Cobalah kita belajar dari sepakbola negeri tetangga kita Thailand.
Ketika Evan Dimas cs, mampu mengandaskan mereka pada babak penyisihan grup AFF U-19 di Sidoarjo Jawa timur September 2013 lalu, banyak penggila bola Indonesia mengira bahwa sepakbola junior Thailand sudah habis.
Nyatanya....tak usah bicara regenerasi tim di bawahnya, yang mana tim U-16 Thailand baru saja mampu menembus semifinal Piala Asia U-16....masih kita bicara tim yang sama dengan yang dikalahkan Evan Dimas cs di Sidoarjo tahun 2013 di turnamen AFF U-19
Ternyata di Piala Asia U-19 ini, mereka malah memuncaki Grup A yang berisikan Myanmar, Yaman dan Iran dan menjadi tim Asia Tenggara pertama dan kemungkinan satu-satunya yang lolos babak 16 besar turnamen, jika Myanmar pun berhasil disingkirkan Yaman.
From Zero to Hero.
Tak lolos di babak grup turnamen sekelas Asia Tenggara AFC U-19, yang kahirnya dijuarai Indonesia dan runner up nya adalah Vietnam.
Namun Thailand "membalas dendam" mereka di Turnamen yang lebih besar dalam hal skala maupun tingkat persaingannya, Piala Asia U-19 dengan lolos dari Grup A sebagai pimpinan klasemen.
Sementara Indonesia dalam dua pertandingan selalu kalah dalam dua pertandingan di Grup B, Vietnam sekali seri dan dua kalah, langsung jadi juru kunci Grup C pada hari ke 6 turnamen, dan di atas nya Korsel yang juga gagal lolos ke 16 besar karena hanya menempati posisi tiga grup, kalah bersaing dengan Jepang dan China.
Tim Korsel sama dengan yang dikalahkan Indonesia di pertandingan penentuan Juara Grup Kualifikasi untuk Piala Asia U-19.
Thailand yang kita "kubur" di Piala AFF U-19, tak bisa sekedar lolos dari grup penyisihan saja, ternyata di Piala Asia U-19 Myanmar berdiri sejajar dengan kekuatan raksasa sepakbola Asia seperti Jepang, China, Uzbekistan, Australia, Irak dan Qatar di babak 16 besar.
Belum lagi jika kita ingat, bahwa sepanjang 2013 lalu tim sepakbola negeri Gajah Putih harus berlatih di bawah tekanan suhu politik yang memanas akibat gelombang demonstrasi besar-besaran di negara tersebut.