Saat "menghantarkan" publikasi buku Harum Serbuk Tembok, penerbit JBS menginformasikan bahwa Mutia Sukma banyak melakukan refleksi ke dalam atas apa yang ia temukan, apa yang ia rasakan, dan apa yang ia dapatkan. Di bagian awal ia mencatat sejumlah perjumpaan dengan tempat, rasa, suasana, dan menariknya pada lanskap yang melatarinya.
Pada bagian kedua ia melakukan banyak refleksi dan pembacaan ulang pada nama, tempat, peristiwa yang melatari masa lalunya. Yang jauh, yang dekat, yang profan, yang banal, yang lampau dan yang kini tidak sekadar menjadi peristiwa yang ingin dihadirkan ulang, tapi sekaligus memberikan perspektif pada segala sesuatu yang dianggapnya perlu disuarakan (dikutip dari IG JBS).
Mutia Sukma merupakan salah seorang penyair muda Yogyakarta yang dikenal melalui puisi, cerita pendek, esai, dan penelitian. Karya-karyanya dipublikasikan lewat surat kabar lokal dan nasional, antara lain Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Tempo, dan Media Indonesia.Â
Buku puisi pertamanya Pertanyaan-Pertanyaan tentang Dunia menjadi pilihan lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 kategori Buku Pertama dan Kedua. Buku puisi keduanya, Cinta dan Ingatan (2019).Â
Ia juga menulis buku catatan perjalanan Mengintip Tanah Islam Wetu Telu dari Sebalik Reruntuhan Gempa, merupakan hasil residensi  program Sastrawan Berkarya yang diadakan  Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan RI.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H