Berjuta makna tergambar jelas dimatamu
Dirimu sang pencari kehidupan
Ketenangan kau buat ber api api
Mendekap jiwa liar yang berperasangka tak beretika
Sebuah jalur yang nyaris kau buat berkelok
Meski terlihat lurus bak humus tak berkukus
Mentari kau jadikan pusat mata angina
Meski waktu di dunia ini tak mungkin engkau ketahui
Pada akhirnya teman setia adalah ajal telah menanti
Pengembaraanmu habis untuk berpisah dengan nuranimu
Kemana tekat yang kau tanamakan pada sebuah ranting tak berdaun
Gelisah pohon karena angin yang kini semakin liar, kencang dan tak karuan
 Menghempaskan tubuh ini kembali pada tanah kuburan kembali pada kematian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!