Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Obituari Joko Pinurbo: Celana dan Kebersahajaan

27 April 2024   16:13 Diperbarui: 29 April 2024   16:58 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyair Joko Pinurbo. (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Jokpin menulis puisi sejak tahun 1970-an-menghasilkan beberapa penghargaan dengan puluhan buku puisi. Jadi tidak mengherankan kalau pergelutannya yang begitu suntuk dengan puisi, menghantarkannya meraih Penghargaan Achmad Bakrie XIX tahun 2023.

Saat Jokpin menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2023 (31/8) di Ciputra Artpreneur Theatre kawasan Kuningan, Jakarta, saya teringat kembali bagaimana Jokpin sambil tersenyum galau menceritakan seperti apa keluarganya merelakan dirinya menjadi seorang pengrajin sastra.

"Terima kasih untuk keluarga saya yang telah mendukung dan merelakan saya menjadi seorang pengrajin sastra, yang harus banyak bersabar dan tawakal menunggu datangnya hilal," ujarnya disambut tepuk tangan gegap gempita tamu undangan.

Sebelumnya, ia suntuk dengan ratusan puisi liris. Tapi setelah tanpa sengaja Jokpin menemukan buku puisi Sikat Gigi (Yudistira AN Masardi), suami dari Nurnaeni Amperawati Firmina ini terinspirasi menulis puisi dengan memanfaatkan bahasa sehari-hari. Dari sini Jokpin kemudian terus menulis puisi dan mempelajari bahasa sehari-hari secara konsisten dan produktif.

"Kosa kata bahasa Indonesia sangat kaya. Tinggal kita mempelajari, menekuni maknanya, dan menggabung-gabungkannya sehingga menjadi puisi yang menarik. Ada kata yang hampir sama tapi maknanya jauh berbeda," ujarnya dalam perbincangan di tepi Kali Code.

Mengenang Joko Pinurbo, adalah mengingat kesederhanaan penyair besar yang sangat santun terhadap siapa pun. Bagi saya, ia orang Sukabumi yang sudah sangat bersahaja dan njawani: ora neka-neka dan nrima ing pandum.

Puisi untuk Jokpin
Jokpin sedang tidur
Saat Maut, yang tampak kusut Memberinya selimut

"Kalau boleh," ujar Jokpin, "Aku pingin celana masa kecilku Buat kupakai di surga."
Maut berlinang airmata

Jokpin adalah kata-kata Yang terbaring di ranjang Menunggu mukjizat datang.

Agus Noor (17 November 2023)

Catatan: beberapa pokok pikiran tulisan ini mengacu pada tulisan saya di Kompasiana, "Joko Pinurbo: Kibaran Celana dan Penghargaan Achmad Bakrie".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun