Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Perkoncoan Teman Anu

12 Maret 2016   11:19 Diperbarui: 12 Maret 2016   11:26 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara-negara yang merasa sebagai negara maju, merasa menjadi manusia sejati yang hanya boleh mengadu manusia dengan manusia (gaung konservasi flora – fauna selalu didengungkan), yaitu adu otak, adu otot, adu imajinasi dan inovasi. Pertandingan tinju yang paling terkenal lahir di negara yang paling maju, manusia diseleksi tahap demi tahap untuk diadu, dan meski secara explisit tidak (dibolehkan) diadu sampai mati, namun dalam prakteknya ada banyak yang tewas di ring tinju (kemanusiaan ?).

Selanjutnya, secara massal adu manusia ini dilakukan melalui kesebelasan sepak bola atau rugby atau basket atau dimanifestasikan sebagai olahraga manusia. Dalam sepakbola, kue berupa sebuah bola dikejar dan direbut beramai-ramai dengan segala cara dan dibuat aturannya agar menarik hati para penontonnya. Negara yang bagus sepakbolanya mendapat perhatian (politik) yang lebih besar dan menjadi buah bibir yang berkepanjangan.

Nazi Jerman berupaya merekayasa olympiade 1936 untuk menampilkan keperkasaan politik ras “Arya”, untuk memperdalam hegemony politik pada era perang dunia ke dua. Pada era modern ini, beberapa negara tertentu melakukan hegemony politik dengan melahirkan adu imajinasi.

Dahulu kala, ruang angkasa adalah imajinasi yang kreatif bagi banyak umat manusia, karena misterinya yang belum banyak diketahui. Kita seringkali mendengar anaknda di dunia kita yang dianggap belum maju, sebuah tembang tentang ”ambilkan bulan Bu”. Namun imajinasi masa lalu itu, sekarang telah tercemari dengan diawali mendaratnya Apollo 11 di bulan yang dahulu dianggap tempat yang suci itu. Tembang ”twinkle... twinkle little star .......” yang pada masanya amat indah dan membuat anak-anak meluas imajinasinya, telah dipersempit oleh kemampuan ”inovasi” negara-negara maju yang menggunakan kemampuan inovasinya menjadi lebih banyak pertunjukkan baru sebuah celah atau gap yang langsung memberikan kategori psikologi politik ”akulah bangsa yang lebih baik dari bangsa lainnya”.

Adu ayam melambangkan ayam jantan sebagai hewan yang ”kinantan” atau ”harus bertaji”, ayam jantan yang menang ditimang-timang dan diberikan asupan yang bergizi dengan kandang dan perlakuan istimewa, karena mendatangkan kebanggaan dan kesombongan tersendiri. Ayam jantan yang kalah, biasanya dipotong untuk dinikmati gizinya, sebagai penghibur lara pemiliknya yang kalah tanding. Para kolonial memelihara ayam jagonya untuk menaklukkan ayam lawan, berupa tokoh-tokoh yang dianggap dapat berkokok lantang melalui media massa, elektronik atau orasi yang hebat dan saat ini juga bersuara lantang melalui debat publik atau menggunakan twitter / facebook. Bahkan ada politikus yang menggunakan gabungan gaya ceker ayam mengacak-acak opini publik melalui alat video / web conference atau komunikasi virtual untuk memancing kokok ayam jantan lainnya secara luas, yang dengan serta merta menanggapi dengan kokok gemuruh dari segala penjuru.

Adu kambing terkait dengan politik kegersangan suasana karena jarang mandi. Para kambing dipandang sebagai komunitas hewan yang penuh kegerahan dan bau serta kotorannya yang khas, karena kebiasaan hidup ditempat yang banyak padang rumputnya dengan sinar matahari yang cukup banyak tersedia. Kambing aduan pada umumnya sudah dewasa dan bertanduk, dan tanduknya di - asah bila perlu untuk menjadi lebih berbahaya bagi lawannya. Kebutuhan komunitas Kambing ini cukup dipenuhi dengan rumput dan dedaunan dengan air yang terbatas. Kambing ini memiliki suara mengembik yang khas dan kadang pedas bagi telinga, sehingga akan amat terasa ”tampil beda” bila ditonton oleh para penggembira melalui aneka media politik yang sudah amat beragam seperti diuraikan tentang adu ayam di atas. Yang menggelikan, para kambing ini juga dapat menyeruduk orang yang memelihara dan mendidiknya, namun jarang menimbulkan kematian, tetapi cukup menjengkelkan, maka akhirnya mereka di potong untuk menjadi asupan gizi berupa sate dan gulai kambing yang lezat. Jadi kambing ini menjadi alat politik yang nasib akhir pada ujung hidupnya berada di belati pemiliknya untuk menjadi santapan politik yang lezaaat ....... !!!.

Politik Perjuangan yang didefinisikan disini adalah perjuangan untuk membebaskan diri dari penjajahan oleh bangsa lainnya terhadap suatu bangsa atau liberasi atau antitesis dari kolonial. Dalam konteks ini, secara struktural, maka yang berhadapan adalah komponen utama dua aliran politik yaitu liberasi versus kolonial. Begitu luasnya konteks politik kolonisasi itu, karena termasuk penjajahan langsung dan tidak langsung.

Secara langsung penjajahan didefinisikan adanya kehadiran fisik dan non fisik (lengkap) organ / pemerintahan asing yang menguasai sepenuhnya perundangan / peratutan dan penyelenggaraan fisik dan non fisik ekspresi dan pelaksanaan / misi pencapaian cita-cita suatu bangsa atau kelompok masyarakat dari, oleh dan untuk mereka sendiri.

Kolonialisme sebenarnya adalah kondisi suatu kelompok masyarakat / bangsa yang tidak secara bebas dapat melakukan ekspresi tujuan hidupnya dari, oleh dan untuk dirinya sendiri, dimana semua hajat hidup orang banyak di tempat itu ditentukan oleh cara berpikir, bertindak dan bermimpi berdasarkan aturan dari pihak / kelompok orang dari luar / asing yang diterima dengan terpaksa dan bila terjadi sesuatu tidak sejalan dengan misi luar / asing tersebut atau dilanggar akan menyebabkan konsekuensi yang amat berat bagi pihak terjajah tersebut. Sebagaimana visi kolonisasi yang diuraikan didepan, kolonisasi tidak langsung itu adalah penjajahan parsial dalam amat beragam bentuk yaitu menggunakan mesin politik mencakup koloni ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.

Peralihan Misi Politik di Indonesia. - Awal Kemerdekaan Politik Sakral Konsentrik Pada Kelompok. Hanya orang tertentu yang dianggap mampu berpolitik. Takaran sebaran peningkatan daya intelektual manusia Indonesia di awal kemerdekaan belum banyak berkembang, dimana mayoritas masyarakat saat itu masih terkungkung dalam politik mengisi perut yang dominan “kukuruyuk” (masalah kampung tengah).

Media massa pun terjangkau oleh kelompok kecil masyarakat, sehingga pencerahan jiwa secara massal hanya dapat dilakukan secara terbatas oleh kelompok kecil intelektual politik yang juga terbatas sebarannya. Nurani masyarakat saat itu belum menyadari bahwa mereka juga adalah individu yang terlahir juga memegang hak politik. Politik saat itu dianggap hanya di tangan kaum “elit” politik yang berhak membuat pernyataan politik melalui orasi dan media massa yang ada. Masyarakat umum hanya mampu memikirkan bahwa politik itu adalah kapling kaum ‘elit” itu. Pada masa itu, kaum elite politik dengan mudah menyampaikan fatwa politiknya untuk menggerakkan potensi manusia Indonesia sesuai cara pandang kaum elit. Kaum proletarian, memandang fatwa politik itu adalah kebenaran yang harus mereka lakukan dalam menjalani kehidupannya di bumi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun