Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bagi Pengusaha, Lebaran 2023 Dianggap Paling Suram

15 April 2023   12:59 Diperbarui: 15 April 2023   13:42 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Toko Di Jaman Covid-19 Saja Masih Ada Daya Beli.Saat Ini Parkiran Kosong Banyak. Dok . Pribadi 

Diakui  jika ekonomi Indonesia masih tumbuh, bahkan diakui tumbuh lebih besar dari negara maju atau berkembang lainnya. Akan tetapi, efek domino masyarakat saat ini tidak mendapatkan  induksi langsung tumbuhnya ekonomi nasional. 

Kok bisa terjadi demikian ? Kemungkinan sektor ekonomi riil yang tumbuh adakah ekonomi padat teknologi bukan industri padat karya. Dengan demikian injeksi modal asing yang digunakan untuk membangun industri berbasis kadar modal tidak berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Ekosistem ekonomi yang terlibat sedikit, negara juga hanya mendapatkan pajak atau konsesi lainnya.

Kemudian sepinya pelaku saat ini dikarenakan terjadinya dampak sistemik dari Pandemi Covid-19 yang membekukan kegiatan ekonomi hampir 2 tahun . Selama dua tahun terjadi hal mengerikan di dua line utama yakni tidak bekerjanya rejim ekonomi dan mogoknya perputaran ekonomi. Ini yang bikin shock dan hingga saat ini kemudian ekonomi masih stagnan bahkan semakin tertarik dalam resesi ekonomi lebih dalam atau krisis.

Pemulihan ekonomi yang mandeg dan juga tekanan pelaku usaha akibat biaya menanggung beban hutan dan kewajiban lainnya semakin melumpuhkan sendi-sendi perekonomian. Adanya disarikan ekonomi secara bersama dan negatif. Masyarakat daya beli semakin tertekan dan pelaku usaha tidak berdaya lagi meneruskan usahanya alias bangkrut.

Kesimpulan

Tekanan ekonomi bengkak dan belum ketersediaan infrastruktur pemulihan ekonomi yang efektif dan efesiensi menjadi bagian sumber malapetaka turunnya daya beli secara umum. Tidak peduli barang atau produk yang diperdagangkan hingga mengakibatkan anjloknya daya beli semua segmen masyarakat.

Kontrakan ekonomi negatif tesebut akan diperparah dengan berbagai ke Jakarta moneter dan fiskal yang tidak pro sebagai pengusaha. Pemerintah justru terjebak berbagai proyek nasional yang membutuhkan modal investasi banyak akan tetapi justru berbalik arah yang justru merusak ekonomi nasional. 

Bisnis plan yang salah dan memihak keuntungan golongan tertentu. Akhirnya banyak proyek mangkrak, bisnis  tidak balik modal dan kegagalan dalam dan pengendalian hutang luar negeri. Dengan begitu neraca keuangan secara goyah, defisit APBN dan terancam negara menambah hutang lagi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun