Diakui  jika ekonomi Indonesia masih tumbuh, bahkan diakui tumbuh lebih besar dari negara maju atau berkembang lainnya. Akan tetapi, efek domino masyarakat saat ini tidak mendapatkan  induksi langsung tumbuhnya ekonomi nasional.Â
Kok bisa terjadi demikian ? Kemungkinan sektor ekonomi riil yang tumbuh adakah ekonomi padat teknologi bukan industri padat karya. Dengan demikian injeksi modal asing yang digunakan untuk membangun industri berbasis kadar modal tidak berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Ekosistem ekonomi yang terlibat sedikit, negara juga hanya mendapatkan pajak atau konsesi lainnya.
Kemudian sepinya pelaku saat ini dikarenakan terjadinya dampak sistemik dari Pandemi Covid-19 yang membekukan kegiatan ekonomi hampir 2 tahun . Selama dua tahun terjadi hal mengerikan di dua line utama yakni tidak bekerjanya rejim ekonomi dan mogoknya perputaran ekonomi. Ini yang bikin shock dan hingga saat ini kemudian ekonomi masih stagnan bahkan semakin tertarik dalam resesi ekonomi lebih dalam atau krisis.
Pemulihan ekonomi yang mandeg dan juga tekanan pelaku usaha akibat biaya menanggung beban hutan dan kewajiban lainnya semakin melumpuhkan sendi-sendi perekonomian. Adanya disarikan ekonomi secara bersama dan negatif. Masyarakat daya beli semakin tertekan dan pelaku usaha tidak berdaya lagi meneruskan usahanya alias bangkrut.
Kesimpulan
Tekanan ekonomi bengkak dan belum ketersediaan infrastruktur pemulihan ekonomi yang efektif dan efesiensi menjadi bagian sumber malapetaka turunnya daya beli secara umum. Tidak peduli barang atau produk yang diperdagangkan hingga mengakibatkan anjloknya daya beli semua segmen masyarakat.
Kontrakan ekonomi negatif tesebut akan diperparah dengan berbagai ke Jakarta moneter dan fiskal yang tidak pro sebagai pengusaha. Pemerintah justru terjebak berbagai proyek nasional yang membutuhkan modal investasi banyak akan tetapi justru berbalik arah yang justru merusak ekonomi nasional.Â
Bisnis plan yang salah dan memihak keuntungan golongan tertentu. Akhirnya banyak proyek mangkrak, bisnis  tidak balik modal dan kegagalan dalam dan pengendalian hutang luar negeri. Dengan begitu neraca keuangan secara goyah, defisit APBN dan terancam negara menambah hutang lagi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H