Berbeda dengan Pak Sholeh, penghuni perumahan di kawasan Palagan, Bu Tika (40), pernah diprotes anak perempuannya saat ia membuat peraturan di rumah untuk memisahkan sampah kering dan sampah basah.
"Wong sampah mau dibuang saja, kok merepotkan. Harus memisahkan mana yang basah dan mana yang kering to Ma," protes Sandra, anaknya yang duduk di bangku SMA, setahun lalu.
Kini justeru Sandra sendiri yang ngomel panjang lebar kalau kakak dan adiknya membuang sampah tanpa mau memilah. Sandra kemudian membantu ibunya memilih sampah yang bisa didaur ulang.
Bu Tika menyedekahkan sampah  kering yang bisa didaur ulang itu ke Mbok Nah, perempuan tua yang hidup sendirian, bekerja serabutan.
Oleh Mbok Nah, jika sampah berupa kertas, kardus, kaleng, botol minuman kemasan, sudah menumpuk cukup banyak, ia lalu menjual ke tukang rongsok.
Berapa pun uang yang ia terima dari tukang rongsok, perempuan yang ditinggal pergi suaminya itu tak pernah mengeluh, ia nrima ing pandum.
Sedekah yang dilakukan Bu Tika, setidaknya, sekecil apa pun, dapat  membantu memperbaiki kondisi ekonomi Mbok Nah.Â
Jika masyarakat peduli dengan sampah, dan bisa berbuat seperti Bu Tika, mungkin saja sedekah sampah dapat membantu perekonomian wong cilik yang tersisih.
Mari bersedekah karena sedekah memiliki berbagai manfaat, baik secara spiritual maupun sosial.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI