Salah satu andalan produksi hasil pertanian di wilayah Dusun Lingsuh, Kecamatan Rajabasa, dan di wilayah Simbaringin, Natar, Bandar Lampung adalah budidaya jamur merang dan jamur tiram. Sebagian penduduk di desa tersebut membudidayakan jamur merang dan jamur tiram karena komoditi tersebut cara pemeliharaannya relatif mudah dan murah.
Hal yang menarik dari usaha budidaya jamur adalah dari aspek ekonominya yang cerah karena tidak membutuhkan lahan yang luas, media tanam berupa limbah pertanian yang mudah didapat dengan harga murah, serta siklus produksinya relatif cepat.
Hasil produksi jamur cukup bersaing dengan jenis makanan lainya, baik dalam bentuk segar atau olahan sebagai wujud permintaan pasar. Dalam budidaya jamur tersebut, pembudidaya jamur telah memiliki kemampuan yang cukup baik.
Demikian pula faktor pendukung seperti kelembagaan di tingkat petani yang diwujudkan dalam kelompok industri kecil juga dirasa cukup mandiri. Dalam satu dusun terdapat dua kelompok industri kecil, yaitu kelompok Sejahtera Mandiri yang diketuai oleh Ahmad Isbandi dan kelompok Simbaringin Mushroom yang diketuai oleh Ansapta Adiguna.
Meskipun secara ekonomi menguntungkan, namun pengembangan komoditi jamur ini menghadapi kendala yang cukup serius terutama dalam penanganan pascapanen. Salah satu kendala adalah cepat membusuknya komoditas jamur tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut Pak Isbandi selama ini sudah sejak tahun 2015 menjalankan usaha sampingan untuk membuat jamur menjadi makanan yang sudah dimasak, yaitu jamur merang diolah menjadi sate dan tongseng jamur. Dan jamur tiram diolah menjadi sup dan jamur tiram goreng tepung. Namun makanan berbahan jamur tersebut adalah suatu usaha kuliner dengan pemasaran terbatas hanya pada lingkup tetangga.
Pada dasarnya petani jamur ini sudah memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengolah jamur segar menjadi suatu produk olahan makanan. Mereka berkeinginan hendak meningkatkan produksi dan menjual produk jamur merang dan jamur tiramnya dalam jenis produk olahan makanan yang lebih tahan lama dan dengan pemasaran yang lebih luas. Dengan demikian diharapkan keuntungan yang diperoleh petani jamur akan semakin meningkat.
Dalam hal ini dipilih produk yang akan dikembangkan adalah kerupuk jamur dan jamur krispi. Secara umum kerupuk adalah makanan yang merakyat dan banyak digemari masyarakat di berbagai daerah di tanah air. Rasa kerupuk yang renyah membuat makanan ini tak pernah absen dari sajian santapan saat makan maupun untuk camilan.
Untuk jamur tiram, dalam program ini akan dikembangkan produk makanan berupa jamur krispi. Sebenarnya ini juga makanan camilan yang cukup digemari karena makanan ringan namun bergizi tinggi. Diharapkan dengan produk jamur krispi ini memberikan keuntungan bisnis yang menjanjikan dan dapat meningkatkan tingkat ekonomi petani jamur.
Dari segi ketersediaan bahan baku, untuk bahan jamur dirasa mencukupi dan bahkan ketika panen berlebih jamur yang dihasilkan meningkat dan khusus untuk jamur merang memiliki tingkat kecepatan membusuk yang lebih tinggi. Oleh karena itu, baik jika kelebihan hasil panen ini cepat-cepat diolah menjadi produk olahan makanan, sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penjualan dalam bentuk jamur segar.
Setelah dilakukan penirisan, maka produk siap dikemas dengan menggunakan kemasan standing pouch, sehingga bisa tegak dan tampak isi produk makanan yang menarik dalam plastik transparan dan produk siap dipasarkan. Produk jamur krispi tersebut dapat dikembangkan dalam berbagai pilihan rasa, ada rasa original, dan balado atau rasa sapi panggang, atau rasa keju agar memberikan pilihan yang beragam bagi calon pembeli.
 (Oleh: Tim Pengabdian kepada Masyarakat Unila, Herti Utami, Donny Lesmana, Sri Hidayati, dan Yuli Darni, 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H