Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra, Toko Buku, dan Warung

16 Mei 2024   20:04 Diperbarui: 16 Mei 2024   20:50 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KopiRite Cafe/Foto: IG KopiRite

Kegiatan sastra secara temporal banyak dilakukan di beberapa kafe di Yogyakarta, misalnya di Kedai Kebun, meskipun tidak seintens kegiatan sastra di Warung Sastra maupun Basabasi Kafe.

"Warung dan kafe lainnya tidak bisa dibandingkan dengan Basabasi Cafe karena mereka terstruktur, masif. Mereka mempunyai penerbitan dan tujuan, sangat serius dalam mengerjakan segala sesuatunya," imbuh Herlinatiens.

Sementara itu, Eko Triono menilai keberhasilan Warung Sastra karena  sekarang semua orang menjadikan membaca sebagai life style, sehingga apa yang dilakukan Mas Bagus, pemilik Warung Sastra,  memotret semua penulis yang datang ke warungnya menjadi hal penting.

"Itu dilakukan untuk membangun branding: bahwa kalau Anda ingin ketemu mereka-para penulis terkenal- datanglah ke tempat saya-Warung Sastra," jelas Eko Triono.

Dulu di dekat UIN Sunan Kalijaga ada Black Stone Cafe, memiliki acara Mari Membaca Puisi Indonesia yang dimotori oleh teman-teman Teater ESKA. Tapi sekarang kafenya sudah tidak ada. 

Di samping itu, di Nologaten juga ada kafe yang bekerja sama dengan penerbit Pirus, mengadakan berbagai acara sastra, termasuk lomba deklamasi.

"Tapi begitulah nasib kegiatan dan pertunjukan sastra, tidak terkelola dengan baik keberlangsungannya," jelas Cak Kandar datar.

Latif, Cak Kandar, dan Herlinatiens/Foto: Hermard
Latif, Cak Kandar, dan Herlinatiens/Foto: Hermard
Pemerhati lain, Latif S. Nugraha, menilai bahwa pembeda kemeriahan kegiatan sastra adalah pandemi covid. Sebelum pandemi, kegiatan komunitas sastra, misalnya saja Studio Pertunjukan Sastra bisa merdiko.

Artinya penyelenggara, narasumber, dan hadirin sama-sama merasa merdeka, nyaman, karena memang tidak ada apa-apanya, tidak ada duitnya. 

Tapi setelah covid, sepertinya dunia kegiatan bersastra mengalami perubahan. Maka tidak mengherankan jika kemudian yang bisa berperan dalam kegiatan sastra adalah Warung Sastra karena mereka adalah bakul buku, basic-nya dodolan atau jualan buku dan bisa bekerja sama dengan penerbit.  

Mereka mampu menyiapkan ruang dan konsumsi, serta keperluan narasumber. Bahkan  dengan santai menghadirkan nama-nama besar  seperti Fahrudin Faiz, Putut EA dalam kegiatan sastra atau lainnya. Bahkan nama-nama yang sedang berkibar-kibar pun berhasil mereka hadirkan untuk kepentingan promosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun