Mohon tunggu...
Heru Kesuma
Heru Kesuma Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Seorang penggemar berat Harutya. Menulis untuk hidup, selain mengisi waktu. Karena ia hanya seorang pengangguran yang hampir dua puluhan. Setiap apa yang ditulisnya membuatnya merasa dirinya punya alasan atas eksistensinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Untuk yang Berumur Panjang

9 November 2023   12:22 Diperbarui: 9 November 2023   12:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Ia teringat tahun-tahun sebelumnya. Bagaimana bisa ia lupa dengan hari ini, hari di mana orang sibuk merayakan tahun baru, lalu ia akan keluar dari kampung untuk menemui suami istri pemilik toko pangsit ini. Makan dan minum, berbincang sampai mau pagi.

Si kakek sudah tidak bisa begitu. "Kenapa umurku masih bertambah juga? Seratus tahun? Aku bahkan lupa dengan istri dan anakku. Di mana mereka pun aku tidak tahu. Kenapa kalian sebaik ini pun aku tidak tahu," keluh si kakek.

Si pria besar menjawabnya, "Dulu sekali, kakek pernah datang ke toko kami. Bersama dengan nenek. Kakek bilang suka sekali dengan pangsit kami. Sampai pernah bilang kalau kakek selalu ingin memakannya waktu ulang tahun. Pangsit kami harus jadi hadiah ulang tahun kakek."

"Tidak! Aku tidak mau ulang tahun! Aku mau mati! Tuhan, tolong hentikan umurku ini!"

Si kakek bersujud ke lantai, membasahinya dengan tangisan. "Mau seberapa panjang umurku lagi? Mau seberapa lama lagi aku di sini sampai bisa menemui-Nya? Mau berapa ratus tahun lagi?"

Ia menangis sejadi-jadinya. Si pria besar dan istrinya pun tak tahu mau berkata apa. Mereka hanya memilih diam sampai tangisan si kakek berhenti sendiri.

"Kau tahu yang paling menakutkan bagiku?" kata si kakek, "hidup, bangun di pagi hari mendapati diri masih hidup. Mengulang lagi kesendirian. Sudah lama sekali sejak istri dan anakku mati. Tuhan masih juga memberiku usia yang panjang. Aku menyesal pernah memintanya sewaktu dulu. Kupikir umur panjang itu membahagiakan, tetapi itu hanya racun yang terus menggerogoti. Akalku terus mencegah untuk bunuh diri. Namun aku ingin mati."

Si pria besar memeluk si kakek. Sambil ikut menangis. Seperti dugaan si kakek, tubuhnya terasa mau remuk saat dipeluk pria itu.

"Kumohon, kakek. Makanlah hadiah ini, hadiah yang kakek minta tahun lalu." Si pria besar menyuapkan pangsitnya pada si kakek.

Si kakek menatap pangsit itu begitu lama. Ada bau yang berbeda di kuahnya. Ia tidak kenal bau itu. Lantas si kakek memandang si pria besar dan istrinya. Ia tersenyum lebar. Menampakkan giginya yang putih dan rapat.

Habis semangkuk penuh pangsitnya, si kakek langsung tertidur. Berbantal kaki si pria besar, sedangkan si istri memegangi tangan si kakek. Sampai lewat pula sudah puluhan menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun