Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Filosofi 3P untuk Membentuk Karakter Tangguh

13 Oktober 2020   05:41 Diperbarui: 13 Oktober 2020   05:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penulis tugas utama saya adalah menulis naskah. Sebagai editor tugas utama saya adalah mengedit atau menyunting naskah. Kedua tugas tersebut dapat berjalan beriringan dan merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan. Dalam proses menulis maupun mengedit tersebut ada satu hal penting yang harus saya laksanakan, yaitu memperbaiki naskah.

Di sinilah saya berjumpa dengan satu filosofi ini: perbaiki, perbaiki, dan perbaiki (3P). Untuk memudahkannya, saya sebut saja sebagai Filosofi 3P. Perbaikan yang biasa saya lakukan adalah memperbaiki salah ketik (saltik), salah penempatan kata, memperbaiki kalimat hingga paragraf.

Beberapa perbaikan lainnya selama proses menulis maupun menyunting naskah tidak perlu saya sebutkan, agar tulisan saya ini tidak terlalu panjang dan menjemukan jika Anda baca.

Saya hanya ingin mempertegas bahwa proses perbaikan itu tidak selamanya mudah. Proses perbaikan itu juga membutuhkan waktu, yang kadang cepat, kadang lama. Apalagi jika "kerusakan" naskah terlalu parah dan membutuhkan waktu, pikiran, serta perhatian khusus. Jika tidak dilandasi kesabaran dan ketangguhan dalam proses perbaikan maka akan banyak kerusakan atau kekurangan naskah lolos begitu saja, tidak terdeteksi.

Makna yang bisa saya ambil adalah, ketika saya ingin suatu perbaikan, banyak hal saya perlukan. Saya membutuhkan kecerdasan untuk menguasai persoalan. Jika saya menyunting naskah maka saya harus punya ilmu tata bahasa. Jika saya ingin memperbaiki kualitas tulisan saya sendiri maka saya harus punya kecerdasan dalam mencari bahan tulisan. Itu sedikit contoh yang dapat saya sebutkan.

Hal lain yang saya perlukan adalah kesabaran, kedisiplinan dalam memanfaatkan waktu, dan tidak mudah menyerah. Karena suatu perbaikan itu kadang sangat sulit dilakukan maka saya membutuhkan semangat bertarung yang tinggi. Tujuannya sangat jelas, yaitu agar saya dapat menaklukkan naskah yang banyak kekurangannya itu dan mengubahnya menjadi naskah yang baik, layak baca.

Perbaikan naskah, baik itu yang saya tulis sendiri maupun tulisan orang lain, bisa saya ibaratkan sebagai perbaikan diri sendiri. Jika saya tidak bisa memperbaiki diri maka saya yang kemarin, saya yang hari ini, dan saya yang akan datang, tidak akan mengalami perubahan.

Stagnan, mandek! Statis, tidak berkembang. Perbaikan diri merupakan suatu proses yang menjadikan diri saya bisa meningkatkan kualitas, agar saya di masa lalu berbeda dengan saya di masa kini. Ada mutu diri yang berubah, ada perenungan batin maupun pikiran yang diwujudkan dalam tindakan nyata; setahap demi setahap.

Seperti halnya ketika saya memperbaiki salah ketik atau salah penempatan kata, tidak bisa dilakukan seketika. Harus ada proses pembacaan naskah yang baik; demikian pun saya harus mampu membaca diri saya sendiri untuk menemukan kekurangan atau kerusakan yang ada di dalam diri.

Pepatah bijak mengatakan, "Orang yang tidak mau memperbaiki diri tidak akan bisa memperbaiki orang lain." Bermula dari diri sendiri lalu beranjak selangkah demi selangkah memperbaiki orang lain. Itu bisa dilakukan, misalnya, melalui tulisan demi tulisan inspiratif yang saya buat.

Jika Anda seorang penulis tentu sangat memahami bahwa dengan tulisan kita bisa mengubah dunia, dari yang terdekat dengan kita hingga yang terjauh. Melalui tulisan kita dapat memengaruhi pola pikir banyak orang, dan semoga dapat mengubah cara berpikir yang kurang tepat menjadi tepat, baik, dan bermanfaat.

Sehari sebelum menulis naskah ini, saya ke mal. Bukan untuk jalan-jalan, tapi datang ke tempat servis laptop. Saya melakukan pembaruan (upgrade) peranti lunak (software), karena software yang lama sudah tidak dapat dipakai lagi untuk beberapa program tertentu. Ini berkaitan dengan aktivitas kuliah daring (online) anak saya, yang membutuhkan peranti lunak terbaru untuk mendukung ujian yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Hal tersebut juga mengingatkan saya bahwa suatu proses perbaikan dapat meningkatkan kemampuan kita; dari kemampuan lama menjadi kemampuan baru yang lebih hebat, tangguh, dan bisa merespons perubahan zaman dengan lebih cepat. Jika saya membiarkan laptop saya tetap dalam kondisi lama, tanpa perlu pembaruan peranti lunak, maka anak saya tidak akan dapat kuliah dengan baik. Akibat buruknya, kemampuan anak saya tidak bisa berkembang, bahkan tidak dapat mengikuti ujian yang penting dalam proses studinya.

Itulah yang saya maksudkan sebagai filosofi 3P. Perbaiki, perbaiki, dan perbaiki! Proses perbaikan itu tidak bisa berhenti. Maknanya pun akan melekat sepanjang hayat. Satu persoalan bisa diperbaiki akan muncul tantangan baru yang juga membutuhkan respons cerdas dan bijak untuk perbaikan berikutnya.

Demikian seterusnya hidup yang mengajak kita untuk membentuk karakter tangguh melalui proses perbaikan terus-menerus. Jika saya tidak mau memperbaiki diri maka karakter terbaik tidak akan muncul, bahkan saya mudah terpancing untuk menjadi pribadi berkarakter mudah menyerah. Saya juga akan mudah menjadi pribadi berkarakter penerima apa adanya hidup ini, tanpa memiliki gereget untuk menghadapi tantangan dan risiko yang lebih besar.

Memaknai filosofi 3P juga mengingatkan saya tentang kerendahan hati. Itu karena pribadi tangguh yang tidak malas memperbaiki diri sulit dilepaskan dari keikhlasan, tidak sombong, dan tidak mudah berpuas diri. Semua itu ada di dalam kerendahan hati.

Jika kita punya karakter yang tangguh maka kesulitan demi kesulitan yang mewarnai hidup ini dapat kita lalui dengan lebih mudah, tanpa banyak keluhan dan pancingan untuk menyalahkan orang lain. Kebijaksanaan hidup pun akan terpancar dari pribadi tangguh dan rendah hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun