Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pekerja, Lakukan 5 Cara Ini untuk Mengurangi Kesalahan Berulang dalam Bekerja

30 Desember 2020   06:48 Diperbarui: 31 Desember 2020   09:23 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tim kerja sedang berdiskusi untuk menyelesaikan pekerjaan. (pixabay.com)

Beberapa bulan sudah saya terlibat aktif dalam pengerjaan buku untuk anak-anak sekolah dasar (SD), bukan sebagai penulis, tapi menjadi anggota tim editornya. 

Buku yang kami buat merupakan buku yang mewujud dalam bentuk modul siswa, guru, dan orangtua guna merespons ganasnya pandemi Covid-19, yang sangat berdampak pada proses belajar-mengajar. Dari yang semula tatap muka, anak-anak dipaksa untuk belajar dari rumah (BDR). Tak mau dikalahkan virus yang merepotkan ini maka Kemendikbud, melalui Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar), membuat modul dengan beragam tema tersebut; dan saya masuk dalam tim editornya.

Namun, tulisan ini tidak mengupas tuntas modul pembelajaran yang diterbitkan Kemendikbud. Saya ingin membagikan inspirasi tentang dunia kerja, ketika kita dituntut untuk tidak melakukan kesalahan, atau setidaknya minim kesalahan. Ini tidak lepas dari pekerjaan saya sebagai editor buku, yang diwajibkan mampu menemukan kesalahan dan memperbaikinya.

Nah, karena saya tidak hanya asyik masuk dunia editor, dan bisa mewujudkan diri sebagai penulis, terutama penulis naskah motivasi atau inspirasi, maka saya sampaikan tulisan sederhana ini. Berikut ini beberapa hal yang dapat saya sajikan, dalam bahasa yang mudah kita mengerti.

1. Fokus satu bidang saja dulu jika belum mampu membagi energi untuk beragam konsentrasi

Untuk membuat sebuah buku, kita harus fokus. Apalagi jika kita ingin menulis banyak buku dengan beragam topik. Tanpa fokus yang mumpuni, pekerjaan apa pun tidak akan dapat selesai dengan sempurna. Selain waktu yang lama untuk menuntaskan pekerjaan, hasilnya pun akan sulit memuaskan. Itu karena kita belum mampu memfokuskan diri dalam satu pekerjaan.

Fokus pada satu bidang yang kita geluti, misalnya menulis atau mengedit naskah, jauh lebih baik daripada kita memaksakan diri mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu, tapi tidak selesai-selesai. Selain hasilnya tidak optimal, tanpa fokus yang baik apa yang kita kerjakan akan membuahkan akhir yang banyak kesalahan, luput dari konsentrasi terbaik kita.

2. Jangan abaikan komunikasi, apalagi jika apa yang kita kerjakan dilakukan oleh tim yang besar

Komunikasi itu penting, kita semua pasti menyetujuinya. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaan pun kecerdasan berkomunikasi janganlah ditinggalkan. Orang yang hebat dalam satu bidang sekali pun belum tentu hebat berkomunikasi dengan orang lain. Lebih mudah asyik sendiri dengan pekerjaan yang kita geluti, namun abai dengan interaksi. Itu akan membuahkan hasil kerja yang tak optimal, bahkan akan membuat karya kita bertabur beragam kesalahan.    

Untuk bisa berkomunikasi dengan baik dalam satu tim kerja, bukalah hati dan pikiran. Merendah untuk ditinggikan, membumi agar kita bisa merespons stres atau kesulitan kerja dengan lebih jernih. Cara ini akan memudahkan kita berkomunikasi dengan orang lain, terutama tim kerja. Pada akhirnya, mudah pula kita meminimalkan kesalahan, bahkan mampu menuju zero kekhilafan.

3. Koreksi berlapis dengan manajemen waktu yang baik

Seorang editor akan sangat memahami bahwa koreksi naskah itu penting. Bahkan, di situlah salah satu tugas penting editor, yakni mengoreksi naskah yang hendak mengejawantah menjadi buku atau artikel. Untuk menghindari kesalahan maka dibutuhkan koreksi berlapis dengan manajemen waktu yang baik.

Untuk sebuah buku, koreksi berlapis dimulai dari penulis yang melakukan swasunting atau menyunting naskahnya sendiri. Setelah naskah sampai ke editor, dilakukan lagi koreksi. Begitu naskah dilayout dan diberi pemanis ilustrasi di sana-sini, kembali koreksi dilakukan. Begitu seterusnya hingga suatu naskah mentah menjadi artikel atau buku yang matang, yang sedap disantap dan menyegarkan kecerdasan pembacanya.

Tak boleh dilupakan, proses koreksi berlapis itu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Jika dilakukan terburu-buru maka koreksi untuk tujuan meminimalkan kesalahan sulit tercapai. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang mengerti waktu, mengelolanya dengan baik dan cermat.

4. Jadikan kesibukan sebagai anugerah, bukan sebagai alasan untuk menunda-nunda pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang jernih dan pikiran yang fokus maka hasilnya pun akan menyenangkan. Untuk itulah, jadikan kesibukan karena beragam pekerjaan sebagai anugerah. Lagi-lagi, kelola waktu dengan baik agar kita dapat menuntaskan beragam pekerjaan itu tanpa merepotkan diri sendiri dan orang lain. Pada akhirnya, kita juga akan mudah menghindari kesalahan yang tak perlu.

Sebaliknya, jika karena banyak kesibukan maka kita punya alasan untuk menunda-nunda satu pekerjaan, maka di situlah awal mula beragam kesalahan muncul. Selain karena fokus melemah karena kita abai dengan waktu, juga karena kita menjadi merepotkan orang yang bekerja sama dengan kita.

Kerja sama yang tidak harmonis di dalam tim kerja akan memantik kesalahan-kesalahan kecil yang berpotensi menjadi besar. Jadi, berbahagialah jika kita punya kesibukan, lalu aturlah waktu dengan baik. Niscaya, kesalahan dapat diperkecil bahkan dihilangkan dan orang-orang yang bekerja sama dengan kita menjadi bahagia.

5. Hargai setiap pengalaman karena di situlah guru terbaik berada

Pepatah lama mengatakan, Pengalaman adalah guru terbaik. Hingga kini pun, nasihat tersebut perlu kita hiraukan. Setidaknya, jadikan pengingat bahwa kita hidup bertumbuh dan berkembang lewat pengalaman demi pengalaman yang mampir dalam aktivitas kita.

Jika kita pernah melakukan kesalahan dalam suatu pekerjaan maka pada pekerjaan berikutnya kita bisa lebih awas, teliti, bahkan lebih cerdas. Kesalahan berulang pun bisa dihindari. Itulah pentingnya pengalaman kerja, membuat kita semakin dewasa dalam bersikap dan mengelola diri. Kualitas terbaik menjadi hasil akhirnya karena kita menghargai pengalaman yang kita punya.

Kesalahan yang telah lalu dapat menjadi guru terbaik dan membimbing kita kepada cara menyelesaikan pekerjaan dengan fokus terbaik, dengan komunikasi membumi, dengan koreksi berlapis, dengan menganggap kesibukan sebagai anugerah, dan dengan menghargai setiap pengalaman di dunia kerja.

Salam inspirasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun