Dalam proses jual beli, seperti terjadi di Pasar Guthekan, utara jembatan gantung Duwet, Sleman, ada pembeli lain yang usianya sudah sepuh mengabarkan mengenai tradisi Jawa yang dijalaninya: Kene Nok. Ndang milih endi sing disenengi. Aku ngono mung arep kuluban. Arep nggudhangi putuku selapanan. Ya ora tak dhep, wong adoh parane. Le lahir bayeke nong nJambe Sumantrah kana---Ke sini Nok. Cepatlah pilih apa-apa yang disukai. Aku hanya ingin sayuran untuk urap/gudangan untuk selamatan cucu. Meskipun cucu berjauhan karena lahir di Jambi, Sumatera.
Dalam keluarga Jawa di pedesaan, meskipun anak cucu berada jauh dari pandangan mata (di seberang pulau), setiap orang tua (nenek) akan melakukan selamatan pada hari-hari tertentu bagi sang cucu.
Konon Pasar Guthekan pada masa lalu pernah dilalui pasukan Diponegoro saat menuju desa Beteng di Ngluwar. Desa itu dinamai Beteng karena terdapat benteng pasukan Pangeran Diponegoro untuk berlindung. Rute gerilya pasukan Diponegoro melintasi Pasar Guthekan sampai desa Beteng bisa dicermati dari kearsipan sejarah Magelang.
Memandangi foto-foto pasar tradisional bidikan Yupi, kita ditenggelamkan dalam keakraban sesrawungan orang-orang pasar yang adem ayem, dunia tradisi dengan mengutamakan kebersamaan dan ketenangan.
Bagi Yupi, jika kita ingin mendapatkan foto-foto yang bagus, bercerita, maka sebaiknya hunting ke pasar tradisional yang digelar menurut sistem pasaran Jawa. Hal ini karena akan banyak ekspresi spontan antara pedagang dan pembeli, terjadi transaksi aneka macam barang dagangan, dan terdapat momen-momen yang tak terduga dalam sesrawungan masyarakat tradisi.
Awalnya, kegiatan jual-beli masyarakat di Jawa berdasarkan pada sistem penanggalan atau pasaran Jawa, sehingga tempat-tempat (berkumpul untuk jual beli) itu disebut pasar.Â
Meski sekarang sudah tidak lazim (Diatami Muftiarini), beberapa pasar tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaannya terus dipertahankan, seperti Pasar Kliwon Bantul, Pasar Pon Godean, Pasar Kliwon Cebongan, dan Pasar Legi Kotagede.Â
Biasanya jumlah pedagang dan pembeli di pasar berdasarkan pasaran Jawa akan mencapai puncaknya pada hari pasarannya. Barang-barang yang dijual berupa aneka hewan, tumbuh-tumbuhan, alat pertukangan/pertanian, klithikan, mainan, penjual obat herbal menggunakan pengeras suara, dan barang-barang bekas pakai.
Saya setuju dengan pemikiran bahwa sistem pasaran terhadap pasar tradisional merupakan peristiwa yang tidak boleh diabaikan. Selain menjadi sarana pemerataan agar pasar tradisional tetap hidup, juga merupakan upaya untuk menghidupi masyarakatnya.Â
Dengan adanya rotasi pasar tradisional (sesuai hari pasaran), menjadikan masyarakat dapat berkumpul dalam aktivitas jual beli tradisional.