Karena saya sejak tahun 80-an sampai sekarang cukup sering bolak-balik ke Jakarta, dan menyadari kondisi Jakarta dari dekade yang lalu sampai saat ini, maka amat nyata kedigjayaan ibu kota Indonesia, Jakarta ini amat luar biasa.
Dalam kondisi apa pun selama Indonesia ini eksis, Jakarta tak terbantahkan sudah menjadi subyek dan obyek problem dan solusi nasional bagi Indonesia. Jakarta sudah menjadi penentu mutlak bagi masa depan Indonesia, karena bagi Indonesia hanya Jakarta lah kiblat segala hal yang telah, sedang dan akan terjadi di Indonesia.
Jakarta yang megapolitan berisi problem dan solusi bagi bangsa Indonesia. Bagi Jakarta semua itu menjadi kota ini makin digjaya. Problem yang makin banyak dan kompleks menjadi dasar alasan untuk membuat solusinya. Karena semakin kompleks suatu kota, maka karena kota itu menjadi pusat segalanya, tentu saja kota itu mampu menemukan solusinya sendiri yaitu dengan menyedot segenap sumberdaya darimana saja di bawah kekuatan magnetnya yang dahsyat. Jakarta dengan segala kekuatan lengkapnya menjadi akumulasi segalanya bagi bangsa kita Indonesia.
1. Uang beredar 80 % di Jakarta.
Kota Jakarta tetap menjadi tempat tujuan yang amat menarik bagi mayoritas orang Indonesia. Kehebatan Jakarta yang mampu menyediakan kelengkapan kebutuhan masyarakat Indonesia tak diragukan lagi. Kota ini menjadi magnet yang menyedot semua sumberdaya, termasuk uang yang beredar melalui variasi segala macam kegiatan yang amat lengkap di Jakarta. Jumlah program kegiatan pembangunan baik swasta maupun pemerintah semua paling banyak terdapat di Jakarta sehingga duit pun mengikutinya. Termasuk mengikuti orang-orang besar yang semuanya berkantor di Jakarta. Termasuk jumlah populasi ekonomi bawah yang massif juga menambah lengkapnya pos peredaran uang di Jakarta secara paripurna.
2. Jakarta Pusat Segalanya Bagi Indonesia.
Sudah sejak lama Bimbo grup musik keren tempoe doeloe bilang kota Jakarta memang segalanya.
Sistem pemerintahan kita yang sentralistik mendukung tumbuhnya Jakarta menjadi sangat kuat. Seluruh infrastruktur ekonomi, sosial, politik, dan lain-lainnya pusatnya semua di Jakarta dan sekitarnya.
Hampir semua urusan daerah yang meski dikatakan otonom, tetap akhirnya mesti ke Jakarta. Di Jakarta amat gampang mendapatkan hotel dari segala kelas yang dekat dengan tempat urusan. Bahkan banyak kantor yang berdempetan dengan hotel, super market dan lain-lainnya tempat mudah menghabiskan berapa saja uang anda.
Perusahaan besar yang arealnya di daerah, pasti punya kantor pusat di Jakarta, bahkan di daerah kantornya belum ada.
Dalam kancah politik juga pusat partai politik dan tokohnya mesti ada di Jakarta, kecuali untuk provinsi tertentu yang mendapat hak khusus namun jumlahnya sedikit.
Di puncak tugu Monas, juga terkumpul bongkahan emas sebagian besar dari ujung Indonesia (Aceh) dan gabungan daerah lainnya yang nampak indah germerlapan dipelihara dengan baik oleh negara.
3. Jakarta adalah Prestise bagi orang luar Jakarta.
Orang daerah akan sangat malu, apabila dikatakan tak pernah ke Jakarta. Bahkan kadangkala ada yang nekat bilang sudah ke Jakarta meskipun belum pernah. Kota Jakarta dengan segala kompleksitasnya bagi orang daerah tetap menarik menantang untuk ditapaki, apalagi anda dapat dengan mudah menghabiskan waktu hanya turun naik di sebuah mall. Banyak anak muda di daerah berobsesi datang ke Jakarta, bahkan tanpa tujuan yang jelas.
Yang lebih aneh juga event keagamaan di daerah juga memandang Jakarta lebih keren tokoh agamanya dibanding daerah. Pada saat acara di daerah mengundang tokoh agama lokal, maka yang hadir biasanya sedikit dibanding dengan mengundang tokoh agama dari Jakarta. Jadi nilai Ketuhanan pun nampaknya lebih tinggi di Jakarta ketimbang di daerah.
Hal serupa terjadi juga dengan artis lokal yang kasian karena pasti kalah bila disandingkan dengan artis dari Jakarta meskipun level biasa. Dari segi kuliner bahkan muncul restoran Senayan, Bakso Tembak Senayan, bahkan kawasan bernama Menteng pun dan sejenis nama Jakarta-an banyak muncul di daerah. Dari segi pakaian pun bila di beli di Jakarta, maka gengsinya akan menjadi rumor di daerah.
4. Kegagalan, Inspirasi Untuk Membuat Proyek
Orang sukses mendapatkan penghargaan sudah biasa !. Namun di Jakarta sebaliknya, orang gagal yang lebih banyak mendapatkan subsidi. Khusus untuk macet, karena tak mampu mengatur kapasitas kendaraan, maka pemerintah menambah subsidi dengan menambah fasilitas seperti busway, jembatan layang, dan lain-lain dengan tujuan mengurai kemacetan. Jumlah kendaaraan yang melampaui kapasitas jalan mennyebabkan kemacetan dengan polusi tinggi. Penambahan fasilitas memberi dampak bagi orang untuk berupaya mendapatkan kendaraan pribadi terbaik sesuai kekuatan ekonominya. Maklum angkutan umum yang terjebak macet pula dan belum tertib hanya alternatif angkutan, bukan menjadi pilihan utama orang. Pengendara motor berpikir bisa atasi macet dengan lincah menerobos apa saja jalur yang mungkin, maka kadangkala trotoar berganti fungsi menjadi jalan juga. Pengendara mobil menutup kaca mobilnya memasang pendingin udara dan bagi yang berduit melengkapi akomodasi selengkapnya di dalam mobil, silakan macet, udara di mobil tidak kena kentut bus, internet online bisa akses kantor dan staf.
Kegagalan menata lalu lintas dan kapasitas jalan oleh pemerintah diatasi dengan subsidi kegagalan. Maka di bangun lah jalan tol, busway, dan lainnya yaitu cara praktis mengurai kemacetan dengan proyek. Orang melihat prasarana transportasi yang dikembangkan pemerintah itu sebagai tanda bahwa mereka harus punya kendaraan pribadi, karena angkutan umum tak bisa dipakai bebas sampai alamat masing-masing.
Semakin gagal mengatasi kemacetan, maka semakin besar subsidi pemerintah dengan membuat proyek-proyek transportasi yang bahkan tak perlu ada sangkut pautnya dengan mengurai kemacetan seperti busway, yang penting orang melihat pemerintah berusaha keras mengatasi kemacetan.
Gagal mengurai kemacetan, gagal menertibkan masyarakat pengguna transportasi menyebabkan problem besar luar biasa yang diatasi dengan mensubsidi problem besar itu untuk terus membesar, agar lebih banyak alasan membuat proyek subsidi mengatasi kegagalan. Semakin banyak kegagalan di buat, maka semakin banyak proyek dibuat dengan alasan untuk mengatasi problem tersebut. Fenomena bola salju yang menggelinding semakin besar merupakan akumulasi subsidi kegagalan yang sistemik dalam mengelola transportasi di Jakarta.
Orang daerah yang gagal pun bahkan mampu naik becak, jalan kaki dan lain-lainnya datang mengadukan nasibnya mencari solusi di Jakarta, bahkan para Kepala Desa yang semestinya berada di desa bisa tiba-tiba kumpul di Jakarta dengan segala atributnya.
Jakarta kental dalam hal penggusuran, nampak amat jelas orang yang terpapar itu jelas tak berdaya, apalagi mau membawa kasusnya kepengadilan, sudah miskin, mana mungkin mampu mengikuti proses mencari keadilan yang rumit. Dalam hal penggusuran ini, proyek ini biasanya dua hal, yaitu melakukan bongkar / gusur, lalu menyediakan bangunan penampungan. Proyek sejenis ini pembiayaannya mudah dipertanggungjawabkan dan kegiatannya komprehensif, paket lengkap, mulai biaya penertiban, penggusuran, perencanaan / pembangunan bangunan penampungan, lalu dilanjutkan dengan pengelolaan paska kegiatan.
…. … …. Bahkan kabut asap pun menanti penyelesaiannya dari Jakarta ……
Dan lain sebagainya …………………………
Jakarta … Jakarta …. Oh Jakarta …. Kembali ke Jakarta ( lagu lama Koes Plus: Di sana, rumahku. Dalam kabut biru. Hatiku Sedih di Hari Minggu. Di sana kasihku, berdiri menunggu. Di batas waktu yang tlah tertentu. Ke Jakarta aku kan kembali, walau pun apa yang kan terjadi …… )
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H