Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jalan Sunyi Promo Ramadan

21 Maret 2024   20:56 Diperbarui: 21 Maret 2024   20:58 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jogjavaganza/Foto: Hermard

Eforia kemeriahan Ramadan dengan sesuatu yang serba baru, tentu pernah kita rasakan. Semasa kanak-kanak (tahun 1970-an) di Kuala Tungkal, Jambi, bahkan ada semacam tradisi "membersihkan" rumah agar terlihat baru. 

Berbagai cara dilakukan, antara lain mengecat ulang dinding rumah (berbahan papan), pagar kayu,  membenahi atap, atau setidaknya memperbaiki bagian rumah yang sudah lapuk.
Pilihan lainnya adalah  mengganti isi rumah dengan meja kursi, stoples, tempat kue, lampit (karpet rotan), atau  cangkir baru.

Bagi anak-anak, bulan Ramadan merupakan kesempatan mendapatkan baju, celana, sepatu, sandal, dan peci baru. Hanya saja saat  itu belum ada gebyar diskon, promo, online shop, hanya ada satu dua toko pakaian jadi. Selebihnya adalah toko kain milik orang Tambi (India) yang terpusat di Jalan Asia.  

Kuala Tungkal/Foto:  Abde Rosnani
Kuala Tungkal/Foto:  Abde Rosnani
Bulan Ramadan biasanya dimanfaatkan oleh tukang/penjual barang obral untuk "pura-pura" banting harga selimut, handuk, sarung, baju, jaket, dan lainnya. Kehadirannya di dekat pasar selalu menarik perhatian siapa pun yang melintas. 

Terlebih tukang obral memiliki kepandaian yang hampir sama dengan tukang obat, pacak omong dan pacak bual. Terserah mereka mau ngomong baju, handuk, dan selimut yang ditawarkan berasal dari Singapura, Malaysia, bahannya awet, dijual murah.... 

Tentu saja pembeli bebas untuk percaya atau tidak terhadap bualan tukang obral yang teramat lihai itu.

Hal terpenting, barang mereka laku. Biasanya mereka memilih tempat strategis di dekat pasar. Lalu di bawah payung besar  meletakan tumpukan dagangan dengan alas plastik atau terpal. 

Jangan heran, begitu ia mulai berteriak menawarkan obralan, dengan cepat beberapa orang mengelilinginya. Mereka itulah para dolop, staf profesional, dengan tugas   mendorong orang lain untuk membeli dagangan yang digelar.

Dalam melakukan tugasnya, para dolop  membaur bersama orang-orang yang  mengelilingi si tukang obral. Para dolop berpura-pura membeli dagangan si tukang obral, lalu memuji-muji barang yang didapat agar para perubung tertarik untuk ikut membeli.

Terbatasnya toko pakaian, membuat sebagian besar masyarakat Kuala Tungkal memilih membeli kain bahan baju dan celana. Kemudian pergi ke tukang jahit. 

Jadi jangan heran, memasuki bulan puasa, tukang jahit panen kerjaan, kebanjiran order, sampai kewalahan.

Dalam situasi seperri ini, tak usahlah kita berharap akan mendapatkan harga promo saat membeli kain dan menjahitkan baju/celana, justeru harga kain dan ongkos jahit menjadi mahal karena banyak orang ingin mempunyai baju baru.

Malioboro tahun 1990-an/Foto: Hermard
Malioboro tahun 1990-an/Foto: Hermard
Setelah berkeluarga, kami tinggal di Yogya. Saat Ramadan, bersama empat  orang anak, saya dan Ibu Negara Omah Ampiran, berburu pakaian lebaran. 

Awal tahun 2000-an oline shop belum seramai sekarang, sehingga kami berburu pakaian untuk mendapatkan promo di mal yang ada di Malioboro. 

Awalnya kami berburu beberapa hari menjelang lebaran.  Tidak enaknya, ternyata suasana mal sangat ramai dan saat membayar harus antre panjang. 

Tahun berikutnya, kami berburu promo sehari sebelum  puasa sekaligus mengajak anak-anak makan di luar sebelum puasa.  

Kebersamaan sebelum puasa/Foto: Hermard
Kebersamaan sebelum puasa/Foto: Hermard
Kami tidak mengejar promo besar-besaran, cukuplah diskon beli dua gratis satu dengan suasana mal masih nyaman dijelajahi.

Situasi berubah selepas mereka tamat SMA, anak-anak tak mau lagi diajak berburu baju baru. Mereka lebih suka memakai baju seadanya. Atau mereka membeli baju dua atau tiga bulan sebelum Ramadan.

"Pak, Bu, yang penting bukan baju baru, tetapi hati dan pikiran kita menjadi baru, bersih, setelah menjalankan puasa sebulan penuh," begitulah penjelasan bijak anak wedok, si sulung, saat ditanya Ibu Negara Omah Ampiran mengapa tidak mau berburu promo baju lebaran.

Jalan sunyi/Foro: Hermard
Jalan sunyi/Foro: Hermard
Kini, memasuki Ramadan, keseruan berburu baju lebaran, kehebohan  mendapatkan harga promo, berada di jalan sunyi karena saya dan Ibu Negara Omah Ampiran semakin menua, sedangkan anak-anak sudah memilih jalannya sendiri di Jakarta, Malang, dan Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun