Dari arah  wilayah  Jateng Selatan seperti Purwookerto, Cilacap, Banyumas dan kota lainnya langsung masuk via pintu masuk tol Kulon Progo ke Borobudur.Hadirnya 3 titik temu pintu masuk ke Borobudur berdampak dahsyat terhadap kunjungan wisata.
Kondisi ekonomi nasional mulai pulih seiring dihilangkan berbagi hambatan bisnis dan pembatasan perilaku masyarakat paska pandemi Covid 19. Optimisme pasar sedang bergairah , tentunya akan menggairahkan animo wisatawan kembali berkunjung ke Candi Borobudur.
Dunia wisata digemparkan berita secara mendadak /tiba- tiba, ada kabar tiket Candi Borobudur naik cukup dratis,kenaikan hampir menembus angka 3 kali dari tiket semula.Â
 Pengunjung domestik diketok tiket 750rb dan 100 dollar untuk wisata asing .Banyak pihak yang meributkan kenaikan sepihak .Dalih Bang Luhut menaikkan tarif  lebih banyak diartikan sebagai fungsi perlindungan  dan pelestarian cagar budaya. Borobudur termasuk salah satu warisan budaya yang dilindungi okeh UNESCO.
Lantas apa saja yang menjadi alasan  keberatan ke kenaikan tarif  masuk  candi tersebut,siapa saja yang terdampak kenaikan tarif tersebut?
Pemberlakuan tarif baru masuk Candi Borobudur segera berdampak  pada kunjungan wisata khususnya wisatawan domestik .Kenaikan harga yang fantastik akan pemicu penurunan keinginan berwisata.
 Alasannya harga mahal dan daya beli masyarakat  belum sepenuhnya pulih. Oleh karena pasar akan sangat cermat untuk memutuskan berwisata di Candi Borobudur dan sekitarnya. Terjadi migrasi  kunjungan tersebut mengakibatkan   Candi  Borobudur akan sepi pengunjung .
Sepinya pengunjung yang berwisata  akan berakibat  penurunan  pendapatan masyarakat,  beban ekonomi meningkat berakibat buruk pada kondisi  sosial . Lapangan pekerjaan sedikit dan terjadinya kemerosotan kesejahteraan ,pengangguran meningkat dan memicu kerawanan  sosial akan merebak. Ribuan penduduk  setempat yang banyak mengantungkan bisnis berkaitan dengan wisata  dan bisnis  turunannya.
Kenaikan tarif memicu efek menurunnya minat kunjungan tour asing  dan wisman dalam dan luar negeri.Memicu  putusnya ekosistem pelaku wisata ,secara maraton. Banyak pihak terkait  akan saling tergantung  dengan bisnis wisata.Â
Penyedia hunian  hotel ,restoran tempat hiburan,tour dan travel  dan juga bisnis ekonomi kreatif lainnya.Satu mata rantai terputus akan memutuskan pula mata rantai lainnnya .Â
Proses kerusakan mata rantai usaha berakibat rantai lainnya tidak bergerak dan akhirnya mogok bersama. Ekonomi bisnis pariwisata akan hancur bersamaan.