Dalam situasi seperri ini, tak usahlah kita berharap akan mendapatkan harga promo saat membeli kain dan menjahitkan baju/celana, justeru harga kain dan ongkos jahit menjadi mahal karena banyak orang ingin mempunyai baju baru.
Setelah berkeluarga, kami tinggal di Yogya. Saat Ramadan, bersama empat  orang anak, saya dan Ibu Negara Omah Ampiran, berburu pakaian lebaran.Â
Awal tahun 2000-an oline shop belum seramai sekarang, sehingga kami berburu pakaian untuk mendapatkan promo di mal yang ada di Malioboro.Â
Awalnya kami berburu beberapa hari menjelang lebaran. Â Tidak enaknya, ternyata suasana mal sangat ramai dan saat membayar harus antre panjang.Â
Tahun berikutnya, kami berburu promo sehari sebelum  puasa sekaligus mengajak anak-anak makan di luar sebelum puasa. Â
Kami tidak mengejar promo besar-besaran, cukuplah diskon beli dua gratis satu dengan suasana mal masih nyaman dijelajahi.
Situasi berubah selepas mereka tamat SMA, anak-anak tak mau lagi diajak berburu baju baru. Mereka lebih suka memakai baju seadanya. Atau mereka membeli baju dua atau tiga bulan sebelum Ramadan.
"Pak, Bu, yang penting bukan baju baru, tetapi hati dan pikiran kita menjadi baru, bersih, setelah menjalankan puasa sebulan penuh," begitulah penjelasan bijak anak wedok, si sulung, saat ditanya Ibu Negara Omah Ampiran mengapa tidak mau berburu promo baju lebaran.
Kini, memasuki Ramadan, keseruan berburu baju lebaran, kehebohan  mendapatkan harga promo, berada di jalan sunyi karena saya dan Ibu Negara Omah Ampiran semakin menua, sedangkan anak-anak sudah memilih jalannya sendiri di Jakarta, Malang, dan Jerman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H