Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menjauhkan Kesendirian dalam Pernikahan

5 November 2024   08:50 Diperbarui: 6 November 2024   14:51 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam mencari hunian baru pun, keputusannya tidak tergantung kepada kepala keluarga, tapi saya dan Ibu Negara berunding dengan melibatkan anak-anak untuk menentukan lokasi, bentuk, dan konsep rumah yang akan dibeli. 

Begitulah, akhirnya keriuhan rembugan ayah, ibu, dan anak-anak terjadi. Inilah cara saya melakukan komunikasi terbuka untuk mengambil keputusan sekaligus meramaikan kehidupan rumah tangga. Sekarang kami menempati Omah Ampiran yang tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta.

Sesrawungan di Omah Ampiran/Foto: Hermard
Sesrawungan di Omah Ampiran/Foto: Hermard
Omah Ampiran kami pilih karena lokasinya mudah dijangkau, suasananya tenang, sehingga saya dan Ibu Negara dapat mengundang teman-teman untuk mengembangkan hobi masing-masing. 

Ibu Negara bersama komunitas Ayu Sulam, beranggotakan emak-emak gaul, dengan kegiatam menyulam, merajut, dan menjahit. Sedangkan saya berkumpul dengan praktisi sastra, penulis, guru, penerbit, dan berbagai komunitas. 

Teras rumah sengaja kami jadikan ruang tamu terbuka, sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk ngobrol, melakukan aktivitas apa pun. Begitulah keseruan terjadi setiap kali teman-teman ke rumah, bahkan komunitas Ayu Sulam pun mengenal para penulis dan praktisi sastra karena bersamaan waktu beramah tamah di Omah Ampiran.

Kebersamaan/Foto: Hermard
Kebersamaan/Foto: Hermard
Saya dan Ibu Negara mempunyai cara tersendiri jika harus menyelesaikan persoalan "serius", baik menyangkut kami berdua maupun anak-anak. Biasanya kami akan berbicara dari hati ke hati di sela-sela jalan pagi berkeliling kampung. 

Atau terkadang sambil makan siang di luar. Jika pas di rumah sepi setelah anak-anak berangkat bekerja, maka pembicaraan kami lakukan sambil ngopi atau nge-game. Bagi kami, persoalan serius sebaiknya diselesaikan dengan cara santai agar tidak terbawa emosi, sambil meluangkan waktu berduaan.

Kode atau bahasa cinta yang kami bangun adalah dengan memperhatikan kesenangan timbal balik. Menyenangkan Ibu Negara cukup dengan mengajak belanja ke pasar tradisional, toko benang, toko buku, sesekali keluar kota yang bisa di tempuh sekitar satu sampai tiga jam. Di kota-kota kecil itu biasanya kami berburu jajanan atau kuliner tradisional kesukaan Ibu Negara.

Berburu jajan tradisional Muntilan/Foto: Hermard
Berburu jajan tradisional Muntilan/Foto: Hermard
Sebaliknya, Ibu Negara selalu menemani jika saya keluar malam menghadiri pertunjukan sastra. Selebihnya Ibu Negara selalu turun ke dapur "masak seadanya" atau sekadar membuatkan kopi untuk teman-teman praktisi sastra yang mampir.

Saling memahami dalam bahasa cinta, tentu kian mendekatkan saya dan Ibu Negara, masing-masing merasa dihargai dan membutuhkan. Dengan kata lain, koneksi emosional yang kuat, ternyata mampu menjaga keintiman kami di tengah menjalani rutinitas sehari-hari.

Bersinergi memberi dukungan merupakan hal penting untuk menjaga kebersamaan. Dukungan berupa tindakan nyata (action) yang dilakukan, tidak sekadar ujaran atau sebatas perkataan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun