Relawan hadir dalam dukungan pilpres banyak dilandasi semangat dan dedikasi sebuah nilai hakiki perjuangan bukan dalam sketsa dan juga arahan politik praktis.
Dan karenanya sudah banyak formula atau ketetapan landasan ideologi perjuangan partai lebih condong holistik dalam mencapai kesempurnaan dan totalitas berbangsa dan bernegara. Relawan berjuang tidak melihat dirinya sebagai entitas politik tetapi sebagai bagian spirit dan pergerakan politik sebagai reaksi dan aksi atas nihilnya atau minimnya partisipasi otentik dari partai atau komunitas dan organ serta badan formal ada dan tengah berjalan.
Bagaimana bisa relawan akan lebih konsisten dari pada parpol untuk mencapai kesempurnaan perjuangan nilai ?
Optimisme ada dan keberpihakan tetap pada relawan. Kerja dan juga cara pandang perjuangannya , relawan akan tetap berkomitmen, orisinal berfikir dan bertindak dan juga konsisten untuk mengikuti dan mengikat nilai perjuangan tersebut pada subjek atau objek yang dimandatkan.
 Pada intinya Relawan adalah organ organik kemanusian yang terlahir secara alami dan juga akan terus ada serta bergulir ketika sebuah produk dan eksistensi organ formal tidak bisa bekerja serta hadir dalam spektrum harkat dan martabat pencapaian tertinggi sebuah nilai.
Catatan penting adalah jika relawan adalah bentuk metafora organik dari sebuah nilai bukan sebuah ide dan  bangunan mitos sakral yang lebih condong menciptakan mitologi dan juga pada akhirnya terjadi pengkultusan subjek.
 Jika relawan itu menjadikan individu sebagai subjek untuk menjadi presiden atau Gubernur bukan berarti relawan tersebut menjadikannya sebagai hambanya dan juga tuan baru untuk dijadikan sesembahan baru. Idealnya nama dari subjek figur akan kokoh dan semakin solid ketika harapkan dan juga eksperimen ide dan harapkan menjadi realita dan menjadi perwujudan nyata baik dalam agenda kerja dan juga produk kebijakan terukur.
 Jika subjek tersebut gagal bukan berati relawan  akan gugur dan mundur untuk penegakan sebuah nilai. Justru menjadi ukuran predikat positif relawan mampu eksis dan juga bertahan bukan karena produk gagal individu tetapi harapkan terhadap individu tersebut yang tidak tercapai dan terpakai.
Dan sebaliknya jika subjek tersebut berhasil mencapai titik tertinggi jabatan politik bukan berarti relawan sudah sukses dan berhenti menjadi organ aktif perjuangan terhadap nilai. Ini menjadi ujian berat ketika subjek atau figur yang diusung berhasil dan menjadi bagian dari rejim pemenang. Kejutan pertama adalah tawaran jabatan atau kedudukan bagi ekosistem politik yang menjadi figur pemimpin relawan.
Mampukan relawan hadir sebagai organ produktif dan bersahaja ditengah bertaburan godaan jabatan dan juga dukungan finansial yang melimpah ?
 Relawan bukan melekat pada subjek individu tetapi otentik sebagai nilai yang terukur dan akan terus menjadi manifesto politik berkelanjutan berdasarkan perkembangan isu serta konteks kepentingan terkini.