genjer tidak lagi menjadi lagu terlarang dan beberapa penyanyi menyanyikan lagu ini seperti band rock Amerika Dengue Fever merekam versi Genjer-genjer pada tahun 2016 meskipun menggunakan bahasa Khmer. Selain itu pemusik Indonesia yang menetap di Jerman, Tomi Simatupang sering mengadakan pertunjukan musik di Berlin dan Hamburg sering menyanyikan lagu Genjer-Genjer ini dan mengusung tema Genjermania.

Lagu Genjer-Genjer akan menjadi saksi bisu sejarah Indonesia, sejarah yang berpihak kepada si baik atau si jahat dan menjadi sebuah bukti sejarah kita. Sebagai lagu perjuangan rakyat Indonesia semestinya kita menjaga dan melestarikan hasil kebudayaan masyarakat Indonesia terlepas dari kaitanya dengan sistem perpolitikan Indonesia.

Sama halnya dengan lagu Donna-Donna yang menceritakan keadaan para Yahudi di masa Fasisme NAZI, dan lagu Bella Ciao yang menggambarkan semangat pejuang melawan Fasisme Mussolinni, Genjer-Genjer pun menjelma menajadi sebuah lagu pergerakan perlawanan akan kekejaman kolonial jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun