[caption id="attachment_218277" align="aligncenter" width="415" caption="Salah atu toko souvenir (dok. Herti)"]
Tak terasa hari sudah siang, dan perut terasa lapar. Ada beberapa pilihan menu makanan di sini. Tapi tetep aja yang dicari adalah nasi. Akhirnya kami temukan penjual kebab di antara deretan penjual makanan itu. Nomer satu alasan kami pilih itu adalah karena kehalalannya, dan tentu saja karena ada nasinya. Kami menikmati dengan lahap, siapa tau beberapa hari ke depan tidak akan bertemu dengan nasi :D (eh ternyata benar, 3 hari berikutnya kami baru makan nasi lagi).
[caption id="attachment_218279" align="aligncenter" width="450" caption="Adana yang dipesan teman saya (dok. Herti)"]
Ketika sudah selesai makan, kami berjalan kembali ke tempat perhentian tram untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Delft. Di salah satu jalan sekitar daerah Scheveningen itu, ternyata kami menemukan ada beberapa penjual menu makanan Indonesia, salah satunya adalah soto. Tapi karena udah terlanjur makan dan kenyang, jadi batal deh keinginan mencicipi-nya. Seharusnya kalau berada di suatu tempat baru sebaiknya seperti yang dilakukan oleh orang lain, yaitu mencicipi kuliner khas daerah tersebut. Tapi sepertinya itu tidak berlaku buat kami. Daripada tidak doyan, lebih baik cari aman. Dan tidak mau berspekulasi, apalagi sekali makan lumayan mahal. Begitulah sedikit cerita tentang kunjungan kami ke pantai Scheveningen, pantai yang biasa saja, tapi merupakan salah satu pantai tujuan wisata andalan di Den Haag, Belanda. Catatan dari perjalanan ini adalah saya sangat bersyukur tinggal di Indonesia, dengan kehangatan sinar matahari yang melimpah, adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Ayo kita mensyukurinyadengan bekerja lebih keras. Salam jalan-jalan.
*****,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H