Adian Napitupulu ( Aktivis 98) sangat bangga dengan kriman ribuan karangan Bunga di Rumah Pena 98. Konon sampai berjejer  deretan karangan bunga 4 Km sepanjang Jalan Hos Cokroaminoto ( Jakarta ,19/02/2023).
Pertanyaannya,adakah satu atau dua karangan bunga tersebut yang datang dari perwakilan  Wong Cilik ,Keluarga Korban penembakan Trisakti atau  Partai Non Pemerintah ?
Pastilah,ribuan karangan bunga tersebut datang dari Presiden ,Menteri ,Anggota DPR ,Komisaris dan atau para anteknya yang sudah menikmati lezatnya kekuasaan.
Heran juga untuk apa ,gerombolan ini akan nembagi -bagi Tips kriteria Pencapresan kepada Ketua Partai.
Â
Sudah telat braders, orang atau organisasi lain sudah lama dukung Capres ,Kok baru sekarang ikut-ikutan bicara Capres ?
Baiknya Aktivis 98 Membubarkan diri, Stop Kavling Politik  Di Pemilu 2024.
Kami mengomentari  dari kesimpulan para Aktivis 98 berkaiatan kriteria nama yang akan diusung dalam pencapresan 2024.
Kami mempertanyakan dengan sangat keras, kemana saja bapak dan ibu sekalian selama ini? Reformasi sudah berjalan hampir 25 tahun, Para Aktivis 98 sudah bertebaran di DPR dan Pemerintahan. Apa yang sudah anda lakukan untuk bangsa dan negara?
Jika melihat 24 tahun kebelakang agenda reformasi mangkrak dan justru bagian rezim yang menelantarkan tersebut adalah para tokoh yang mengaku Aktivis 98.
Heran juga, Aktivis 98 disaat perhelatan politik seperti ajang Pileg dan Pilpres 2024 akan dilangsungkan selalu sibuk dan sok jadi pahlawan. Tampil terdepan dengan jargon visioner, padahal dirinya lah pelaku berada dalam ekosistem rezim.
Saya juga lahir dalam rahim perjuangan reformasi 98 dan tidak masuk serta menikmati kue kekuasaan rezim ke rezim sangat merasakan perbedaan nyata khususnya habitat teman-teman Aktivis 98 ada di pemerintahan dan  mereka yang berkarya sebagai profesional atau wiraswasta.
Kita katakan mereka sebagian yang ada di rezim tidak lebih sebagai parasit atau sampah aktivis. Terlalu nyaman dan menikmati kue serta jabatan yang melekatnya. Lupa jika mereka dulu kere dan selalu meneriakkan demokrasi dan anti rezim dan anteknya.
Pertanyaanya, tidak malu-kah saat ini mereka berjamaah berada dalam lingkaran rezim waktu ke waktu?
Apa yang telah diperbuat untuk berjuang menegakan agenda reformasi dan bagaimana langkah-langkahnya  melanjutkan?
Saya melihat jika Aktivis 98 harusnya mengakhiri peran dan tanggung jawabnya sebagai salah satu punggawa pengawal dan pelaku reformasi. Sebagai bagian pelaku Aktivis 98 non pemeran di pemerintahan, kami menganggap teman-teman Aktivis gagal dan wajib bertanggung jawab atas produk rezim ke rezim berlangsung yang terus mengalami reduksi baik iklim demokrasi serta atmosfir ekonomi yang terus tergerus memburuk.
Waktu 24 tahun berjalan begitu saja dan tidak ada kejelasan Road Map revitalisasi demokrasi dan ekonomi. Jika berbicara HAM ,kemana saja perjuangan perjuangan penegakkan HAM yang mereka lakukan selama ini?
Pembiaran kesenjangan ekonomi semakin nyata dan tajam, disparitas kesejahteraan terjadi secara ekstrim. Dalam titik akhir kesimpulan, justru Aktivis 98 yang berada di rezim turut serta berpartisipasi terjadinya sebuah negara yang gagal. Negara lebih banyak mengurus dan melindungi kroni -kroninya  dengan produk kebijakan dari pada memberikan distribusi ekonomi dan kesejahteraan  merata bagi masyarakat  umum.
Saya sarankan berhenti dan letakkan semua kedaulatan dan mandat sebagai Aktivis 98. Berikan waktu serta ruang bagi Generasi Melinial  dan Generasi X untuk aktif dan berperan, berpikir dan masuk di dalam ekosistem politik dan pemerintahan.
Apa yang akan dipilih dan diinginkan oleh generasi muda adakah bagian hak yang sakral untuk mengantarkan visi dan misi Indonesia baru untuk 5 sampai dengan 10 tahun ke depan.
Saya marah dengan ulah Adian Napitupulu dan teman  aktivis 98 yang meng-kavling capres dan berkeinginan masuk  di rezim 2024.Beretikat  tidak baik dan  tendensius menyalahkan rejim dan politisi masa lalu. Bahkan sudah berani mengkotak- kotakkan  capres dengan pola membenturkan capres beraroma  politik  identitas.
Justru saya melihat aktivis 98 yang sudah beradu otot untuk bermain politik identitas dengan menolak masuknya rejim orde baru. Apa yang salah dengan rejim orde baru ? Bukannya hanya  oknum saja yang salah yang memperkosa Soeharto untuk melanjutkan kekuasaannya ?
 Mengapa juga tedapat portofolio politik sepihak jika capres harus bisa melanjutkan program kerja Jokowi ? Wah ,dipaatikan sudah ada udang dibalik batu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H