Dengan mengukur potensi masalah ke depan, Ketua Komite Olimpiade Indonesia Rita Subowo mempertanyakan apakah pemerintah punya cukup waktu untuk mempersiapkan diri dengan benar.
“Pemerintah harus menyadari bahwa Surabaya hanya akan siap untuk menjadi tuan rumah Youth Games 2021, bukan Asian Games (senior- penulis) tahun 2019,” kata Rita Subowo.
Ia juga menambahkan catatan bahwa pemerintahan terpilih baru akan dilantik akhir tahun ini, dan bisa jadi tidak sepakat untuk mengongkosi acara tersebut, yang nantinya akan menambah ketidakpastian dalam soal penawaran sebagai tuan rumah acara olahraga terbesar Asia Tenggara tersebut.
Biaya menjadi tuan rumah akan tergantung dari seberapa banyak infrastruktur yang dibutuhkan untuk dibangun atau ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.
Selain itu, Rita menyoroti konflik antara KOI dan KONI di Indonesia. Jika mengacu pada FIFA dan AFC, daulisme PSSI saja dapat bermasalah bagi keikutsertaan Indonesia di kedua lembaga sepakbola Internasional tersebut, apatah lagi untuk urusan Asian Games?
Persiapan Indonesia dan kandidat kota penyelnggara
Vietnam memerlukan biaya paling sedikit 500 juta dollar jika tetap menjadi tuan rumah, demikian pernyataan para ekonom dan ahli terkait acara olahraga tersebut.
Apakah Indonesia siap mengucurkan dana sebesar itu, antara 5-7 Trilyun Rupiah padahal selang dua tahun kemudian pada 2021 kota yang sama kembali akan menyelenggarakan event yang hanya sedikit lebih kecil skala, namun tetap tinggi standar infrastruktur pertandingannya, Youth Asian Games 2021 tadi.
[caption id="attachment_332734" align="aligncenter" width="300" caption="Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya (lensa indonesia.com)"]
Jika saja Pemerintah Indonesia, insan olahraga dan Pemda Jawa Timur bersatu semua saya yakin penyelenggaraan AG 2019 di Surabaya dilanjutkan AYG 2021 di kota yang sama dapat terwujud.
Jangankan persiapan 5 tahun, persiapan penunjukkan Palembang menyelenggarakan ISG 2013 hanya dalam hitungan bulan terbukti telah berhasil kita lakukan.