Mohon tunggu...
Heru Kesuma
Heru Kesuma Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Seorang penggemar berat Harutya. Menulis untuk hidup, selain mengisi waktu. Karena ia hanya seorang pengangguran yang hampir dua puluhan. Setiap apa yang ditulisnya membuatnya merasa dirinya punya alasan atas eksistensinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biru Malaikat

25 Maret 2024   22:10 Diperbarui: 25 Maret 2024   22:12 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mulai pekan depan, jabatan kamu naik," ujar para atasan.

Dia menyunggingkan senyum lebar kurang lebar. "Aku harus berusaha. Bagaimana aku bisa lupa? Usaha, ini usahaku sendiri, aku yang menciptakan kesempatan. Semuanya tergantung pada diriku sendiri," gumamnya sepanjang jalan pulang.

Si malaikat merasa nyeri mendengar gumaman itu. Ada sesuatu yang mengganggunya. Gumaman yang membuatnya meringis. Ingin rasanya ia bicara pada pria itu, memberi tahu bahwa ada yang salah dengan pemahaman pria itu.

Namun, tidak mungkin terjadi. Pada akhirnya ia hanya memerhatikan hari-hari pria itu dengan jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Lalu, setelah waktu berlalu, muncul lagi keinginan besar dari pria itu.

Si malaikat merasa inilah waktunya untuk ia dapat mengabulkan doa manusia lagi. Ternyata ia salah besar. Pria itu meminta hal yang gila.

Waktu itu sudah lewat tengah malam. Bulan dan bintang bertebaran, cuacanya PNS bukan main meski sudah malam. Pria itu menyeringai sepanjang jalan. Napasnya memburu setiap kali mengingat rencananya. Dia kini tengah menuju ke rumah seseorang. Rumah dukun.

Dengan uang dan bermacam syarat dari dukun dia meminta sesuatu. "Aku mau sainganku lenyap dari dunia ini. Mampus! Mati! Modar! Supaya tidak ada lagi yang menghalangi!"

Dukun hanya perantara. Tempat dia meminta adalah iblis. Setelah keluar dari mulutnya, si iblis langsung meminta Tuhan untuk mengabulkan keinginan itu. Atas izin Tuhan, si malaikat diperintahkan untuk mengabulkannya.

Ada sesuatu yang salah, si malaikat meyakini itu. Ada yang mengganjal di dalam dirinya. Ia merasa tubuhnya diputar-putar, membuatnya ingin memuntahkan semua isi tubuhnya. Ia menghormati dan menyukai manusia, tetapi kali ini ia mual melihat manusia.

"Tidak, itu salah. Itu ... doa yang buruk. Itu jahat, saya tidak sanggup ...."

Apa daya, ia adalah malaikat. Perintah Tuhan mutlak. Ia mengabulkannya. Ia mencabut nyawa saingan pria itu dengan kematian paling tragis. Ia mual, ingin muntah. Bukan karena kematian saingan pria itu, tetapi karena pria itu sendiri. Manusia yang paling ia kagumi, lebih menjijikkan daripada iblis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun