Mohon tunggu...
Mas Heru
Mas Heru Mohon Tunggu... Wiraswasta - Swasta

Menikmati jadi diriku sendiri

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ego Manusia Tidak Mampu Robohkan Spiritualitas Alam Semesta

21 Januari 2025   17:18 Diperbarui: 21 Januari 2025   17:18 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selaraskan dengan alam semesta. Dokumen. Pribadi

Belajar dari pengalaman Galileo dan Siddharta, serta puluhan ilmuwan lainnya, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa semakin dalam seorang ilmuwan melakukan penelitian ilmiah, semakin dalam pula spiritualitasnya.

Ia akan semakin sadar akan tempat manusia di keseluruhan alam semesta ini. Ia akan semakin ilmiah, sekaligus ia akan menjadi semakin spiritual. Inilah paradoks mendasar di dalam kaitan antara sains dan spiritualitas.

Sebaliknya juga sama. Semakin orang mendalami spiritualitasnya, semakin ia terbantu dengan berbagai penemuan ilmiah yang ada. Ia sama sekali tidak merasa terancam dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Sebaliknya, ia justru semakin diperkaya dengan pemikiran kritis dan fakta-fakta menakjubkan, serta semakin rendah hati di hadapan kemegahan alam yang diungkap oleh ilmu pengetahuan. Semakin spiritual seseorang, maka hidup dan pemikirannya pun akan semakin ilmiah.

Alam semesta secara keseluruhan sudah berusia ribuan milyar tahun. Kecerdasannya sudah terbukti dalam bentuk beragam bintang, planet dan galaksi yang tersebar di jagad raya ini.

Sebagai manusia, peradaban kita baru berkembang kurang lebih 20 ribu tahun. Dalam hitungan alam semesta, kita masih berusia hitungan detik, jika dibandingkan usia alam semesta ini.
Maka adalah masuk akal bagi kita untuk belajar dari alam semesta. Kita perlu untuk hidup sejalan dengan alam, namun bukan alam sebagaimana kita inginkan, melainkan alam sebagaimana adanya.

Alam ini ada nun jauh di sana di antara bintang-bintang. Namun, ia juga ada di depan mata dan di dalam diri kita sendiri, yakni alam semesta kuantum yang berbicara di tingkat atomik dan molekular

Di dalam kemegahan dan keunikan-keunikan alam semesta, kita merasa kecil. Kita bukanlah pusat alam semesta. Kita bukanlah mahluk spesial yang punya hak untuk berbuat semaunya.

Di dalam kesadaran ini, ada sesuatu yang spiritual tampil ke depan. Ia tidak istimewa. Ia amat sederhana, sekaligus menggetarkan jiwa. Yang ilmiah dan yang spiritual melebur disini.

Penulis: Heru Subagia, Pegiat Filsafat, Politik dan Ekonomi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun