Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Obituari Joko Pinurbo: Celana dan Kebersahajaan

27 April 2024   16:13 Diperbarui: 29 April 2024   16:58 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyair Joko Pinurbo. (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Setelah ia tidak lagi mendosen, saya mendengar kabar bahwa Jokpin beralih profesi menjadi editor di salah satu penerbit ternama di Indonesia. 

Senyampang dengan itu, nama Jokpin terus meroket di dunia perpusian Indonesia. Bahkan ia dinilai sebagai penyair terbaik setelah Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisinya dianggap membawa kebaruan dalam perkembangan perpuisian di Tanah Air.

Jadi tidak mengherankan jika ia mendapat penghargaan puisi terbaik Dewan Kesenian Jakarta, tokoh sastra versi majalah Tempo, dan menyabet penghargaan Khatulistiwa Literary Award lewat buku puisi Kekasihku (2017).

Kekasihku/Foto: Dokumentasi pribadi Hermard
Kekasihku/Foto: Dokumentasi pribadi Hermard
Terhadap buku itu, Karlina Supelli memberi testimoni,

"...dalam senyap Joko Pinurbo ada kejenakaan. Kejenakaan menyemburkan hangat jiwa dunia anak-anak, yang meredakan kelelahan. Sekejap saja; karena kemudian kejenakaan itu menelan kita dalam gelak kita sendiri (dan itu bukan karena dunia anak-anak pun bisa teramat dingin dan sepi)."

Sebelumnya, Jokpin mendapatkan anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa (2016) berkat buku puisi Surat Kopi-berisi cuitan Jokpin di akun Twitter-nya.

Saat kami mengerjakan penerbitan buku proses kreatif sastra Yogyakarta, Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (2016), Jokpin mampir ke ruang kerja saya di bilangan Kotabaru.

"Mas, sudah punya buku ini? Kalau belum, mangga kagem panjenengan," ucapnya santun sembari memberikan buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi dan Borrowed Body & Other Poems (dalam tiga bahasa: Inggris, Jerman, dan Indonesia) yang sudah ditandatangani.

Dalam buku Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku, Jokpin dengan galau menceritakan jika namanya sebagai penyair tidak bisa dilepaskan dari celana, meskipun ia juga menulis mengenai hal-hal lain: kamar mandi, toilet, sarung, ranjang, tukang ojek, telepon, asu, terompet, kalender, batu. kopi, dan lainnya.

"Namun apa pun yang saya tulis, tetap saja orang tidak bisa melepaskan bayangan celana dalam sajak-sajak saya," jelasnya.

Sesungguhnya celana merupakan bagian dari upayanya memperkaya bahasa melalui kesuntukkan menulis puisi. Ia meyakini setiap pengarang dengan caranya masing-masing, memiliki komitmen memperkaya bahasa. Pemerkayaan itu berkitan dengan tema, kosakata, dan gaya pengungkapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun