Mohon tunggu...
Heru Mei Giantoro
Heru Mei Giantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka mempelajari hal-hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1 Calon Guru Penggerak

26 Oktober 2022   20:32 Diperbarui: 26 Oktober 2022   20:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesimpulan koneksi antara materi modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4

Sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran harus lah yang memerdekakan lahir dan batin peserta didik. Ki Hadjar Dewantara juga menyatakan bahwa pendidikan itu merupakan sebuah Taman yang memberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar. Lingkungan sekolah positif yakni lingkungan sekolah yang memberikan rasa aman, nyaman, menyenangkan dan memberikan kemerdekaan kepada peserta didik pada saat melaksanakan Pendidikan

Dengan kondisi lingkungan sekolah yang positif maka kebutuhan dasar peserta didik yakni kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan dapat terpenuhi. 

Dampaknya peserta didik akan lebih semangat dan termotivasi untuk belajar, sehingga peserta didik akan memperoleh prestasi dan hasil belajar yang baik yang nantinya akan memberikan keselamatan dan kebahagian pada peserta didik saat mereka hidup di masyarakat. 

Mewujudkan lingkungan sekolah yang positif merupakan visi guru dan visi sekolah, yakni dibutuhkan kolaborasi seluruh warga sekolah untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan positif yang menumbuhkan karakter positif dan selanjutnya akan menjadi budaya sekolah yang positif sehingga mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang positif.

Guru penggerak harus mampu menjadi penggerak untuk melakukan perubahan yang positif di lingkungan sekolah yang dirumuskan dalam visi guru penggerak dan visi sekolah yang berpihak pada peserta didik. Peran guru penggerak diantaranya yakni menjadi pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi. 

Guru penggerak berperan dalam memimpin pembelajaran yakni bagaimana seorang guru penggerak mampu menjadi penggerak untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif yakni aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik. Untuk mewujudkan hal tersebut seorang guru penggerak tidak akan mampu bergerak sendiri sehingga dibutuhkan kolaborasi dengan seluruh masyarakat sekolah.

Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk tumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir) dengan menanamkan nilai-nilai kebajikan. 

Ketika peserta didik melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Apabila kebutuhan dasarnya terpenuhi maka seseorang akan melakukan kebiasan-kebiasaan positif (disiplin positif) dan akan menumbuhkan motivasi intrinsiknya, sehingga akan menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Peran guru penggerak yang lain yakni mewujudkan kepemimpinan peserta didik. Untuk mewujudkan disiplin positif yakni menumbuhkan nilai-nilai kebajikan pada diri peserta didik, seorang guru dalam membimbing dan menuntun harus memposisikan dirinya dalam posisi kontrol untuk memunculkan identitas sukses pada peserta didik. Posisi kontrol tersebut yakni memposisikan diri sebagai teman, pemantau dan manager. Dalam penegakan disiplin positif guru didorong untuk menggunakan segitiga restitusi.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi membantu mereka menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah serta menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini.

Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. 

Dengan seperti itu berarti guru dalam melaksanakan proses Pendidikan yakni menuntun dan membimbing dapat menghargai mereka untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yakni kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. 

Hal ini sesuai dengan filosopi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni memerdekakan peserta didik dalam proses Pendidikan untuk mencapai kodratnya, yakni kebahagiaan dan keselamatan. Dengan seperti itu maka akan muncul budaya positif yang selanjutnya akan menghasilkan lingkungan positif yakni sekolah sebagai taman yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik.

Refleksi dari pemahaman saya atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini sebagai berikut:

Setelah mempelajari modul ini banyak hal yang kami dapat diantaranya yakni:

  • Pada dasarnya yang mampu mengontrol perilaku seseorang adalah dirinya sendiri, apabila seseorang dapat dikontrol oleh orang lain karena pada dasarnya orang tersebut membiarkan dirinya untuk dikontrol karena alasan tertentu.
  • Setiap orang melakukan sesuatu memiliki tujuan dan motivasi, diantaranya yakni untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Apabila kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi maka seseorang akan melakukan perbuatan negatif (identitas gagal), kalau kebutuhan dasar nya terpenuhi maka akan menanamkan disiplin positif dengan melaksanakan nilai-nilai kebajikan universal.
  • Teori motivasi menyebutkan bahwa seseorang melakukan sesuatu memiliki motivasi yakni untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan imbalan, dan untuk menghargai diri sendiri.
  • Pembiasaan-pembiasaan positif akan menumbuhkan karakter positif yang selanjutnya akan menciptakan budaya positif, dampaknya akan terwujud lingkungan dan suasana sekolah yang positif.
  • Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’ dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk. Dorongannya eksternal dan akan ada faktor ketergantungan. Beberapa dampak dari pemberian penghargaan (Alfie Kohn, 1993) yakni: penghargaan menghukum bagi yang tidak mendapatkannya, penghargaan mengurangi ketepatan, penghargaan tidak efektif, penghargaan merusak hubungan, penghargaan menurunkan kualitas, penghargaan mematikan kreatifitas, penghargaan mengurangi motivasi intrinsik.
  • Pada saat melakukan proses menuntun siswa untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan universal pada disiplin positif, seorang guru memiliki 5 posisi kontrol yakni sebagai penghukum, memberi rasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dari kelima posisi kontrol tersebut penghukum dan pemberi rasa bersalah akan membentuk identitas gagal, sedangkan posisi sebagai teman, pemantau dan manager akan membentuk identitas sukses.
  • Lima kebutuhan dasar manusia yakni bertahan hidup, penguasaan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, kebebasan.
  • Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Langkah-langkah segitiga restitusi yakni: menstabilkan identitas, validasi kebutuhan, menanykan keyakinan.

Hal yang menarik dan diluar dugaan saya pada saat mempelajari materi ini yakni bahwa ada statemen “penghargaan menghukum” selain itu dengan mempelajari materi ini menyadarkan kami bahwa selama ini dalam menegakan disiplin positif kami masih banyak memposisikan diri kami pada posisi kontrol guru sebagai penghukum, belum sampai pada tahap posisi manajer.

Untuk menciptakan budaya positif salah satu caranya yakni menumbuhkan nilai-nilai kebajikan universal dengan keyakinan kelas yang disepakati bersama. Dalam penegakan disiplin positif kita selaku guru untuk dapat memposisikan diri kita sebagai manager dengan menggunakan Langkah segitiga restitusi. Budaya positif tumbuh dari pembiasaan positif yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah. 

Apabila budaya positif ini dapat tumbuh pada lingkungan sekolah maka akan dihasilkan lingkungan positif yakni lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan seperti taman yang diikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Pengalaman yang didapat saat penerapan modul budaya positif di lingkungan kelas maupun sekolah yakni:

  • Bersama peserta didik mengetahui nilai-nilai kebajikan universal dan bersama-sama membuat kesepakatan yakni keyakinan kelas.
  • Dalam penegakan disiplin positif dengan menggunakan Langkah segitiga restitusi dan memposisikan diri kita selaku guru sebagai manager. Dengan Langkah ini membuat peserta didik menjadi manusia yang merdeka, mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab. Menghindari posisi kontrol sebagai penghukum dan membuat rasa bersalah dalam penegakan disiplin positif.

Selaku guru saya menjadi tersadarkan bahwa apa yang selama ini dilakukan dalam penegakan disiplin positif untuk menumbuhkan budaya positif terhadap peserta didik masih melakukan praktik salah yang menumbuhkan identitas gagal yakni dengan cara memberikan sanksi/hukuman kepada peserta didik. Kami akan berusaha untuk menerapkan segitiga restitusi dan memposisikan diri sebagai manajer dalam penegekan disiplin positif guna menumbuhkan budaya positif.

Pada saat menerapkan disiplin positif, Hal yang sudah baik yakni peserta didik sudah menyadari terkait dengan nilai-nilai kebajikan yang selanjutnya dituangkan dalam keyakinan kelas dengan kesepakatan bersama. Hal yang perlu diperbaiki yakni pemahaman yang sama dengan sesama guru terkait dengan penegakan disiplin positif dengan menggunakan segitiga restitusi dan posisi kontrol sebagai manajer. Oleh sebab itu perlu dilakukan diseminasi kepada rekan-rekan guru yang lain.

Posisi kontrol yang sering saya pakai yakni posisi kontrol penghukum, dimana pada saat kita memberikan hukuman kita hanya menyadari bahwa peraturan harus ditegakan dan bagi yang melanggar harus diberikan hukuman. Setelah mempelajari modul ini saya berusaha untuk memposisikan diri saya sebagai manajer dalam penegakan disiplin positif. Pada saat kita menerapkan posisi sebagai manajer suasana lebih nyaman tidak ada emosional dan amarah yang muncul, siswa juga lebih merasa dihargai untuk dapat mengemukakan pendapatnya terkait dengan perilaku salah yang dilakukannya dan mengemukakan solusinya dari pemikirannya sendiri. Perbedaan menghukum dengan posisi manajer yakni dengan posisi manajer terjadi kolaborasi antara guru dan peserta didik untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, sedangkan untuk posisi menghukum siswa tidak diberi kesempatan untuk dapat memperbaiki kesalahannya mleinkan hanya mendapatkan sanksi dan hukuman terhadap perbuatan salahnya.

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga restitusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi pada peserta didik. Tahap yang saya praktikan yakni ketiga tahap yakni: (1) menstabilkan identitas dengan menyampaikan kepada siswa bahwa mereka bukanlah satu-satunya siswa yang melakukan pelanggaran tersebut, beberapa siswa juga pernah melakukan pelanggaran tersebut; (2) validasi kebutuhan, yakni dengan menanyakan alasan apa yang membuat peserta didik melakukan perbuatan tersebut; dan (3) menanyakan keyakinan, yakni dengan menanyakan kesepakatan apa yang dilanggar dan konsekuensinya apa terhadap hal tersebut. Hanya perbedaannya sebelum saya mempelajari modul ini kami belum mengenal keyakinan kelas yang dibuat berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

Hal-hal lain yang mungkin perlu untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif di lingkungan kelas maupun sekolah yakni bagaimana kita menjadi pemimpin perubahan yang baik dalam menggerakkan seluruh warga sekolah untuk melaksanakan pembiasaan positif yang selanjutnya akan menjadi budaya positif, serta bagaimana menjaga konsistensi seluruh warga sekolah dalam pembiasaan positif tersebut. Selain itu juga perlu dipelajari bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik seluruh warga sekolah untuk mewujudkan budaya positif sehingga menciptakan lingkungan sekolah yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun