Dini hari tadi (Kamis, 13/8/2020), saya menonton siaran langsung acara sepak bola dunia, Liga Champions, di salah satu stasiun televisi nasional.Â
Dua klub yang bertanding adalah Atalanta melawan PSG. Meski meraih kemenangan, PSG mendapatkannya tidak dengan mudah. Bahkan, harus tertinggal terlebih dahulu dari Atalanta kemudian berhasil menyamakan kedudukan, dan mengakhirinya dengan kemenangan.Â
Ini bukan kali pertama saya menonton siaran langsung Liga Champions dalam hari-hari terakhir. Hari sebelumnya saya menonton laga Real Madrid vs Manchester City dan Barcelona kontra Napoli. Â
Saya memang penyuka bola. Dunia sepak bola tidaklah asing bagi saya. Sejak kecil, saya hobi main bola di lapangan dekat rumah atau di Alun-alun Kidul, Yogyakarta. Seakan hidup tanpa sepak bola seperti sayur tanpa garam.Â
Tidaklah lengkap. Dari kecil suka bola maka ketika dewasa pun tak bisa lepas dari sepak bola, meski hanya sebagai penonton atau penikmat siaran langsung.
Saking suka bola, menulis bertopik sepak bola tidaklah sulit bagi saya. Bahkan, saya pernah menulis buku motivasi terinspirasi sepak bola. Buku tersebut sudah lama terbit dan sekarang tidak dicetak lagi. Terbitnya ketika lagi demam Piala Dunia Brasil tahun 2014.
Isi buku yang saya tulis berisi kumpulan tokoh-tokoh sepak bola dunia, baik itu pelatih maupun pemain. Ada Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, tentu saja, yang sampai saat ini di Liga Champions, di masa pandemi Covid-19, kedua pemain tersebut masih mampu menunjukkan kehebatannya.Â
Kemudian ada Jose Mourinho, Pep Guardiola, Jurgen Klopp, hingga Alex Ferguson di dunia kepelatihan. Masih banyak nama lain, yang dari mereka semua, saya mengambil sisi-sisi inspiratifnya. Misalnya, bagaimana mereka menyikapi kemenangan, dan sebaliknya, apa yang mereka lakukan ketika mengalami kekalahan.
Apa yang saya uraikan dengan singkat di atas hanya sebagai gambaran atau pengenalan kepada Anda, bahwa saya, tidak asing dengan sepak bola. Menonton dan menulis tentang sepak bola merupakan dua hal yang menggembirakan.Â
Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, saya berlangganan televisi berbayar, hanya khusus untuk menonton siaran langsung sepak bola, baik itu Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Prancis maupun Liga Italia.
Keseruan sepak bola itulah yang membuat saya juga bersemangat dalam menjalani hidup. Tontonannya tidak hanya sekadar hiburan, namun juga menyimpan berjuta makna filosofi. Sepak bola tidak sekadar kalah-menang, tidak sekadar prediksi dan beragam bentuk kejutan lainnya. Sepak bola adalah cermin segala rupa kehidupan.
Di masa pandemi ini, sebelumnya saya memprediksi tontonan bola tidaklah menarik. Tidak ada penonton di stadion. Tidak ada sorak-sorai yang nyata. Saya menduga permainan para bintang sepak bola tidak akan menarik lagi. Namun, dugaan, prediksi, atau pikiran negatif saya tersebut tidaklah tepat.
Ternyata, menonton siaran langsung sepak bola tanpa penonton di lapangan hijau tetaplah menarik. Saya masih bisa menikmatinya. Saya ambil contoh sederhana, bagaimana saya kagum dengan gocekan Lionel Messi saat mencetak gol ke gawang Napoli beberapa hari lalu.Â
Tadi pagi pun, saya bisa menikmati olah bola nan menawan Neymar, meski beberapa kali gagal menceploskan si kulit bundar ke gawang Atalanta.
Ada kemiripan permainan Messi dan Neymar. Gocekan meliuk-liuk ala Amerika Latin, Brasil-Argentina, dan itu bisa saya nikmati di Liga Champions kali ini, yang sistem pertandingannya jauh berbeda dari sebelum pandemi corona.
Meski tidak lagi berformat tandang-kandang, meski tidak lagi dihiasi para penonton yang berteriak histeris ketika timnya meraih kemenangan. Atau sebaliknya, meski tidak lagi dihiasi dengan ekspresi kecewa bahkan menangis karena timnya menderita kekalahan, Liga Champions tetap menarik untuk ditonton.Â
Meski tidak lagi diselingi sorotan kamera ke arah perempuan-perempuan cantik yang menonton bola di stadion, sepak bola tetaplah terasa cantik dengan gocekan-gocekan menawan para pemain kelas dunia.
Liga Champions hanyalah salah satu ajang perebutan takhta tertinggi di dunia sepak bola. Masih banyak ajang lainnya yang bisa saya nikmati, bisa menginspirasi saya dalam menikmati hidup.Â
Ada Piala Dunia tentu saja. Ada juga pertandingan antarnegara Eropa, ada juga liga-liga domestik seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Prancis, hingga Liga Italia. Â
Semua bentuk pertandingan sepak bola tersebut menginspirasi banyak prediksi, memunculkan banyak kejutan ketika tim-tim besar dikalahkan tim debutan, tim promosi, atau tim yang dianggap sebagai kuda hitam. Itu menginspirasi saya bahwa dalam hidup, kita bisa membuat kejutan, bisa membuat banyak orang kagum, ketika kita mau berusaha memenangi persaingan, meski para pesaing sudah memiliki nama besar.
Ada saatnya kita langsung kalah dan berhenti layaknya kita menonton bola dengan sistem gugur, seperti yang diterapkan di Liga Champions saat ini. Ada saatnya kita masih mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk membalas kekalahan atau kegagalan yang kita alami.Â
\Semua inspirasi tersebut ada di dunia sepak bola dan bisa saya nikmati secara langsung. Semua itu tidak hanya sebatas Liga Champions, seperti yang sedang berlangsung saat ini, tapi juga akan diikuti liga-liga lainnya, yang layak tonton, layak dijadikan inspirasi.
Jadi, apa pun sistem yang diterapkan di dunia sepak bola selama pandemi Covid-19 ini, bagi saya tetaplah menarik. Tetap akan ada kejutan, ada prediksi yang tepat atau meleset, namun kesamaan hebatnya tetap sama, yaitu inspirasi kehidupan lewat sepak bola.
Selamat menikmati Liga Champions, salam sehat, salam semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H