Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersyukur: Memahami Tradisi dan Lepas dari Maut

11 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 11 Maret 2024   14:46 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Arakan Sahur/Foto: indojambi.id

Dalam KBBI, kata syukur dimaknai sebagai rasa terima kasih kepada Allah, di samping merupakan pernyataan lega, senang, dan sebagainya. Sedangkan kata bersyukur berarti  berterima kasih, mengucapkan syukur.

Pertama-tama tentu kita bersyukur karena saat ini masih diberi kenikmatan, kesempatan oleh Tuhan,  merasakan suasana Ramadan 1445 H dengan penuh suka cita.

Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam guna menjalankan ibadah puasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bentuk ketakwaan dan pengendalian diri.

Bersyukur memasuki bulan Ramadan dapat dilakukan dengan meningkatkan ibadah, introspeksi diri, dan berbagi kebaikan kepada sesama. Selain itu, menghargai nikmat sehat dan kesempatan  beribadah merupakan cara bersyukur paling penting.

Hakikat Bersyukur
Bersyukur sesungguhnya merupakan sikap menghargai dan merasa bersyukur atas segala nikmat dalam kehidupan.  

Cara mengimplementasikan  rasa syukur dapat ditempuh dengan mengenali berkah kebaikan sehari-hari, mengingat nikmat-nikmat kecil (sederhana), berbagi dan membantu orang lain, menikmati setiap momen kehidupan.

Bisa juga dilakukan dengan memberi perspektif baru bagi orang lain (bertukar pengalaman), dan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk berdoa-membantu menumbuhkan kesadaran atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan seru sekalian alam.

Tradisi: Momentum Bersyukur
Momen yang tak bisa dilepaskan dari ingatan dan patut disyukuri adalah semasa ayah dipindah-tugaskan-sebagai pegawai Agraria (sekarang Badan Pertanahan Nasional)-dari Kalimantan Barat ke Jambi, kemudian bergeser ke Kuala Tungkal. 

Di daerah pasang surut inilah saya bersyukur mengenal tradisi unik membangunkan sahur dengan musik arakan sahur. 

Ada yang mengatakan bahwa tradisi arakan sahur mulai dikenal masyarakat Kuala Tungkal pada tahun 1966, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa jauh sebelum kemerdekaan, tradisi itu sudah ada.  

Seperti yang saya saksikan ketika masih kanak-kanak (tahun 1970-an), tradisi arakan sahur itu terdiri dari beberapa kelompok orang, memainkan alat musik seadanya berupa potongan besi, kayu, bedug, ember, panci, rebana, dan benda  lainnya yang dipukul berirama. 

Kelompok tersebut-terdiri dari lima sampai sepuluh orang-berkeliling kampung secara berurutan dalam jarak waktu lima sampai sepuluh menit.

Rombongan arakan sahur selalu menjadi tontonan anak-anak yang berdiri di depan pintu rumah mereka.

Saat itu belum ada gerobak hias berisikan lampion miniatur masjid, bedug, ketupat, dan lainnya. Baru dalam Festival Arakan Sahur yang diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Pemda Kuala Tungkal (sekitar tahun 1996) muncul gerobak dorong hias dalam arakan sahur. 

Saat ini musik arakan sahur naik daun karena setiap bulan Ramadan diadakan Festival Arakan Sahur dengan hadiah motor, kulkas, televisi, dan uang pembinaan.

Terbebas dari Musibah
Rasa syukur yang sangat menggetarkan,  diiringi derai air mata terjadi tahun 2014 ketika kami lolos dari maut saat  bersama empat rombongan bus peserta Jambore Sastra Banten yang hendak mengunjungi perkampungan masyarakat Badui Luar. 

Bus di bibir jurang/Foto: dokpri Hermard
Bus di bibir jurang/Foto: dokpri Hermard
Pada tanjakan terakhir, bus di depan kami tidak kuat naik. Beberapa orang dari bus lain, termasuk saya berlarian berusaha membantu mengganjal ban bus dengan kayu  seadanya. 

Saat itu hanya menemukan  potongan pohon kelapa. Malangnya, beberapa detik kemudian bus bergerak ke bawah karena potongan  pohon kelapa tak kuat menahan beban dan ikut berputar. 

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, bus bergerak ke bawah dan menghantam bus rombongan yang berisi tim utusan dari Yogyakarta dan Bali. 

Pelan-pelan bus tim Yogya-Bali bergerak ke arah bibir jurang. Begitu badan bus tiga perempatnya terperosok ke pinggir tebing, saya berlari mendekati.  

Entah kekuatan dan kehendak dari mana, spontan meraih dan memegang erat bagian bumper depan. Saya seakan-akan menjelma menjadi super hero yang seakan mampu menahan badan bus agar tidak jatuh ke jurang. 

Seandainya badan bus tidak tersangkut pohon yang tumbuh di dinding tebing, mungkin saja saya beserta dua puluh orang di dalam bus akan terjun bebas ke jurang sedalam tiga puluh meter. Alhamdulillah, Tuhan masih menyelamatkan kami. Badan bus tidak meluncur ke bawah.

Momen paling mengharukan adalah saat sopir bus tetap bertahan sambil tangannya memegang handrem dan kakinya menginjak pedal rem dalam-dalam. Lelaki berusia tak kurang dari lima puluh  tahun itu meminta semua penumpang bergerak   keluar dari jendela depan di kanan sopir yang terbuka.

"Ayo cepat keluar. Lompati saya. Saya tidak akan kemana-mana, takut busnya turun kalau saya lepaskan remnya," pinta Pak Sopir yang diceritakan Anindya, anggota tim Yogyakarta yang berhasil melompat keluar  pertama kali lewat jendela.

Setelah itu banyak masyarakat berdatangan membantu mengeluarkan semua penumpang, baik dari jendela maupun pintu belakang bus. Bagian depan bus diikat dengan tali ke pohon besar. Orang terakhir yang keluar dari bus adalah Pak Sopir yang terlihat pucat dan kelelahan.

Suasana begitu mengharukan. Semua menangis dan saling berpelukan, mengucap syukur kepada Tuhan karena dua puluh orang  terbebas dari suasana yang mencekam.

Tim Jambore Sastra Yogyakarta/Foto: Hermard
Tim Jambore Sastra Yogyakarta/Foto: Hermard
Malam harinya di kamar hotel, tim Jambore Sastra Yogyakarta berkumpul, bersyukur atas berkah Tuhan yang memberi kami kesempatan untuk melanjutkan hidup dan menikmati secangkir kopi esok pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun