Sementara Ibu Negara menyukai wedang gobyos yang terdiri atas jahe, serai, dan jeruk nipis yang dituang  air panas mendidih.
Suasana dingin membuat makan  siang kami terasa nikmat. Ditambah kabut yang turun menyerupai tirai menyelimuti jalanan, Merapi, dan deretan rumah desa Selo.
Saat akan pulang, pemilik warung mempersilakan kami ke kebun.
"Mangga Bu, kalau mau memetik tomat, kembang kol, atau brokoli. Tidak usah sungkan-sungkan, bisa dibawa pulang. Sensasi warung kami  memang wedangan sambil memetik sayur," ujar Mbak T (tidak bersedia ditulis nama lengkap), lulusan Fakultas Ekonomi salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah.
Perempuan cantik dan ramah ini  bercerita kalau beberapa hari yang lalu banyak bangunan porak poranda karena terjangan angin. Tirai penutup warungnya bahkan terbang sampai ke seberang jalan.
Meskipun hanya berjarak kurang lebih lima kilometer dari gunung Merapi, tapi masyarakat di Gebyog, Samiran, Selo, Boyolali, terlindungi dari bencana gunung Merapi.
"Ini karena ada gunung kecil Bibi yang melindungi desa ini," jelas Mbak T.
Hujan turun agak menderas disertai tiupan angin yang mampu mengusir kabut. Di kebun, tiga perempuan tetap asyik memetik tomat, brokoli, kembang kol.  Diam-diam saya membayangkan pulang berkawan  jalan berliku penuh kelokan serta tanjakan...
-Pointer: Tiket masuk Ketep Pas 10.500/orang. Parkir mobil 5.000. Tiket masuk Menara Pandang Langit Merapi (include Ketep Vulcano Theater) 9.000/orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H