Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengintip Eksotika Pasar Tradisional Melalui Mata Perempuan

20 Agustus 2024   21:16 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instragramable  pasar kliwon Cebonganl/Foto: Yupi

Penjual ayam/Foto: Yupi
Penjual ayam/Foto: Yupi
Dalam proses jual beli, seperti terjadi di pasar Guthekan, utara jembatan gantung Duwet, Sleman, ada pembeli lain yang usianya sudah sepuh mengabarkan mengenai tradisi Jawa yang dijalaninya: Kene Nok. Ndang milih endi sing disenengi. Aku ngono mung arep kuluban. Arep nggudhangi putuku selapanan. Ya ora tak dhep, wong adoh parane. Le lahir bayeke nong nJambe Sumantrah kana---Ke sini Nok.  Cepatlah pilih apa-apa yang disukai. Aku hanya ingin sayuran untuk urap/gudangan untuk selamatan cucu. Meskipun  cucu berjauhan karena lahir di Jambi, Sumatera.

Dalam keluarga Jawa di pedesaan, meskipun anak cucu berada jauh dari pandangan mata  (di seberang pulau), setiap orang tua (nenek) akan melakukan selamatan pada hari-hari tertentu bagi sang cucu.

Bertukar cerita tradisi/Foto: Yupi
Bertukar cerita tradisi/Foto: Yupi
Konon pasar  Guthekan pada masa lalu pernah dilalui pasukan Diponegoro saat menuju desa Beteng di Ngluwar. Desa itu dinamai Beteng karena  terdapat benteng  pasukan Pangeran Diponegoro untuk berlindung. Rute gerilya pasukan Diponegoro  melintasi pasar Guthekan sampai desa Beteng bisa dicermati dari kearsipan sejarah Magelang.

Jembatan gantung Duwet/Foto: Yupi
Jembatan gantung Duwet/Foto: Yupi
Memandangi foto-foto pasar tradisional bidikan Yupi, kita ditenggelamkan dalam keakraban sesrawungan orang-orang pasar yang adem ayem, dunia tradisi dengan mengutamakan kebersamaan dan ketenangan.

Pasar Muntilan, Jateng/Foto: Yupi
Pasar Muntilan, Jateng/Foto: Yupi

Pasar Cebongan, Sleman/Foto: Yupi
Pasar Cebongan, Sleman/Foto: Yupi
Bagi Yupi, jika kita ingin mendapatkan foto-foto yang bagus, bercerita, maka sebaiknya hunting ke pasar tradisional yang  digelar menurut sistem pasaran Jawa. Hal ini karena akan banyak ekspresi spontan antara pedagang dan pembeli, terjadi transaksi aneka macam barang dagangan, dan terdapat momen-momen yang tak terduga dalam sesrawungan masyarakat tradisi.

Awalnya, kegiatan jual-beli masyarakat di Jawa berdasarkan pada sistem penanggalan  atau pasaran Jawa, sehingga tempat-tempat (berkumpul untuk jual beli) itu disebut pasar. 

Meski sekarang sudah tidak lazim (Diatami Muftiarini), beberapa pasar tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaannya terus dipertahankan, seperti Pasar Kliwon Bantul, Pasar Pon Godean, Pasar Kliwon Cebongan, dan Pasar Legi Kotagede. 

Berangkat ke pasar/Foto: Yupi
Berangkat ke pasar/Foto: Yupi
Biasanya jumlah pedagang dan pembeli di pasar berdasarkan pasaran Jawa akan mencapai puncaknya pada hari pasarannya. Barang-barang yang dijual berupa aneka hewan, tumbuh-tumbuhan, alat pertukangan/pertanian, klithikan, mainan, penjual obat herbal menggunakan pengeras suara, dan barang-barang bekas pakai.

Saya setuju dengan pemikiran bahwa sistem pasaran terhadap pasar tradisional merupakan peristiwa yang tidak boleh diabaikan. Selain menjadi sarana pemerataan agar pasar tradisional tetap hidup,  juga merupakan upaya untuk menghidupi masyarakatnya. 

Dengan adanya rotasi pasar tradisional (sesuai hari pasaran), menjadikan masyarakat  dapat berkumpul dalam aktivitas jual beli tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun