Mohon tunggu...
Heru Kesuma
Heru Kesuma Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Seorang penggemar berat Harutya. Menulis untuk hidup, selain mengisi waktu. Karena ia hanya seorang pengangguran yang hampir dua puluhan. Setiap apa yang ditulisnya membuatnya merasa dirinya punya alasan atas eksistensinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Untuk yang Berumur Panjang

9 November 2023   12:22 Diperbarui: 9 November 2023   12:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Bau yang mencuat dari tubuh si pria juga akrab di hidungnya. Bau yang sedikit berminyak. Tidak salah lagi, memang pria itu yang ada di ingatannya. Setelah dipanggil, ia akan diajak oleh pria itu. Entah ke mana tujuannya. Sebab telapaknya tidak lagi bisa merasakan. Ia diletakkan di punggung si pria.

Sepanjang jalan, si pria sibuk mengoceh. Cakap pria itu tidak begitu ingin ia dengar. Jadi masuk telinga kiri, keluar telinga kanan saja.

"Istri saya sudah siapkan yang biasa. Khusus untuk kakek. Momen setahun sekali begini harus kita rayakan dengan hikmat. Salah, dengan nikmat!" oceh si pria besar.

Mata si kakek bisa merasakan sesuatu yang silau. Lebih silau dari lampu teploknya, sudah pasti itu bohlam. Mereka masuk ke sebuah toko pangsit kecil. Yang dindingnya sudah puluhan tahun tidak dicat. Warna putihnya sudah menguning. Dan bau dari si pria lebih kuat di sini. Bau pangsit.

Telapaknya kembali merasakan sesuatu yang dingin. Namun lebih licin. Sebuah lantai! Lalu bokongnya diletakkan di kursi plastik. Si pria besar pergi memanggil istrinya. Tinggal si kakek sendiri yang mengingat-ingat tempat ini. Sebuah toko, atau sebuah kedai, atau rumah makan, apa pun itu. Si kakek yakin sudah berkali-kali ke sini.

Dalam lamunan itu, ia dikejutkan oleh suara si pria. Yang bernyanyi bersama wanita. Mungkin istri si pria tadi.

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun kakek ... semoga panjang umur." Suara suami istri itu saling kejar-kejaran.

Si kakek yang mendengarnya dibuat menganga. Ulang tahun. Ia tidak ingat itu.

"Hari ini, pas di tahun baru, kakek sudah seratus tahun, ya," ujar si wanita dengan suaranya yang terasa lemah lembut. Berbanding terbalik dengan si pria besar.

"Hari ini biar saya yang menyuapi kakek. Tidak perlu mengotori tangan. Saya dan istri sudah buat pangsit paling spesial!" kata si pria besar. Tangannya yang memegangi bolu disodorkan ke mulut si kakek.

Meski sudah seratus tahun, si kakek masih lumayan lengkap giginya. Mungkin ada dua atau tiga yang patah. Meski begitu, giginya yang tersisa masih banyak. Namun bukannya membuka mulut, si kakek malah menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun