Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Perkoncoan Teman Anu

12 Maret 2016   11:19 Diperbarui: 12 Maret 2016   11:26 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari merenungkan apa dan bagaimana Politik itu ? Kita tidak perlu menggunakan acuan pihak lain dalam merenungkan arti politik. Meskipun Aristoteles di jaman dahulu kala telah berupaya mendefinisikannya. Karena pada saat seseorang melahirkan dan mempublikasikan pengertian politik menurut konsepsinya, dia telah dirasuki ”roh” politik itu sendiri, yaitu keinginan agar orang lain mengikuti konsepsi yang dibuatnya, dimana hal itu adalah bagian dari karakter politik itu sendiri. Politik bukan suatu definisi, melainkan hakekat Adi kodrati eksistensi manusia di muka bumi ini.

Maka politik bukan dimensi yang bisa dibatasi oleh pikiran perorangan atau kelompok tertentu. Mengapa politik itu menjadi bagian sangat penting dalam kehidupan manusia ?. Tentunya tidak lain karena politik itu menempati “scope” atau matra-dimensi cakupan wilayah, ruang, waktu, dan seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri. Politik ada dan hadir, karena adanya kehidupan manusia.

Manusia sebagai mahluk paling cerdas yang ada di muka bumi ini, melahirkan perilaku yang sederhana sampai yang paling kompleks. Perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa disebabkan adanya politik. Ciri khas terpenting dari politik adalah dinamika kemampuan manusia menyusun rekayasa imajinatif mereka dalam mencapai cita-cita masing-masing.

Imajinasi membawa manusia kepada visi (gambaran masa depan yang ideal) berdasarkan kemampuan kecerdasan yang mereka miliki. Sebagaimana beberapa contoh dalam prolog di atas, bahwa visi manusia itu melahirkan atau membentuk sebuah upaya untuk mencapainya dengan melakukan tindakan atau kinerja yang biasa disebut dengan misi-misi.

Karenanya, politik itu adalah sifat bawaan manusia itu sendiri dari kemampuan intelektualnya sesuai dengan capaian batas kecerdasannya mengenai dimensi yang mampu dikhayalkannya tentang kebutuhan eksistensinya di muka bumi. Kemampuan intelektual itu terbangun dari aneka kompleksitas pengalaman masing-masing manusia itu sendiri dalam lingkungan internalnya / lokal / nasional / internasional / global yang amat beragam dari satu manusia ke manusia lainnya.

Maka politik itu adalah ”Adi Kodrati” atau anugerah Sang Pencipta, karena hanya diberikan kepada manusia. Keistimewaan manusia itu adalah adanya ”kebebasan” memilih jalan hitam dan putih. Maksudnya, adalah bahwa tanpa adanya kodrat kebebasan ini, maka manusia tiada lain semacam robot.

Mekanisme operasional robot yang paling mirip dengan manusia-pun tetap dimulai dengan eksekusi perintah yang menjalankannya, secara umum ”tekan tombol” maju, maka robot akan terus bergerak maju, dan kecerdasannya adalah kecerdasan ”buatan” manusia. Manusia tak akan pernah bisa diperintah menjalankan sesuatu dengan total kesetiaan seperti robot.

Sehingga terjadilah bahwa manusia menjadi ”unik”, dimana setiap orang itu ditakdirkan tidak akan pernah total sama sifatnya, meskipun lahir kembar. Karena kodrati sifat yang berbeda itulah, maka manusia berupaya membangun kelompoknya masing-masing yang lebih sefaham atau mirip dalam tujuannya.

Kebutuhan membangun kelompok baik yang statis atau berkinerja dinamis dan efektif, maka manusia memerlukan interaksi, yaitu hubungan sosial kemasyarakatan untuk dapat saling memahami satu dengan lainnya. Kesemua hubungan sosial itulah yang memerlukan kiat-kiat yang terus dikembangkan secara berkesinambungan dari masa ke masa yang membentuk dinamika peradaban manusia itu sendiri.

Kiat-kiat itulah yang dinamakan ”politik” karena mencakup didalamnya aneka ragam perilaku dan praktek interaksi tawar-menawar, pemaksaan, tipu daya, ketulusan, kebanggaan, prestasi, kesenian, pembenaran, pengujian, penghakiman, ........ dan seterusnya menjangkau semua ungkapan perilaku karsa dan karya manusia, baik berupa imajinasi ataupun fakta. Politik juga merupakan olahraga jiwa imajinatif kecerdasan untuk mengejar visi.  

Jadi politik itu juga adalah suatu bentuk kemampuan bertahan / eksistensi manusia dan peradabannya itu sendiri. Bila kita kaji, maka bahwa terbentuknya negara-negara di sunia ini, bukan hanya karena ada wilayah, pemerintahan, atau masyarakatnya saja, yang selama ini menjadi adagium universal tentang faktor utama pendirian sebuah negara (pra - kemerdekaan), melainkan pemicu awalnya adalah hadir dan adanya kesamaan pandangan politik oleh kelompok mayoritas masyarakat yang menghuni suatu kawasan itu sendiri, yang berimajinasi membentuk kelompok besar masyarakat dalam suatu wilayah, dimana pada akhirnya dinamakan oleh manusia dengan sebutan ”negara”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun