Individu dan parpol ikut berkomitmen kuat membangun isu dan tata laksana demokrasi yang bermanfaat. Dan bisa melengkapi dan meningkatkan kualitas kehidupan politik.
Meninggal isu- isu primordial dan membangun paradigma konstruktif sebagai jembatan melahirkan gagasan ide yang besar demi keberhasilan individu dan partai.
 Tidak lagi adanya perdagangan isu- isu primordial dan hanya menjalankan intoleransi dan konflik antar kelompok.
3.Oligarki Politik/ Kartel
Kekacauan demokrasi  semakin  menjadi - jadi ketika keterlibatan kelompok pemodal masuk dalam ruangan bargaining politik dengan akses  ekonomi.
 Tentunya terjadinya simbolisme ini justru membunuh demokrasi sampai akar - akarnya.
Interaksi elite politik  dan berada dalam hubungan sangat mesra dan saling membutuhkan. Partai membutuhkan donasi finansial  dan jejaring politik. Pihak pemodal akan meminta proyek dan segala bentuk kebijakan yang akan menjadi benefit buat korporasinya.
Pada akhirnya partai dan pemilu hanya sebagai  lembaga stempel kepentingan elite partai dan pemilik  modal. Kewajiban dan tugas partai akhirnya mangkrak di tengah jalan.
Kelahiran proses demokrasi yang ideal sangat jauh dari harapan. Suara rakyat dibeli melalui legitimasi parpol,sementara elite parpol sangat menikmati jabatan publik  sebagai kepala daerah menteri atau presiden.
Jadi ,secara garis besar untuk mewujudkan terwujudnya terlaksananya demokrasi yang ideal ,kuncinya ada di individu sebagai peserta dan penanggung jawab keberhasilan berjalannya demokrasi itu sendiri.
 Dibutuhkan revitalisasi diri terutama bagaimana mana masyarakat mendapatkan pendidikan dan pencerahan politik.