Keputusan ketok palu MK melanjutkan sistem pemilu terbuka sudah final, artinya hanya ada keputusan dan tindakan bagi parpol yakni mematuhi dan memenuhi aturan dalam sistem pemilu terbuka tersebut. Â Pertanyaannya, apakah benar parpol yang setuju pemilihan sistem pemilu terbuka betul -betul sudah siap berlaga untuk memenangkan setiap calegnya di Pileg 2024?
Ternyata tidak, tidak ada euforia gembira atau kesedihan baik pihak yang yang menang atau kalah. Semua parpol parlemen adem  ayem termasuk juga PDIP yang pertama hingga akhir percaya sistem pemilu tertutup terbaik untuk diterapkan di Indonesia saat ini.
Pihak kedua yang menjadi pihak untung dan rugi dalam pemberlakuan sistem pemilu adalah para calon legislatif. Caleg menjadi subjek dan obyek sekaligus pro dan kontra ditetapkannya sistem pemilu. Paska MK jelas -jelas mendukung berlakunya kembali sistem pemilu terbuka, ternyata caleg juga tidak mengalami euforia maksimal atau kegembiraan. Artinya tidak ada hal yang ditunggu dan menjadi bagian mati atau hidupnya hasil keputusan dari MK. Semua datar -datar saja dan tidak ada spesial kabar gembira putusan MK yang jelas -jelas menguntungkan Caleg tersebut daripada partai.
Lantas apa sebenarnya yang sedang terjadi, ketika tuntutan terhadap sistem pemilu tertutup dihadang begitu keras dan pada akhirnya dalam posisi menang pun disikapi biasa ?
Beberapa pendapat Jika perdebatan sistem pemilu bisa jadi drama dan panggung politik antara elite partai dan juga elite politik yang sedang berkuasa. Semuanya butuh panggung politik dengan kadar dan rasa tertentu agar sasaran politiknya tercapai. Yang pasti, diduga  negara terlibat dan juga partai dilibatkan dalam irama dan resonansi pro dan kontra sistem pemilu. Lantas sebenarnya apa tujuan pemerintah dan elite politik bermain sandiwara di level pembahasan sistem pemilu ?
Pendapat kedua berkaitan jika sesungguhnya urgensi yang dibutuhkan elite partai dan juga penguasa adalah kelangsungan hidup hajat bersama ekonomi dan politik  partai dan juga rejim berkuasa. Mestinya memang dalam kondisi serba sulit baik secara makro ekonomi dan keseluruhan politik nasional memungkinkan hajat pemilu tersebut ditunda atau diundur. Ini lebih rasional ketika pemerintah jauh-jauh hari berwacana dan berpolemik berkaitan sistem pemilu.Â
Dengan berakhir polemik sistem pemilu, tentu prahara politik nasional akan menuju titik pencapaian politik yang mengerucut. Itu betul, secara rasional pemilu akan semakin kokoh karena sudah ada kepastian sistem pemilu yang akan dipakai dalam pemilu 2024 nanti. Akan tetapi , besar kemungkinan dentuman politik nasional mendadak kembali pecah. Coba dan lihat dalam minggu ini, Â apa yang akan menjadi viral atau isu politik apa yang bakal booming?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H