Gaung pemilihan kepala daerah (pilkada) tidak melemah, meski banyak penolakan karena alasan utama: pandemi Covid-19. Pro kontra tetap terjadi, rencana pun tak berubah, Pilkada 2020 akan diselenggarakan pada 9 Desember 2020. Di sela-sela perdebatan seru setuju dan tidak setuju pilkada dilaksanakan di masa pandemi, saya tergelitik untuk bertanya, "Apa yang kau cari di ajang kompetisi pemilihan pemimpin daerah?"
Dengan kata lain, apa yang menarik menjadi pemimpin atau kepala daerah? Mengapa banyak orang ingin menjadi pemimpin? Bukankah menjadi kepala daerah, kepala negara, atau pemimpin suatu kerajaan itu bukan perkara gampang? Kekuasaan, uang, pengaruh, nama baik, popularitas, kemewahan; apakah hanya sebatas itu?
Sebenarnya apa saja sih yang harus dilakukan para pemimpin, termasuk kepala daerah, agar bisa sukses membawa rakyatnya menuju kesejahteraan hidup? Tentu saja pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang lengkap, komplet, tidak asal jawab. Setidaknya, saya bisa menemukan sebagian dari jawaban tersebut, melalui nasihat empat kaisar ini.
1. Cyrus Agung
Penguasa kekaisaran Persia ini menjadi pemimpin pada periode 559-530 SM. Cyrus (Koresh) menguasai tiga kerajaan besar, yaitu Media, Lydia, dan Babilonia. Melalui kata-katanya saya dapat pencerahan bahwa seorang pemimpin itu juga merupakan seorang pembebas. Cyrus Agung mengatakan, "Di mana pun Anda bisa, bertindaklah seperti seorang pembebas. Kemerdekaan, martabat, kemakmuran, ketiganya ini bersama mengatur kebahagiaan terbesar dari kemanusiaan."
Apakah orang-orang yang sedang mempersiapkan diri menjadi pemimpin atau kepala daerah juga ingat akan tiga hal itu? Atau, hanya kekuasaan saja yang ingin direbut dan dimiliki? Saya berharap kata-kata Cyrus Agung ini juga menjadi agenda kampanye mereka yang hendak menjadi pemimpin. Â
Tidak hanya itu, Cyrus juga mengingatkan, "Jika Anda ingin mencapai yang tinggi, mulailah dari yang rendah." Menjadi pemimpin, dengan kata lain, perlu proses, tidak bisa instan, jika hendak benar-benar menjadi pembebas, menjadi pribadi yang sanggup memberi kemakmuran bagi yang dipimpinnya.
Raja kekaisaran Makedonia ini berkuasa pada 336-323 SM. Seluruh dunia mengakuinya sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa. Melalui kaisar ini, lagi-lagi, kita diingatkan untuk tidak hanya fokus pada kekayaan. Masih ada tujuan lain dari hidup menjadi pemimpin, juga menjadi yang dipimpin, yang harus dipikirkan dan dimaknai. Alexander Agung mengatakan, "Biarkan rakyat saya sadar, jangan hidup hanya mengejar kekayaan."
Seandainya ungkapan bijak itu juga diucapkan oleh para calon kepala daerah, atau juga oleh para pemimpin masa kini, maka kecil kemungkinan terjadi korupsi. Mengejar kekayaan yang melampaui batas yang dilakukan oleh para pemimpin tak bertanggung jawab pada akhirnya menjadikan mereka pencuri kekayaan rakyatnya.
Pemimpin tidak seharusnya hanya mengejar kekayaan, tapi juga punya visi dan misi. Itu pun sudah disadari oleh tim sukses, misalnya, dengan mewartakan visi dan misi calon kepala daerah. Alexander Agung pun mengatakan, "Kita bersatu dengan bahasa yang sama, darah yang sama, dan visi yang sama." Apakah visi dan misi itu kelak akan menjadi nyata dan bisa menyejahterakan rakyat, maka tergantung pada para pemimpinnya. Jika mereka mengingkari janji-janji yang sudah disampaikan kepada para pemilih mereka maka semakin jauhnya mereka dari hati rakyat, dan semakin jauh pula kesejahteraan yang diimpikan bersama.
Pemimpin kekaisaran Romawi ini lahir pada 100 SM di Roma dan wafat pada 44 SM di kota yang sama. Dalam masa kepemimpinannya, ia melakukan ekspansi hingga Inggris dan Prancis. Kata-kata terkenalnya, yang bisa menjadi inspirasi untuk orang-orang yang kini sedang bersaing menjadi kepala daerah adalah, "Saya datang, saya lihat, saya menang (veni, vidi, vici)." Ini tentu menjadi cambuk yang hebat untuk berkompetisi, mengerahkan segala kemampuan dan upaya, agar pada akhirnya meraih kemenangan.
Sang kaisar ini juga mengajarkan ilmu penting "mencipta" daripada belajar, terutama untuk para pemimpin. Sebagai pemimpin, jangan hanya terus-menerus berkata, "Kami sedang proses belajar, jadi mohon maaf jika ada kekurangan." Sebaliknya, tunjukkan kemampuan menciptakan, seperti menciptakan situasi dan kondisi yang membuat rakyatnya sejahtera. Julius Caesar mengatakan, "Lebih baik menciptakan dibanding belajar. Menciptakan adalah intisari kehidupan."
Kaisar Romawi ini berkuasa pada periode 161-180. Marcus Aurelius merupakan kaisar yang paling dihormati karena integritas dan kecerdasannya. Saya pun berpendapat, banyak kata bijak dari sang kaisar ini untuk calon kepala daerah bahkan untuk para pemimpin yang ingin membahagiakan rakyatnya. Misalnya, sebagai pemimpin milikilah sikap dan karakter yang kuat agar bisa menghadapi banyak tantangan hidup yang menghadang. Marcus Aurelius mengatakan, "Bersikaplah seperti batu karang, yang tidak putus-putusnya dipukuli ombak. Tidak saja berdiri tegak, bahkan ia menenteramkan amarah ombak-ombak dan gelombang itu."
Menjadi pribadi yang bermartabat juga penting, termasuk memperhatikan hal-hal kecil untuk menjadi bahagia. Perhatikan juga kualitas pikiran, apalagi jika punya impian menjadi pemimpin. Marcus Aurelius mengingatkannya melalui kata-kata bijak ini, "Nilai manusia adalah semahal nilai martabatnya. Ingatlah ini, hanya dibutuhkan hal yang kecil untuk kebahagiaan hidup. Kebahagiaan dari hidup Anda bergantung pada kualitas pikiran Anda."
Beribu-ribu kata bijak dari para kaisar, yang jumlah kaisarnya sebenarnya sangat banyak di dunia ini, tidak akan berarti apa-apa jika tidak diwujudkan. Untuk mewujudkannya, tergantung pada pribadi masing-masing para calon kepala daerah.
Lebih penting dari itu, saya pun setidaknya bisa mengambil inspirasi dan makna dari kata-kata bijak empat kaisar yang sudah saya sebutkan di atas. Bukan untuk menjadi pemimpin atau kepala daerah, tapi untuk memimpin diri sendiri ke arah yang lebih baik. Marcus Aurelius juga mengatakan, "Yang tidak baik untuk sarang lebah, tidak bisa baik bagi lebah."
Apa maksudnya? Mari kita maknai sesuai dengan daya cerna dan kualitas pikiran kita masing-masing!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H