Mohon tunggu...
Heru Andika
Heru Andika Mohon Tunggu... -

Account lama saya di-hack karena saya menulis tentang kebenaran, namun saya tak akan pernah bisa dihentikan dengan cara seperti itu, karena saya amat mencintai menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Timnas U-19, Bidik AG 2018, Dunia Masih Belum Kiamat!

14 Oktober 2014   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:02 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413270995872375371

[caption id="attachment_366341" align="aligncenter" width="300" caption="Tim nasional U-19 Indonesia (mediasepakbola.co.id)"][/caption]

Ya...jika saya sebagai masyarakat pencinta sepakbola Indonesia boleh memberi saran, dan kritik, maka saya akan kantakan kepada Evan Dimas dkk....sebuah petuah bijak dari para orang tua dahulu..."KEGAGAGALN HANYALAH KEMENANGAN YANG TERTUNDA"

Atau jika meminjam lirik lagunya DEWA 19 yang berjudul "Hidup adalah Perjuangan Tanpa Henti"....yang berbunyi seperti ini:

Kemenangan hari ini, bukanlah berarti kemenangan esok hari

Kegagalan hari ini, bukanlah berarti kegagalan esok hari

Hidup adalah Perjuangan Tanpa Henti-henti, usah kau menangisi hari kemarin....

Yupp, saya setuju jika La Nyala Matalitti sebagai Wakil Ketum PSSI mewakili manajemen PSSI mengaku bertanggungjawab dan akan mempertanggungjawabkan kegagalan timnas Indonesia U-19 di Piala Asia U-19, pada Kongres PSSI .

Namun pertanggungjawaban seperti apa?

Pak La Nyala mundur? Coach Indra Syafri dipecat? Evan Dimas dkk., dipulangkan ke kampung nya masing-masing?

Boleh saja dilakukan, apalagi jika pengurus PSSI mau berbesar hati, namun tentu bukan itu pemecahan masalahnya.

Tetap harus ada solusi , karena Evan Dimas dkk ini pemain muda harapan masa depan sepakbola Indonesia.

Bangsa ini harus belajar bagaimana caranya bangkit dari kekalahan masa lalu. Jangan biasakan jadi bangsa cengeng, kalo menang euphoria berlebihan dimana-mana, seolah dunia telah ada dalam genggaman kita.

Jika kalah, malah menangis sesengukan, di lapangan, di tribun penonton, di depan TV di rumah masing-masing, ada yang mengamuk di stadion, meyalahkan wasit dan hakim garis lah.....cari-cari kambing hitam.

Budaya seperti ini telah terbukti membuat sepakbola Indonesia jalan di tempat.

Suka tidak suka, PSSI sebagai pembina persepakbolaan Indonesia yang tertinggi otoritas nya, harus mendengarkan nasihat Menpora Roy Suryo, "Kembalikan para pemain timnas U-19 ke klub masing-masing", tempa mereka dalam kompetisi Liga Indonesia, agar matang dalam empat tahun ke depan.

Ada apa sih emapt tahun lagi?

Ya, seperti yang telah ditetapkan pada Sidang Komite Olimpiade Asia (OCA) bersamaan dengan pelaksanaan Asian Games 2014 di Incheon, Korsel September lalu, maka Indonesia dengan kota Jakarta, Palembang, dan Bandung ditetapkan sebagai Tuan Rumah ASIAN GAMES 2018.

Sebagai tuan rumah, tentunya selayaknyalah kita mengirimkan wakil untuk bertanding pada cabang paling bergengsi di pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade tersebut, yaitu sepakbola.

Apalagi sebagi tuan rumah, Indonesia kemungkinan akan langsung lolos ke babak penyisihan tanpa harus melalui kualifikasi lagi.

Bagaimana dengan mimpi Piala Dunia U-20 yang pupus?

Kali ini jika Evan Dimas, atau siapapun yang terpilih menjadi pemain timnas U-23 Asian Games 2018 nanti, mampu menembus babak semifinal, maka bonus nya adalah turnamen sepakbola yang lebih besar gengsinya daripada Piala Dunia U-20, karena kemungkinan hadirnya bintang-bintang sepakbola senior tingkat dunia.....yaitu sepakbola Olimpiade Tokyo 2020 !

Belajar dari kebangkitan Thailand

Cobalah kita belajar dari sepakbola negeri tetangga kita Thailand.

Ketika Evan Dimas cs, mampu mengandaskan mereka pada babak penyisihan grup AFF U-19 di Sidoarjo Jawa timur September 2013 lalu, banyak penggila bola Indonesia mengira bahwa sepakbola junior Thailand sudah habis.

Nyatanya....tak usah bicara regenerasi tim di bawahnya, yang mana tim U-16 Thailand baru saja mampu menembus semifinal Piala Asia U-16....masih kita bicara tim yang sama dengan yang dikalahkan Evan Dimas cs di Sidoarjo tahun 2013 di turnamen AFF U-19

Ternyata di Piala Asia U-19 ini, mereka malah memuncaki Grup A yang berisikan Myanmar, Yaman dan Iran dan menjadi tim Asia Tenggara pertama dan kemungkinan satu-satunya yang lolos babak 16 besar turnamen, jika Myanmar pun berhasil disingkirkan Yaman.

From Zero to Hero.

Tak lolos di babak grup turnamen sekelas Asia Tenggara AFC U-19, yang kahirnya dijuarai Indonesia dan runner up nya adalah Vietnam.

Namun Thailand "membalas dendam" mereka di Turnamen yang lebih besar dalam hal skala maupun tingkat persaingannya, Piala Asia U-19 dengan lolos dari Grup A sebagai pimpinan klasemen.

Sementara Indonesia dalam dua pertandingan selalu kalah dalam dua pertandingan di Grup B, Vietnam sekali seri dan dua kalah, langsung jadi juru kunci Grup C pada hari ke 6 turnamen, dan di atas nya Korsel yang juga gagal lolos ke 16 besar karena hanya menempati posisi tiga grup, kalah bersaing dengan Jepang dan China.

Tim Korsel sama dengan yang dikalahkan Indonesia di pertandingan penentuan Juara Grup Kualifikasi untuk Piala Asia U-19.

Thailand yang kita "kubur" di Piala AFF U-19, tak bisa sekedar lolos dari grup penyisihan saja, ternyata di Piala Asia U-19 Myanmar berdiri sejajar dengan kekuatan raksasa sepakbola Asia seperti Jepang, China, Uzbekistan, Australia, Irak dan Qatar di babak 16 besar.

Belum lagi jika kita ingat, bahwa sepanjang 2013 lalu tim sepakbola negeri Gajah Putih harus berlatih di bawah tekanan suhu politik yang memanas akibat gelombang demonstrasi besar-besaran di negara tersebut.

Namun prestasi mereka di segala level usia mulai dari U-16, U-19 hingga tim Asian Games 2014 lalu yang berusia U-23, setidaknya selalu lolos dari penyisihan grup.

Itu yang harus dipelajari.

Secara teknik baik timnas U-19, maupun Persipura yang kandas di semifinal turnamen Piala AFC lalu, saya lihat bukan hanya telah berkelas Asia dan untuk dunia pun telah mumpuni.

Masalahnya hanyalah di mental juara yang tidak kita punya.

Kalo juara, rasanya "heboh" banget, tegang banget.....namun begitu kalah, seperti nya susah untuk bangkit menjadi juara lagi.....itu bukanlah mental juara...itu lebih bersifat mental untung-untungan.

Maaf kalo saya agak sedikit sinis.....memang kesuksesan timnas U-19 di tahun 2013 lalu semuanya terjadi di Indonesia kok.

Satu-satunya prestasi Internasional mereka di luar negeri hanyalah di Turnamen Yunior HKFA di Hong Kong, yang kualitas peserta nya jauh di bawah peserta Piala Asia U-19 ini.

Ayo, Garuda Muda, bangkit lagi, mimpi ke kejuaraan dunia masih layak dikedepankan, bahkan skala nya lebih besar dan lebih menantang, Asian Games 2018 dan Olimpiade 2020, bahkan bisa jadi Piala Asia senior 2019!

Kenapa harus patah arang.

Syaratnya belajar dari pengalaman masa lalu, jangan melulu tenggelam dengan kenangan masa lalu.

Perbaiki kelemahan utam atlet Indonesia, mental bertanding.....sesuatu yang pada diri atlet-atlet muda saat ini hilang jika dibandingkan dengan atlet-atlet Indonesia di era Presiden Soekarno dan Soeharto dulu.

Tak terkecuali dengan atlet-atlet sepakbolanya, padahal timnas Juara Piala Asia U-19 1961, ada yang untuk membeli sepatu bola saja ketika itu tak mampu sebagaimana dikisahkan oelh Bob Hippy salah satu punggawanya.

Sementara Evan Dimas cs., jangan soal kebutuhan olahraga....untuk ujian sekolah saja, mereka diberikan dispensasi khusus dan Kemendiknas RI.

Tak masalah jika pun sebagian besar pemain yang ada saat ini dipertahankan, apalagi yang sekelas Evan Dimas, Oktaviano Sitanggang, maupun Ravi Murdianto.

Tak masalah jika sebagian besar anggota tim dirombak, dan diganti dengan muka baru yang mungkin akan baru "muncul" saat tampil di kompetisi resmi Liga Indonesia mulai dari Divisi bawah hingga level Liga Super.

Yang penting perbaiki kualitas mental bertanding, yang mudah sekali frustrasi dan bingung jika kotak penalti lawan dijaga ketat, para bek sering menyerah dengan masalah tinggi badan, jika lawan yang dihadapi, ahli dalam umpan-umpan silang seperti Australia dan Uzbekistan.

Saatnya berbalas budi kepada Tanah Air ini. Bangkitlah Garuda Muda, songsong masa depan yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun