Kisah cinta Amangkurat I yang dramatis adalah bersama seorang wanita cantik, putri seorang dalang wayang. Wanita itu kemudian lebih dikenal sebagai Ratu Malang. Pada saat itu wanita itu telah menikah dengan Kiai Dalem dan sedang hamil dua bulan. Untuk melancarkan niatnya mengawini sang wanita, Sang Sunan lalu membunuh Kiai Dalem, suami Ratu Malang.
Mengetahui suaminya dibunuh, Ratu Malang sepanjang siang dan malam meratapi kematian suaminya. Kemudian, ia jatuh sakit dan meninggal. Sang Sunan mengira bahwa kematian wanita yang dicintainya itu karena para selir-selir kerajaan yang cemburu kepadanya. Amangkurat I mencurigai para dayang-dayang kerajaan telah meracuni sang Ratu.
Sunan yang kecewa karena kematian wanita yang dicintainya, lalu mengukum mati 43 orang selir dan dayang-dayangnya dengan cara mengasingkan mereka dan tidak diberi makan dan minum sama sekali. Bahkan satu orang selirnya yang masih hidup di pengasingan, akhirnya dikubur hidup-hidup disamping makam Ratu Mayang.
Â
Kekuasaan
Dalam memerintah Sunan tidak seperti ayahnya. Amangkurat I justru menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, VOC diizinkan membuka pos-pos dagang diwilayah Mataram. Sedangkan Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I, dianggap sebagai bukti bahwa VOC takluk terhadap kekuasaan Mataram. Namun Amangkurat I kemudian terperangah, ternyata anggapannya salah. VOC menyerag dan merebut Palembang tahun 1659.
Dalam pada itu, permusuhan Mataram dan Banten juga semakin buruk. Pada tahun 1650 Cirebon ditugasi menaklukkan Banten, tetapi gagal. Sementara itu hubungan diplomatik Mataram dan Makassar yang dijalin Sultan Agung, akhirnya juga hancur di tangan putranya. Pada tahun 1658 Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak oleh Sultan Hasanuddin.
Â
Pemberontakan Trunajaya
Amangkurat I juga berselisih dengan putra mahkotanya, yaitu Raden Mas Rahmat. Pada tahun 1661 Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta, tetapi gagal. Amangkurat I menumpas seluruh pendukung putranya itu. Sebaliknya, Amangkurat I juga gagal dalam usaha meracun Mas Rahmat tahun 1663.