Jokowi, Anomali Global Moral Kasus Sumberdaya Alam ( Hutan Lahan Pekarangan).
Sejak tahun 1997 frekuensi dan cakupan karhutla kebakaran hutan lahan dan pekarangan terus meningkat. Analisis citra satelit lokasi yang menyajikan data tentang hal ini dengan mudah di peroleh online.
Secara internasional kampanye dan aktivitas amat banyak pihak langsung pun tidak langsung bergiat dalam SDA pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup amat banyak jumlahnya. Dari yang punya nama populer sampai kepada kegiatan lokal di desa terpencil.
Kita melihat pegiat lingkungan yang kadang menjadi seolah artis dan menjadi rutinitas kita menerima pesan- pesan perduli lingkungan dan anehnya kita lama kelamaan menjadi tidak sensitif lagi tentang aksi dan pesan tersebut meski di kemas dengan amat baik.
Artikel online media tentang karhutla juga amat banyak, namun bila diteliti dari segi respon publik, amat minim komentar, pun terbatas bahkan keluar topik. Bahkan ada yang promoter konten porno memanfaatkan berita dalam memberi komentar.
Dalam hal bantuan internasional juga terlihat setengah hati dan ambigu. Bantuan diberi sebagai basa basi, pada saat krisis melebihi limit donator, maka jutaan alasan menghentikan bantuan cukup tersedia.
Adanya anomali sensitivitas global terhadap pola respon terhadap bencana di dunia. Yang paling menakutkan bahwa mayoritas manusia sudah menganggap bencana yang terjadi di bumi kalau tidak langsung terpaut dengannya, hanya sebuah dinamik kehidupan yang pasti segera berlalu. Badai pasti berlalu.
Apa yang terjadi era peradaban yang katanya modern ini sekaligus membawa juga paradigma dan praktek nyata bahwa sadar tidak sadar ada kondisi baru amat sangat serius yang kita hadapi, yaitu modernisasi tidak hanya membawa ke arah kebaikan semata, melainkan juga membawa dimensi "moral" yang berisikan revolusi mental global.
Dalam skala global, permainan / game yang misinya mengajarkan pengelolaan sumberdaya alam, membuat generasi manusia bumi dapat menikmati cara pengelolaan sumberdaya alam yang seakan-akan amat mudah instan, dan nyata dapat dilakukan dengan on and on every one click reaches the satisfied result bagi dunia.
Lalu bagaimana dengan kita di Indonesia ini dalam menyikapi konstelasi perubahan global dalam hal pengelolaan sumberdaya alam ini ?.
Dunia mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang menentukan masa depan dunia dalam banyak hal. Dalam hal global climate change, amat tegas Perserikatan Bangsa Bangsa menjadikan Indonesia sebagai salah satu andalan dunia untuk menjadi tumpuan masa depan kestabilan iklim global menjamin eksistensi peradaban dunia.
Eksistensi peran global Indonesia inilah yang sering direduksi, baik oleh pihak asing, maupun sebagian orang. Sikap mengejek beberapa negara terhadap kasus karhutla di Indonesia sebagai contoh bahwa pihak ini juga mengalami dekadensi moralitas dalam menyikapi pengrusakan sumberdaya alam. Bilamana semua pihak paham mengerti sadar dan tulus ikhlas menerima takdir bahwa Indonesia memang ditakdirkan secara global dalam posisi penentu masa depan ekosistem dunia yang harmonis, maka akan amat kurang sesi negatif yang seringkali dilontarkan kepada Indonesia, melainkan makin banyak bantuan terbaik yang memang layak diberikan kepada Indonesia, karena bukan untuk kepentingan kita sendiri.
Kita memang mengendalikan ekologi dunia. Berabad-abad lalu erupsi gunung berapi seperti Krakatau Indonesia telah memberikan dampak global yang tercatat dalam sejarah sebagai pemicu perubahan peradaban global. Indonesia bukan hanya milik orang Indonesia saja, melainkan sebuah takdir suatu wilayah yang memegang kunci utama stabilitas global bagi kehidupan umat manusia.
Seperti halnya secara organisatoris Bapak Soekarno membangkitkan dan membuka semangat global era baru Asia-Afrika, sampai kini pun peran Indonesia tak bisa dihindari tetap tak mungkin diabaikan oleh siapa pun secara global, selama kita mahluk manusia masih dalam satu bumi yang sama.
Lalu apa yang dilakukan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dalam menyikapi hal ini ?.
Dalam usia saya yang sudah 55 tahun ini, saya melihat banyak Presiden Indonesia dengan era kepemimpinannya dengan masalahnya masing-masing. Dalam pengelolaan sumberdaya alam Indonesia, tentu saja ada kesamaan para pemimpin tersebut, yaitu semua mereka memakai pakem berbasis paham kelestarian sumberdaya alam.
Pengelolaan sumberdaya alam ditakdirkan harus berkelanjutan dengan azas kelestarian, menjadi kewajiban yang tanggung renteng dari generasi ke generasi. Tak ada satu generasi yang boleh lengah atau teledor dalam menyikapi sumberdaya alamnya, karena dampaknya akan berkelanjutan dan amat mendalam menentukan masa depan umat manusia.
Saya mengakui "kedegilan" seorang Jokowi dalam hal pengelolaan SDA ini, misalnya sikap beliau yang tidak pernah menyalahkan generasi pimpinan Indonesia sebelumnya pada saat menghadapi bencana SDA yang terjadi. Kita keheranan saat Jokowi yang melakukan kegiatan lapangan di suatu desa Kalimantan dengan kebakaran hebatnya, langsung memimpin pemadaman dan yang tak terpikirkan bagaimana Sang Presiden, tiba-tiba setelah sekitar 4 jam setelah kembali dari TKP Tempat Kejadian Perkara, balik lagi ke TKP secara diam-diam, hanya untuk memastikan bahwa api benar-benar telah dipadamkan dengan baik dan benar, sebelum petugas meninggalkan TKP tersebut. Hal ini kami saksikan sendiri saat tanggal 24 September 2015 saat pulang ke rumah saya di Palangka Raya melalui jalan darat dari Banjarmasin ke Palangka Raya.
Sebagaimana data nyata bahwa kasus karhutla ini sudah ada sejak lama dari era pemimpin satu ke lainnya. Namun saya belum pernah melihat sebelumnya ada Presiden yang sanggup bolak-balik pontang panting menyambangi TKP karhutla se Indonesia dengan tetap menunjukkan wajah yang sama penuh dengan determinasi semangat tak pernah menyerah, membuat "kesal" banyak orang yang melihatnya.
Sebagai salah satu alumni "fakultas kehutanan" Jokowi memang "tidak diajarkan membakar" hutan lahan pekarangan. Saya memahami itu karena saya (ma'af bukan cari muka) juga lulus keilmuan dasar manajemen hutan, dimana diajarkan bahwa kelestarian SDA itulah prestasi tertinggi dari pengelolaan SDA.
Hari ini, juga kabarnya setelah amat banyak kegiatannya, Jokowi akan tiba di Palangka Raya Kalimantan Tengah, bahkan barangkali "agak" mengabaikan isu APBN yang merebak di pusat, beliau akan kelapangan lagi di Kalimantan Tengah untuk terus mengendalikan karhutla tapak demi tapak di bumi Indonesia.
Upaya pengendalian karhutla era Jokowi ini khususnya di Kalimantan Tengah, telah melahirkan inovasi baru yang unik antara lain hal yang belum begitu kita kenal dahulunya, seperti rumah oksigen, stasiun isi ulang oksigen, sekolah anti asap, rumah singgah asap, poliklinik anti asap, puskesmas anti asap, blocking kanal, TSA Tim Serbu Api, cairan pemadam api, jamu asap, dan lain-lain.
Kesemuanya menandakan bahwa perhatian dan tindakan yang besar dan perduli dengan keteguhan sikap seorang Jokowi dalam era tanggap darurat terus mendorong semakin teguhnya kepastian "kemandirian" Indonesia dalam pengelolaan SDA yang akan mendorong inisiatif nasional regional global membantu Indonesia ke depan. Hal ini menjadi modal yang terus dirajut, agar kemandirian SDA Indonesia itu menjadi milik dan warisan dunia.
Jokowi memiliki keteguhan sikap dan memahami utuh tentang warisan SDA adalah penentu eksistensi Indonesia, sehingga beliau meletakkan prioritas pengendalian karhutla dibandingkan dengan APBN yang juga prioritas untuk diproses secara kolegial kolektip Pemerintah, DPR dan pemangku kepentingan lainnya.
Kami selalu berdo'a kepada pemimpin Indonesia yang memang ditakdirkan eksis di dunia pada konstelasi yang "seksi" dan selalu dalam keyakinan siapa pun yang terpilih memimpin Indonesia adalah "tangan Allah" yang memimpin negara dengan bangsa yang besar Indonesia Raya, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Program / kegiatan pengelolaan SDA yang nampaknya sudah mulai bergulir dilakukan adalah "tanggap permanen" terhadap bencana. Khusus karhutla, nampaknya Pemerintah sudah mulai mengagendakan konsep awal penanganannya antara lain akan adanya seminar internasional tentang lahan gambut, model pengelolaan SDA yang berkelanjutan yang dicacangkan beberapa media dan pejabat pemerintah terkait.
Sungguh menyejukkan juga bahwa secara global, sikap pemimpin Indonesia, khususnya Presiden RI Jokowi, tidak dipandang negatif dalam memimpin bangsa Indonesia termasuk dalam pengendalian karhtula ini. Dalam "moral" global manusia yang semakin merosot, teladan Jokowi membawa Indonesia menjadi lebih digjaya menjadi sumber inspirasi dan berkah kemakmuran bagi Indonesia dan dunia.
Selamat bekerja dan berdo'a Bapak Presiden & Kabinetnya bersama seluruh Rakyat Indonesia.
Salam kepada kompasianer & pembaca dari penuis di Palangka Raya, kota CANTIK, BUMI ISEN MULANG, BUMI PANCASILA.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H