Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tetap Waspada, Potensi Ancaman Gagal Pemilu Masih Ada

16 Juni 2023   20:04 Diperbarui: 16 Juni 2023   20:09 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat Peraga Kampanye Mulai Bermunculan. Dok.Pribadi

Keputusan ketok palu MK melanjutkan sistem pemilu terbuka sudah final, artinya hanya ada keputusan dan tindakan bagi parpol yakni mematuhi dan memenuhi aturan dalam sistem pemilu terbuka tersebut.  Pertanyaannya, apakah benar parpol yang setuju pemilihan sistem pemilu terbuka betul -betul sudah siap berlaga untuk memenangkan setiap calegnya di Pileg 2024?

Ternyata tidak, tidak ada euforia gembira atau kesedihan baik pihak yang yang menang atau kalah. Semua parpol parlemen adem  ayem termasuk juga PDIP yang pertama hingga akhir percaya sistem pemilu tertutup terbaik untuk diterapkan di Indonesia saat ini.

Pihak kedua yang menjadi pihak untung dan rugi dalam pemberlakuan sistem pemilu adalah para calon legislatif. Caleg menjadi subjek dan obyek sekaligus pro dan kontra ditetapkannya sistem pemilu. Paska MK jelas -jelas mendukung berlakunya kembali sistem pemilu terbuka, ternyata caleg juga tidak mengalami euforia maksimal atau kegembiraan. Artinya tidak ada hal yang ditunggu dan menjadi bagian mati atau hidupnya hasil keputusan dari MK. Semua datar -datar saja dan tidak ada spesial kabar gembira putusan MK yang jelas -jelas menguntungkan Caleg tersebut daripada partai.

Lantas apa sebenarnya yang sedang terjadi, ketika tuntutan terhadap sistem pemilu tertutup dihadang begitu keras dan pada akhirnya dalam posisi menang pun disikapi biasa ?

Beberapa pendapat Jika perdebatan sistem pemilu bisa jadi drama dan panggung politik antara elite partai dan juga elite politik yang sedang berkuasa. Semuanya butuh panggung politik dengan kadar dan rasa tertentu agar sasaran politiknya tercapai. Yang pasti, diduga  negara terlibat dan juga partai dilibatkan dalam irama dan resonansi pro dan kontra sistem pemilu. Lantas sebenarnya apa tujuan pemerintah dan elite politik bermain sandiwara di level pembahasan sistem pemilu ?

Pendapat kedua berkaitan jika sesungguhnya urgensi yang dibutuhkan elite partai dan juga penguasa adalah kelangsungan hidup hajat bersama ekonomi dan politik  partai dan juga rejim berkuasa. Mestinya memang dalam kondisi serba sulit baik secara makro ekonomi dan keseluruhan politik nasional memungkinkan hajat pemilu tersebut ditunda atau diundur. Ini lebih rasional ketika pemerintah jauh-jauh hari berwacana dan berpolemik berkaitan sistem pemilu. 

Dengan berakhir polemik sistem pemilu, tentu prahara politik nasional akan menuju titik pencapaian politik yang mengerucut. Itu betul, secara rasional pemilu akan semakin kokoh karena sudah ada kepastian sistem pemilu yang akan dipakai dalam pemilu 2024 nanti. Akan tetapi , besar kemungkinan dentuman politik nasional mendadak kembali pecah. Coba dan lihat dalam minggu ini,  apa yang akan menjadi viral atau isu politik apa yang bakal booming?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun