Seorang editor akan sangat memahami bahwa koreksi naskah itu penting. Bahkan, di situlah salah satu tugas penting editor, yakni mengoreksi naskah yang hendak mengejawantah menjadi buku atau artikel. Untuk menghindari kesalahan maka dibutuhkan koreksi berlapis dengan manajemen waktu yang baik.
Untuk sebuah buku, koreksi berlapis dimulai dari penulis yang melakukan swasunting atau menyunting naskahnya sendiri. Setelah naskah sampai ke editor, dilakukan lagi koreksi. Begitu naskah dilayout dan diberi pemanis ilustrasi di sana-sini, kembali koreksi dilakukan. Begitu seterusnya hingga suatu naskah mentah menjadi artikel atau buku yang matang, yang sedap disantap dan menyegarkan kecerdasan pembacanya.
Tak boleh dilupakan, proses koreksi berlapis itu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Jika dilakukan terburu-buru maka koreksi untuk tujuan meminimalkan kesalahan sulit tercapai. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang mengerti waktu, mengelolanya dengan baik dan cermat.
4. Jadikan kesibukan sebagai anugerah, bukan sebagai alasan untuk menunda-nunda pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang jernih dan pikiran yang fokus maka hasilnya pun akan menyenangkan. Untuk itulah, jadikan kesibukan karena beragam pekerjaan sebagai anugerah. Lagi-lagi, kelola waktu dengan baik agar kita dapat menuntaskan beragam pekerjaan itu tanpa merepotkan diri sendiri dan orang lain. Pada akhirnya, kita juga akan mudah menghindari kesalahan yang tak perlu.
Sebaliknya, jika karena banyak kesibukan maka kita punya alasan untuk menunda-nunda satu pekerjaan, maka di situlah awal mula beragam kesalahan muncul. Selain karena fokus melemah karena kita abai dengan waktu, juga karena kita menjadi merepotkan orang yang bekerja sama dengan kita.
Kerja sama yang tidak harmonis di dalam tim kerja akan memantik kesalahan-kesalahan kecil yang berpotensi menjadi besar. Jadi, berbahagialah jika kita punya kesibukan, lalu aturlah waktu dengan baik. Niscaya, kesalahan dapat diperkecil bahkan dihilangkan dan orang-orang yang bekerja sama dengan kita menjadi bahagia.
5. Hargai setiap pengalaman karena di situlah guru terbaik berada
Pepatah lama mengatakan, Pengalaman adalah guru terbaik. Hingga kini pun, nasihat tersebut perlu kita hiraukan. Setidaknya, jadikan pengingat bahwa kita hidup bertumbuh dan berkembang lewat pengalaman demi pengalaman yang mampir dalam aktivitas kita.
Jika kita pernah melakukan kesalahan dalam suatu pekerjaan maka pada pekerjaan berikutnya kita bisa lebih awas, teliti, bahkan lebih cerdas. Kesalahan berulang pun bisa dihindari. Itulah pentingnya pengalaman kerja, membuat kita semakin dewasa dalam bersikap dan mengelola diri. Kualitas terbaik menjadi hasil akhirnya karena kita menghargai pengalaman yang kita punya.
Kesalahan yang telah lalu dapat menjadi guru terbaik dan membimbing kita kepada cara menyelesaikan pekerjaan dengan fokus terbaik, dengan komunikasi membumi, dengan koreksi berlapis, dengan menganggap kesibukan sebagai anugerah, dan dengan menghargai setiap pengalaman di dunia kerja.