Masuknya fase ke empat, dimana fase ini muncul ketika terjadinya perang dunia ke II yang terjadi di Amerika, dan pada saat itu posisi umat Islam telah menjadi sebuah obyek kajian yang sangat menarik sebagai kajian ilmiah. Dan di saat itu pula kajian Islam bukan sekedar untuk kepentingan akademi, namun juga digunakan untuk kepentingan program kebijakan politik dan ekonomi.
Di fase inilah orientalisme mengalami perubahan dari sentimen keagamaan secara vulgar menjadi sangat lembut. Dan adanya perubahan di fase ini dengan ada buktinya aorang-orang Barat atau non Muslim ini telah merubah sikapnya dan akhlaknya menjadi lemah lembut terhadap umat Muslim. Kemudian mereka telah menerima adanya wahyu yang merupakan gamabaran umum dari profil nabi Muhammad SAW.
Hal inilah yang meneyebabkan sikap ini terlihat jelas subyektif, yang awalnya mereka manuduh dan merendahkan nabi Muhammad SAW, kemudian mereka malah merubah sikap mereka dengan lemah lembut terhadap umat muslim. Dengan ini kita melihat kajian mereka jelas tidak obyek yang tidak bisa dilihat kebenaranya secara ilmiah.
Nah, dari sini kita melihat bahwa orientalisme yang kita kenal pada saat zaman modern ini, merupakan gambaran tradisi ilmiah yang berkaitan dengan Islam, hal ini berdasarkan dari perspektif dan pengalaman barat yang yang disebabkan motif dan misi kristenisasi, namun hal itu tidak kelihataan karna di beri penutup berupa pendekatan intelektual dan akademik.
Perlu kita ketahui bahwa di samping itu mereka juga tidak dapat ditutup-tutupi karna mereka itu menggunakan pendekatan tersendiri dengan lebih mengedepankan kelompok yang kurang terkenal di kepermukaan. Dan kajian orientalis ini juga tidak semua kajianya itu mencakup keseluruhan dalam bidang ilmu Islam.
Dengan kita mengetahui sikap Orientalis terhadap mat Islam, sikap kita juga tidak harus dilakukan melalui cara cara emosional, karna sesungguhnya wajah orientalis tidaklah satu, namun ada beragam-ragam. Dan sikap yang dibutuhkan adalah saling terbuka dan saling memahami, sehingga akan munculnya kesaling pahaman anatara dua entitas tanpa harus melakukan perselisihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H