Tulisan ini dipersembahkan untuk mengkritik dan juga memberikan wacana komprehensif terhadap pencapaian politik khusus nya Partai Amanat Nasional ( PAN) dalam politik kekinian. Menjadi sebuah catatan kritis Kongres PAN VI yang akan digelar akhir Agustus ini. Pelaksanaan Kongres tersebut dianggap sebagai sebuah jalan "Lilin Kematian Partai Reformasi".
Kongres PAN VI
Seperti diketahui jika subtansi pokok dari acara Kongres PAN VI adalah pergantian Ketum Baru atau meneruskan kembali Zulkifli Hasan dan memberikan panggung politik bagi Jokowi dan juga Prabowo. Dikatakan jika Kongres merupakan forum musyawarah tertinggi di partai berlambang matahari putih tersebut.
"Digelar 23-24 Agustus," kata Sekjen PAN Eddy Soeparno kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/8).
Sekjen PAN Eddy mengatakan salah satu agenda Kongres VI PAN adalah menetapkan dan mengukuhkan Zulkifli Hasan (Zulhas) kembali sebagai ketua umum periode 2024-2029. Eddy menjelaskan hal ini sudah diputuskan dalam rapat kerja nasional beberapa waktu lalu.
"Sudah diputuskan aklamasi bahwa Pak Zulhas akan jabat sebagai ketum PAN kembali untuk 2024-2029. Karena itu yang kami laksanakan penetapan, pengukuhan ketum PAN 2024-2029 [di kongres]," ujar dia.
Kemudian, kata Eddy, di dalam kongres akan ada forum penguatan kader PAN menjelang Pilkada Serentak 2024. Ia menyatakan susunan kepengurusan PAN periode 2024-2029 akan ditetapkan usai kongres oleh Zulhas.
Persembahan Untuk Jokowi
Pada akhirnya, Kongres PAN hanya akan dijadikan panggung bagi elite puncak yakni Zulkifli Hasan untuk berjualan, bargaining dan juga melakukan agresi kepentingan politik lainnya. Panggung kedua yang menikmati acara Kongres PAN adalah Jokowi serta Prabowo. Dua elite politik ini adalah king maker politik kemarin dan yang akan datang. Sebagai polisi gaek, Zulkifli Hasan sangat paham untuk menggelar karpet merah bagi mereka.
Jokowi bagi Zulkifli Hasan dianggap mempunyai kekuatan dan pengaturan politik yang memadai. Jokowi juga dalam detik-detik terakhir bisa menjadi dewa mabuk yang menyerang dan membunuh karir Zulkifli Hasan dengan melakukan tekanan dan operasi khusus. Zulkifli Hasan bisa mati dalam hitungan hari, seperti yang sudah dialami oleh Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang disinyalir dipaksa mundur oleh kekuatan siluman dengan ancaman-ancaman khusus.
Karena Zulkifli Hasan paham jika menempatkan tema keberlanjutan Proyek IKN dalam Kongres PAN kali ini menjadi ajang merebut simpati dan menyakinkan diri baik secara pribadi dan. Kepartaian mendukung penuh pembagunan IKN berkelanjutan. Simbol dan seremonial dukungan adalah bagian acara suci yang disukai oleh Jokowi dan Zulkifli Hasan tahu semuanya.
Rangkul Prabowo
Sementara Prabowo dianggap Zulkifli Hasan sebagai kawan setia dan juga dianggapnya sebagai satu perjuangan dalam eksistensi dan juga perjuangan politik nasional. Karenanya Zulkifli Hasan sedikit pun tidak ada curiga atas kepercayaan Pranowo dibandingkan dengan Jokowi.
Prabowo sebagai presiden terpilih dalam pilpres 2024, tentunya memiliki saham maksimal. Baik dalam pemerintahan dan juga konstelasi politik nasional. Zulkifli Hasan memastikan jika PAN dan para menteri yang akan dipilih adalah sahabat loyal dan tidak mungkin melakuan sabotase dan pembangkangan. Secara politik, Zulkifli jauh lebih diuntungkan berjabat erat dengan kubu Prabowow daripada harus bersentuhan dan satu barusan dengan kubu Gibran Rakabumi  Raka sebagai wakil presiden.
Bisa jadi PAN akan menjadikan dirinya sebagai wasit, penengah atau mediator di antara kubu Prabowo dan kubu Gibran. Jika benar Golkar dan pengaruhnya jatuh di kubu Jokowi tentunya secara langsung akan ancanman baru bagi kubu Prabowo dan juga merubah peta kekuatan Koalisi Indonesia Maju sebagai Koalisi pengusung Pilpres 2024.
Pihak yang diuntungkan adalah PAN sebagai bagian parpol yang bisa menyodok dan melekatkan dua kepentingan kubu Prabowo dan Gibran. Itulah mengapa Zulkifli Hasan memberikan panggung khusus bagi Prabowo dan juga Jokowi. Menangkap dan merangkai berbagai kepentingan politik untuk stabilitas Koalisi dan juga menaikan bargaining politik.
Yang tidak kalah penting, porsi kekuatan PAN menjadi kuat dan karenanya secara langsung melindungi kepentingan politik internal dan juga keamanan pos-pos jabatan dan juga post jabatan sebagai ketua partai.
Kewenangan  Absolute
Paling ditakuti bagi elite politik melakukan perlawanan dengan Zulkifli Hasan ketika saat ini sedang berlangsung penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran. Diperkirakan sedikitnya PAN akan mendapat jatah selevel Menteri 4-5 post, jabatan Wamen, Komisaris, Duta Besar dan berbagai Direktur berbagai berbagai BUMN dan Lembaga Tinggi Negara lainnya. Salah satu penting adalah penentuan bagi-bagi jabatan ada di tangan Ketum Partai Zulkifli Hasan.
Dengan kekuatan penuh kewenangan tersebut Ketum Partai mempunyai privilege khusus membagi dan menentukan siapa yang bakal ditunjuk menjadi menteri, wakil menteri, duta besar dan jabatan-jabtan publik yang tersebar di mana -mana.
Tentu, semua elite partai menginginkan sebuah jabatan sebagai bagian hadiah prestasi politik, jabatan dari bentuk loyalitas dan juga jabatan sebagai tutup mulut. Diprediksi amat sedikit sekali atau mungkin bahkan tidak akan ada elite politik yang berani melawan, membangkang atau sekedar mengkritik.
Dapat dikatakan jika keseluruhan entitas partai ludes dibantai oleh pragmatis atau karena urusan perut. Pada akhirnya Kongres adalah kedaulatan kader-kader partai justru menjadi sandera politik bagi elite PAN.
Berujung minimnya aktualisasi politik bagi kader untuk bergejolak, berjuang dan juga memperebutkan kursi ketua umum. Penonton juga bakal kecewa karena Kongres PAN hanya dijadikan legitimasi sepihak dan untuk menyenangkan penguasa lama dan baru ( Jokowi dan Prabowo
Konsolidasi Internal Gagal
Secara keseluruhan politik Zulkifli Hasan terlalu cangih untuk disimak, tetapi terdapat catatan kritis jika Zulkifli Hasan bermain cantik dan lincah namun sayangnya bermain solo alias singgle player. Keseluruhan entitas partai diborong dan diperdagangkan sendirian oleh Zulkifli Hasan. PAN kuat  identik dengan Zulkifli Hasan tetapi lemah secara kekuatan branding dan juga kekuatan kolektif organisasi.
Ujungnya, PAN tersandera oleh keunggulan perseorangan, bukan korporasi atau organisasi yang tersohor. Pertanyaan, apakah di internal kader PAN tidak ada yang unggul dan mumpuni untuk dijadikan dan dicetak menjadi tokoh nasional atau Ketum baru , atau akan PAN cukup sudah berhenti untuk menjadikan dirinya sebagai bagian pergerakan perubahan politik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H