Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Membeli Rumah a la PNS, Isih Penak Jamanku to?

4 Juni 2024   11:44 Diperbarui: 6 Juni 2024   08:36 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah jauh dari jangkauan/Foto: Hermard

Anggapan ini  berangkat dari kenyataan sulitnya mencari pekerjaan, kecilnya gaji yang diterima, mahalnya harga-harga kebutuhan pokok. 

Belum lagi dengan bumbu "rekayasa" simulasi yang memang terasa tidak masuk akal (absurd). Misalnya saja apa yang dibayangkan Togog dengan penghasilan 7 juta/bulan. Dipotong Tapera 3.0%. Dengan begitu ia memiliki tabungan 2.520.000/tahun.  

Seandainya harga  rumah 400 jutaan, maka mau tidak mau Togog  harus menabung selama 158 tahun. Atau rumah seharga 200 jutaan, ya setidaknya  menabung selama 80 tahun!

Sampai hari ini, persoalan Program Tapera terus menuai kritik. Lewat media sosial, @karyantirsf menulis: Mau aja di kadalin sama pemerintah. Lama kerja maksimal 30 tahun juga gak akan kebeli rumah itu. Jadi bener para pekerja memang nabung untuk sosial. Itu akal akalan pemerintah  menghimpun dana untuk membiayai proyek/program pemerintah. Sementara itu @andrian_sign berseloroh, rumah belum kebeli, mati duluan iya. 

Rumah jauh dari jangkauan/Foto: Hermard
Rumah jauh dari jangkauan/Foto: Hermard
Sedangkan Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bantul, Fardhanatun, menolak berlakunya program Tapera karena tidak sesuai dengan kondisi pekerja di Bantul (dikutip dari Harian Jogja). Menurutnya, ada ketidakjelasan mengenai alokasi anggaran yang akan dikumpulkan melalui program tersebut.

"Kami menolak Tapera. Karena itu ujung-ujungnya uang yang terkumpul sekian banyak kita tidak tahu ke mana," paparnya, Minggu (2/6/2024).


Kalau sudah begini, maka dalam urusan membeli rumah, isih penak jamanku to?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun