Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Omah Pitulungan sampai Pasar Legi Kotagede

8 Februari 2024   07:03 Diperbarui: 14 Februari 2024   17:34 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil melintas di depan rumah Jawa yang saling berhadap-hadapan, Mas Bawa bercerita jika rumah-rumah itu masing-masing dimiliki satu keluarga. Mereka hidup berdampingan, saling membantu.

Tembus di Jalan Masjid Mataram, kami masuk ke area Masjid Gedhe Mataram yang dibangun pada masa Panembahan Senopati. Mulai  dibangun tahun  1578 dan selesai pada tahun 1987.

Pohon Nagasari/Foto: Hermard
Pohon Nagasari/Foto: Hermard
Berjalan di bawah pohon nagasari di depan kompleks makam raja-raja, kami berbelok ke arah kompleks sendang. Menurut Mas Bawa, pada masa lalu, baik sendang putri maupun sendang kakung merupakan tempat pemandian putra-putri raja.

Kami keluar dari pintu utara  masjid mengelilingi pagar sisi utara dan barat menuju Omah Indische (didirikan tahun 1860), bangunan kuno berarsitektur kolonial,  terletak di Gang Soka. Gang ini sempat terkenal karena digunakan sebagai tempat penggambilan gambar film Ada Apa Dengan Cinta (disutradarai Rudy  Soedjarwo, 2002).

"Kita belok ke kanan setelah melewati rumah hijau. Ada hal unik yang akan kita temukan," ujar Mas Bawa  membuat kami penasaran.

Gang Ngerikan/Foto: Hermard
Gang Ngerikan/Foto: Hermard
Sampai di Gang Ngerikan, kami masuk ke timur lalu ke utara,   berjalan berbaris satu per satu karena sempit.

Tiang listrik unik/Foto: Hermard
Tiang listrik unik/Foto: Hermard
"Ini Mas, Mbak, kejutannya. Tiang listriknya bukan dari besi atau beton, tetapi berupa gelondongan  kayu  ulin. Ada dua, yang di sana ada bekas disrempet motor karena jalannya memang sempit," jelas Mas Bawa.

Sudut Pasar Legi/Foto: Hermard
Sudut Pasar Legi/Foto: Hermard
Sampai di Jalan Mondorakan menuju Pasar Legi, Mbak Rindu membeli penganan carabikang di emperan kaki lima. Di Pasar Legi, Mbak Rindu, Mbak Oi, dan Ibu Negara Omah Ampiran melengkapi jajanan dengan lepet jagung, roti kembang waru, dan legomoro.

"Mangga Den, gudeg, oseng-oseng tempe gembus...," ujar ibu-ibu tua pemilik lapak di tengah los pasar.

Pasar Kotagede atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Legi Kotagede merupakan pasar rakyat, berdiri  sejak zaman Panembahan Senopati. Sampai saat ini bentuk bangunan aslinya tetap dipertahankan. 

Pasar legendaris/Foto: Hermard
Pasar legendaris/Foto: Hermard
Keberadaan pasar ini diapit oleh  Pacak Suji (monumen Jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX) di sisi timur laut, dan Babon Aniem (gardu induk listrik) di sisi barat laut pasar. Pelatarannya dipenuhi pepohonan dan disesaki  aktivitas jual beli, khususnya pada hari pasaran Legi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun